Akhir-akhir ini dia sering merasa aneh. Seperti ada yang terus memperhatikan dirinya, tentu saja bukan kutukan. Itu manusia, tetapi untuk apa? Rasanya tidak ada hal yang membuat gadis itu pantas diuntit. Rasanya sangat mengganggu.
Saat inipun, dia tahu dengan jelas. Ada yang mengikutinya di belakang. Perawakannya cukup tinggi, dan tampak tidak begitu atletis. Dia mengenakan hoddie berwarna putih dan masker serta topi. [Name] membenarkan kacamatanya yang sedikit menurun dengan dua jari.
Dia sudah lelah. Empat hari belakangan dia harus memutar-mutar dulu kala pulang ke rumah agar si penguntit tidak tahu rumahnya. Dia berbelok ke kanan, itu adalah sebuah gang buntu yang dihiasi sebuah vending machine. Bau rokok tercium samar disana, tentu saja tempat seperti ini sering dijadikan tempat merokok anak SMA yang bandel.
[Name] memutar badannya dan menunggu beberapa detik, dan benar saja. Pria itu nampak berbelok ke arah situ juga, dia berjalan menunduk dan kala melihat ada [Name] yang sengaja menunggunya, dia langsung membalikkan badannya dan berjalan ke luar dari gang itu. [Name] langsung berlari mencegat pria itu sebelum keluar dari gang.
Ketika jarak antara keduanya sudah cukup dekat, gadis itu melayangkan tendangan sekuat mungkin dengan ketinggian pas di kepala pria itu. Tubuh pria itu oleng. Dia terbentur dinding hingga menimbulkan suara yang sedikit keras. [Name] mendekati pria yang membelakanginya itu sedikit tak imbang, tampaknya dia melakukan gerakan yang salah tadi. Sesaat sebelum tangan [Name] meraih kerah hoddienya, pria itu berdiri dan mencoba berlari sesegera mungkin. [Name] sempat menangkap tudung hoddie pria itu dan menariknya namun tangannya segera terlepas.
"WOI BANGS*T. BERENTI! GILA!" Pekiknya tanpa pikir panjang. Nafasnya tersengal-sengal hingga pundaknya naik turun. Rasanya jantungnya berdegup begitu kencang, tangannya bergetar, dia merinding. Hatinya cemas. Ternyata dia memang diuntit.
Gadis itu berjongkok. Dia mengusap wajahnya kasar. Matanya melirik kesana kemari kemudian langsung menatap kebelakang dengan cepat. Dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika dia berhasil mencegat pria itu tadi.
Dipikir-pikir, dia sedikit bersyukur pria itu melarikan diri. [Name] baru saja terpikir, bagaimana jika pria itu tadi terbuat sangat nekat? Bagaimana jika dia membawa senjata tajam? Bagaimana jika tadi [Name] diculik atau disekap atau... Ah, rasanya dia sedikit takut.Gila, dia sulit bernafas.
Gadis itu segera merogoh kantong celana panjangnya dan menggapai benda pipih di dalamnya. Tangannya menekan-nekan tombol pada layar ponselnya dan menghubungkan ke sebuah panggilan.
"Shoko.... Hah..."
"Iya sayangku?"
"Aku diuntit."
"HAH? [Name] kau sekarang dimana?"
"Kenapa, Shoko?"
"[Name] diuntit."
"HAH? DIA TIDAK APA-APA?"
Suara gaduh terdengar di seberang sana.
"Aku tidak apa-apa. Huh... Tadi aku sempat mencoba menangkapnya, tetapi gagal. Dia cepat. Ah gila." [Name] mengusap poninya yang sedikit berantakan ke belakang. Dia berdiri kemudian bersandar pada dinding di sampingnya, hidungnya bisa mencium samar bau rokok.
"Kau sekarang dimana?"
"Aku masih di tempat tadi. Kakiku sedikit lemas."
"Kau bisa berjalan?"
"Mau kujemput?"
"Aku bisa. Tidak perlu kesini. Kalian sedang apa? Kalau sedang kosong, tolong datangi aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice as Red Velvet? [G.Satoru x Reader]
Fanfiction[DISCONTINUED!!] "Diantara aku atau kue red velvet lebih suka yang mana?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyumnya. Tangannya terus memelintir rambut gadis di depannya yang asik memakan kue buatannya sendiri. "Hm... Red velvet dong." "Aaa... Kau m...