Musim silih berganti, setelah masa-masa ujian yang melelahkan, datanglah liburan kenaikan kelas. Dan kini, tahun ajaran baru telah dimulai. Di musim semi yang bertebaran bunga sakura, serta musim yang bertebaran kebahagiaan baru ini.
Kini ketiga remaja itu sudah menjadi anak kelas 11 dan memiliki adik kelas. Semakin hari Satoru semakin sering menjahili dua adik kelasnya itu. Cukup menyenangkan bagi jiwa usilnya. Mereka juga semakin sering mendatangi rumah [Name] dan Cafe milik gadis itu.
Ya, sekitar dua bulan yang lalu, [Name] mulai mengembangkan usahanya dan menjadikan toko kuenya tak hanya sebuah toko kue. Kini kalian sudah bisa bersantai dan meminum kopi ditemani makanan manis disana.
Perkembangan yang dilalui [Name]? Dia sekarang sudah bisa mengobrol lancar! Dia tidak lagi hanya mengucapkan kata-kata yang sama setiap hari kala bekerja. Dan lagi, dia sudah semakin dekat dengan Shoko. Mereka sering menonton bersama hingga berbelanja bersama. Dia bahkan mulai mengeluhkan hal buruk yang dihadapinya pada Shoko, begitupun sebaliknya. Rasanya dia benar-benar senang.
Sekarang dia sudah tak lagi berpikir panjang untuk mengucapkan sesuatu. Dia bahkan mulai membantu nenek di jalanan, menolong anak kecil mengambil balon, hingga memberikan barang orang yang terjatuh. Ya... Dia masih tidak berani memesan makanan sendiri, tapi tidak masalah. Ada Satoru, Shoko, dan Suguru yang biasanya memesan makanan. Rasanya, ini perkembangan yang besar. Dia kembali merasa seperti dahulu, seperti orang normal. Dia, seperti ingat kembali bagaimana cara berkomunikasi.
"UNO! AMBIL SATU LAGI!" Pekik si putih kala Shoko lupa mengucapkan kata syarat. Shoko mendengus kesal dan hanya bisa mengambil satu buah kartu lagi, rencana kemenangannya digagalkan. Dan lagi, kartu ini sangat jelek. Suguru dan [Name] hanya tertawa sedari tadi, mengingat ekspresi Satoru kala meneriaki Shoko.
Sekarang giliran [Name], dia melirik ke kartu teratas di antara tumpukan kartu tersebut, kemudian melirik ke kiri dan kanan menilai wajah-wajah ketiga temannya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke dua buah kartu di tangannya.
"Uno, Uno game!" Dia meletakkan dua buah kartu dengan angka kembar di atas tumpukan kartu itu. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas dengan ekspresi teramat bahagia. Akhirnya, dia menang setelah kalah empat kali berturut-turut.
"WHAT?" Tentu saja, raut wajah Satoru saat ini tak kalah lucu dari yang tadi. Yah, dia tidak nampak begitu memperhatikan [Name] karena gadis itu baru saja mengerti aturan bermain.
"Haha, aku yang menang." Seru [Name] bangga atas pencapaiannya.
"Uno." Ujar Suguru sambil meletakkan sebuah kartu wild.
"Cih." Satoru berdecih.
Mengapa hanya dia yang memiliki kartu lebih dari sepuluh? Ini karena Suguru tadi mengeluarkannya empat kartu plus sekaligus. Rasanya seperti dikhianati.
"Aku mau warna hijau." Ujar si hitam. [Name] mendekati pemuda itu dan mengintip kartunya. Dia kemudian mendekati Satoru dan mengintip kartunya, begitupula pada Shoko.
Satoru meletakkan sebuah kartu berwarna hijau dengan angka lima di atasnya. Shoko tidak langsung mengeluarkan kartu, dia menimang-nimang langkah apa yang harus dilakukannya. Mencoba mengingatkan, kartu apa saja yang sudah dikeluarkan sebelumnya.
Kemudian dengan percaya diri, dia berucap "Uno." Sembari meletakkan sebuah kartu plus dua hijau.
"Uno game." Suguru meletakkan kartu plus dua berwarna merah di atas tumpukan kartu itu. Dia sengaja memilih hijau karena tahu kartu milik Shoko! Satoru menjerit histeris. Dia melempar pelan kartu-kartu di tangannya dan memutuskan untuk menyerah.
