04

355 68 13
                                    

"Kebetulan, temanku cuma dua."

[Name] mengernyitkan dahinya kesal.

'Maaf tapi siapa yang mau berteman dengan dukun. Saya tidak ingin mengikuti aliran sesat.' Gadis itu meyakinkan diri untuk mengatakan hal itu.

"Maaf, tapi saya tidak mau."

Tunggu, bukankah itu terlalu lembut?

"Sa-saya tidak ingin terlibat dengan aliran sesat!" Terus [Name] sedikit berteriak, mencoba menambahi perkataannya. Banyak pasang mata kini menghadap ke arah keduanya.

"He? Aliran sesat? Apa-apaan maksudmu?" Satoru mengangkat sebelah alisnya. Dia terus melangkah mengikuti langkah kaki [Name] sambil membungkuk. Dia tidak seharusnya sampai membungkuk. [Name] tidak sependek itu.

"Hal... Itu... An... Da... Anu... Anda tadi..." [Name] mengulum bibirnya bingung harus berbicara seperti apa.

"Ah! Itu sama seperti mataharimu kok." Seru si putih menepuk kedua tangannya. [Name] sedikit tersentak karena tepukan tangan yang tiba-tiba itu.

'Jantungan ni anak orang.' Batin Satoru sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana hitamnya.

"Matahari?" Beo gadis itu menuruni tangga.

"He? Itu loh... Kau pernah mengeluarkannya kan? Bola api itu~ Bola matahari sih~" Jawab Satoru penuh akan nada.

"Aaa... He? Sama?" Name sejenak mengangguk-angguk dengan mulut terbuka kemudian bertanya kembali dengan polosnya.

"Ish..." Satoru berdesis sebal.

[Name] mengulum bibirnya lagi merasa tidak enak. Apakah dia terlalu banyak bicara?

"Ish..." Si putih berdesis sekali lagi. Entah mengapa dada [Name] terasa berdebar-debar. Rasanya sungguh tak enak. Apa dia segitunya salah?

Kemudian Satoru mengeluarkan handphone dari saku celananya. Tak lama, dia mengangkat benda pipih itu setinggi wajahnya dan terdengar suara suguru.

"Hei suguru!"

"Apaa? Aku dan Shoko sedang menuju ke toko buku kemarin. Cukup. Kami tak butuh kebodohanmu di hari ini."

"Siapa? Satoru?"

Sekarang, entah mengapa [Name] merasa berkeringat di awal musim semi ini.

"Nah, kau tanya ke dia saja." Satoru menyodorkan Handphone yang entah mengapa nampak sangat kecil di tangannya. [Name] menerima Handphone dengan panggilan video yang sedang berlangsung itu.

Dia kemudian menoleh ke arah Satoru dengan mata bingung. Kemudian dari belakang, Satoru memegang kedua tangannya yang sedang memegang Handphone dan memposisikannya pas di depan wajahnya. Wajah cantik gadis itu kini memenuhi layar.

Ketika Satoru melepaskan tangannya, Suguru dan Shoko hanya bisa melihat wajah [Name] yang buram dan terguncang. Tangan gadis itu bergetar hebat dengan mata tegang.

"HAHAHAHAHAHA!" Di belakangnya Satoru sudah tertawa sambil memukul-mukul pahanya sendiri.

"[Name]-san... Tenanglah."

"Haha! Dia segitu tegangnya melihat wajah tanpa poni milikmu, Suguru!"

Shoko tertawa geli melihat aksi gadis yang nampaknya baru pertama kali melakukan panggilan video itu. Suguru kemudian mengeluarkan sedikit poninya dari ikatan rambut panjangnya.

"HAHHAHAHAHA!" Satoru terus tertawa terbahak-bahak melihat gadis itu yang tak kunjung meredakan tangannya yang terus gemetaran.

Setelah merasa perutnya keram, pemuda itu berdiri tegak. Dia mengambil handphonenya dari tangan [Name] kemudian berjalan di depan [Name] dan menyorot wajah gadis itu dengan kamera belakang.

Nice as Red Velvet? [G.Satoru x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang