"[Nameee]!" Suara Satoru bersahutan dengan suara pintu kafe yang dibuka. Gadis cantik itu menoleh menatap sosok tinggi semampai yang mendekatinya. Yah, siapa lagi yang akan datang di tengah hujan badai ini. [Name] menutup buku bacaannya perlahan. Tangannya menompa dagu kemudian menjawab sapaan si putih.
"Kau tahu, Shoko tadi dimarahi oleh bapak-bapak. Hahahaha." Di segera mengutarakan cerita yang disimpannya sepanjang perjalanan. Dia kemudian mengambil tempat duduk di kursi seberang [Name].
"Haha, dia merokok lagi? " [Name] tertawa singkat sambil menggelengkan kepalanya.
Tak lama, suara berisik hujan menyerbu masuk ke dalam ruangan dalam sekejap, kemudian pergi kembali. Suguru mengusap poninya ke belakang dan berjalan menghampiri beriringan dengan Shoko. Sudah terlihat cukup jelas bahwa bapak tadi memarahinya cukup parah, karena wajahnya kini sangat muram. Bagus pak.
"Shoko, kau mau menjadi dokter tetapi merokok." [Name] tertawa kecil melihat wajah masam Shoko.
"Aku setuju dengan bapak itu." Suguru mengangkat kedua bahunya. Dia kemudian bergidik nyeri merasakan cubitan di pinggang sampingnya.
"Kau tidak layak mengatakan itu. Haha." Ujar Satoru kepada orang yang selalu membawa korek api untuk Shoko meski dia sendiri tidak merokok. Bukankah dia cukup lucu?
"Huft..." Shoko menghela nafas cukup panjang.
"Beneran bau rokok. Kau harus berhenti sekarang sebelum keterusan loh." Nasehat Suguru mengibaskan tangannya tepat di depan muka Shoko.
"Dia sudah keterusan."
"Berisik."
"Haha!"
Tangan Satoru merambat di atas meja, menggapai piring makanan ringan milik [Name] kemudian mengambil salah satu macaron dari sana.
"Ini jam berapa?"
"Jam... 14.56."
"Hmn, mau makan siang?" Tawar Satoru.
"Sekarang hujan sayang, kau mau beli dimana?" Suguru menyenderkan punggungnya ke kursi.
"Aaa... Kau ada stok bahan makanan?"
"Kau mau makan siang kue? Ah, bisa bikin mie. Tapi pake saos coklat."[Name] mengutarakan jenaka dengan nada serius. Suguru reflek menatap [Name] jijik.
"[Name], aku berencana memesan ayam. Apakah kau mau?" Nakada keluar dari dapur dengan handphone di tangannya. Kebetulan yang sangat baik.
Kini di hadapan mereka berlima sudah ada dua ember besar ayam goreng. Shoko baru ingat kalau dia ingin mentraktir sahabatnya karena dia naik jabatan. Dia sekaranng sudah berstatus menjadi penyihir kelas satu. Mengingatnya membuat perasaan Shoko bergembira lagi.
"Terus ya, dia terus mengatur-ngatur. " Satoru bergerutu sambil menodongkan paha ayam. Seorang senior yang tidak segitunya hebat, memarahinnya secara terus-menerus saat dia melakukan sesuatu dengan 'gayanya'.
"Tapi, kau terus-menerus mengganggu Utahime-san. Kau naksir? HAHAHA." Ejek Shoko. Tangannya ikkut menyodorkan dada ayam.
"Ew..." Satoru menggedikkan bahunya seolah dia jijik.
"Enemies to lovers." Si hitam menambahi.
"Suguruu. Kukira kamu paling mengerti diriku. Ternyata kau tak jauh bejatnya." Si putih mengguncang-guncang tubuh si hitam yang hanya tersenyum mengejek.
~
✨MASOK TODAI✨
Kalian lagi pada dimana? Ada yang mau ke toko buku gaa 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice as Red Velvet? [G.Satoru x Reader]
Fanfiction[DISCONTINUED!!] "Diantara aku atau kue red velvet lebih suka yang mana?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyumnya. Tangannya terus memelintir rambut gadis di depannya yang asik memakan kue buatannya sendiri. "Hm... Red velvet dong." "Aaa... Kau m...