"Hahahaha... Aku ke WC ya." [Name] beranjak dari tempatnya dan pergi ke arah toilet berada. Dia meregangkan otot-otot punggungnya setelah duduk cukup lama. Ternyata bermain kartu seru sekali!
Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, gadis itu hendak kembali lagi ke ruang tengah di lantai kedua itu. Nampaknya mereka sudah bosan bermain kartu, ya... Mereka sudah bermain lebih dari puluhan kali. Itu wajar. Kini sepertinya mereka sedang membahas sesuatu.
"Terus, kalau [Name]?" Gadis yang baru selesai dari toilet itu mengangkat sedikit alisnya, dia berhenti berjalan sejenak. Tahu mereka akan berhenti kala dia muncul. Gadis itu menaikkan kacamata di batang hidungnya.
"Hiya~ kau juga ganggu dia gara-gara ga suka? Kekeke." Suara Shoko terdengar tertawa puas menggoda Satoru.
"Ya engga lah. Pengecualian."
"Kalau kau ganggu [Name] karena suka, senior Utahime gitu juga lah."
"Berarti aku juga naksir sama para tetua itu? Engga lah."
"Hahaha... Gila, barusan ngaku dia. Kami bilang suka loh~ bukan suka yang itu~" Shoko tambah gencar menggoda temannya yang sudah merona-rona. Satoru tidak bisa menyangkal apapun. [Name] terdiam. Apaan ini? Ah, gila. Jantungnya ingin meloncat keluar.
"Ah, kau mah!" Satoru mendengus kesal.
"Ah, kau mah!" Suguru menurut persis nada suara Satoru. Hidung pria tampan itu kembang kempis kesal.
"Hahaha~ kau harus tetap menghormatinya. Setidaknya dia senpai, mau dia lemah sekalipun." Tawa Suguru terdengar.
"Ya ya ya." Wajah Satoru memerah sempurna, antara kesal dan malu. Hei, ayolah. Cepat ganti topiknya. Tunggu, ini akan aneh jika [Name] lama sekali di toilet. Gadis itu kemudian memutar arah. Dia berjalan perlahan ke dapur.
"Hei, monopoli yuk!" Suara Shoko terdengar samar dari lantai bawah.
Setelah beberapa saat, [Name] kembali lagi ke ruang tengah. Dia membawa sebuah toples di tangannya. Mata Satoru berbinar menatap isi dari toples di tangan gadis itu. Red Velvet soft cookies!
Satoru langsung menghampiri gadis itu dan membuka toples yang masih dipegang oleh [Name]. [Name] hanya diam, berusaha bersikap normal. Dia tidak mau ketahuan menguping. Dan juga, berarti Satoru suka padanya? SATORU SUKA PADANYA? Dalam artian itu? Ahahaha. Tidak mungkin.
Iya, abaikan saja."Hei, satu saja!" Seru [Name] sambil memukul tangan Satoru yang hendak menggapai satu buah cookies lagi. Satoru meringis, kekuatan gadis itu bukan main.
~
"Shoko, kau mau menginap malam ini?" Tawar [Name] sambil membuka sekaleng soda kemudian menegak beberapa teguk isinya. Hari ini sudah cukup malam, matanya juga sudah mulai terasa berat.
"Hm? Tentu saja~ Kau merindukan?" Jawab Shoko dengan senang hati. Matanya berkerling genit. [Name] hanya merespon dengan tawaan.
"Kalo gitu, kami juga ya. Satoru sudah tidur sih." Ujar Suguru mencabuti helai demi helai uban di kepala Satoru untuk mengganggu temannya.
"Sudah waktu tidur untuk anak-anak. Haha!" Shoko ikut mengganggu pemuda itu. Tangannya bergerak perlahan di telapak kakinya, membuat sang empunya kaki bergeliat tak nyaman.
[Name] mengangkat kedua sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice as Red Velvet? [G.Satoru x Reader]
Fanfiction[DISCONTINUED!!] "Diantara aku atau kue red velvet lebih suka yang mana?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyumnya. Tangannya terus memelintir rambut gadis di depannya yang asik memakan kue buatannya sendiri. "Hm... Red velvet dong." "Aaa... Kau m...