14. Akhir bersama Alva

1 0 0
                                    

Hai Hai Hai
Bagaimana kabar

Huh, lega banget udah bisa bikin akun nya

Tinggal nunggu dagdiduk serrrr~

Hehehe apa coba

Iyap daftar PPDB hahahaha

Kalian gimana ppbd nya?

Bisa-bisa nya aku masih sempat up cerita dong

Tapi ini malam

Hustt jangan bilang ortu ku

😓

Kira-kira apa ya yang akan terjadi di bab ini?

Huh, aku harap Rana dan Alva bahagia

Di surga

JIAAKKK surga

Hmh, sebelum baca pastikan kalian udah terlibat dulu vote bab ini ya

Dada ku sesak lho mikirin nya

Mikirin ayang? Nggak dulu teman, mikirin Alva udah cukup bikin sakit.

Oky, nggak usah lama lagi

Semoga suka......................................

______________________________________

.

.

.

.

.

"RANAAAAAAAAAAAAAA"

"DI BELAKANG KAPTEN"

Beberapa saat setelah itu dari pintu belakang rumah Dirga muncul Alva dan Daniel secara bersama. Daniel membawa beberapa cemilan, dan Alva yang membawa buku pelajaran.

"Heh ada si cengeng yang sendirian di halaman belakang, kayak mbak Kunti aja nih anak."

"Heh, situ motor Alpa kenapa bisa ngomong ya? Sejak kapan motor bisa ngomong?"

"Nggak tau, nggak usah tanya,"

"Udah-udah, nggak usah di lanjut," kata Daniel yang menaruh cemilan itu di atas karpet yang sudah di duduki oleh Rana.

"Rana tuh bikin orang emosi aja," cibir Alva menatap Rana dengan gaya ngambek nya sendiri.

"Alva sih, suruh siapa jawab? Orang bisa jadi Rana ngomong sendiri," balas Rana yang tidak mau kalah.

"Tar nggak di jawab nangissssss,"

"Alvaaa!"

"Dalem dek,"

"Alvaaaaa!"

Sebisa mungkin Daniel menahan tawa nya yang ingin keluar. Pria itu langsung membungkam mulut Alva saat anak itu ingin membuka suara.

"Husttt, diam Al. Nikmati bulan purnama nya ok? Sambil belajar, jangan kebanyakan omong terus. Nggak bakal selesai nanti nya," Daniel melepas tangan nya dari mulut Alva.

Daniel & Rana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang