Sepertinya, Louis memang harus berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan maaf dari keluarganya. Saat ini, wajar jika mereka belum benar-benar bisa menerima Louis. Kesalahannya sangat besar.
Bahkan, jika Louis berada diposisi Isabella, dia akan lebih memilih untuk bercerai saja daripada bertahan pada biduk rumah tangga yang sudah rusak.
Mungkin, jika Louis tidak mengulang waktu, atau tidak memergoki Alana berselingkuh dengan sahabatnya, dia tidak akan menyesal seperti sekarang. Dia akan tetap bertahan bersama Alana tanpa memperdulikan keluarganya, dan tidak akan menyadari betapa kejamnya dia pada orang-orang selain keluarganya itu.
Semua ini terjadi, karena Tuhan begitu baik hati memberinya kesempatan kedua. Dan mungkin juga ini adalah cara Tuhan untuk menghukumnya dengan perlahan.
Ternyata, Louis selemah ini. Padahal, ucapan Mirabelle yang dia dengar lewat Video tadi terbilang belum ada apa-apanya. Louis yakin masih akan ada banyak sesuatu yang menghancurkan hati dan perasaannya nanti.
“Ini saatnya aku yang berjuang, bukan?” gumam Louis. Wajahnya kini tampak menyedihkan dengan matanya yang basah. “Jikapun pada akhirnya kalian meninggalkanku, tak apa. Aku akan berusaha untuk menerimanya jika kebahagiaan kalian bukan ada padaku.”
Benar, jika nanti Isabella serta dua anak mereka memilih untuk pergi, Louis tidak akan melarang. Louis akan membiarkan mereka bebas tanpa kesakitan lagi. Tak apa jika pada akhirnya dia kembali sendiri.
Asalkan, keluarga kecilnya itu bahagia, Louis juga akan bahagia.
Louis akan memulainya kembali dan memperbaiki segalanya. Meski, memperbaiki tidak menjamin jika semua luka yang dia beri akan terlupakan begitu saja. Berdiam diri dan hanya berharap pada sesuatu yang tak pasti juga bukan solusi yang tepat.
Louis akan mencobanya. Perlahan-lahan.
***
“Kenapa lama sekali—hei?! Ada apa dengan wajahmu?” Isabella tentu saja terkejut saat melihat Louis keluar toilet dengan wajah yang amat menyedihkan.
Louis tidak menjawab, dia menghampiri Isabella dengan wajah mendungnya. Lalu tanpa diduga, Pria yang habis menangis itu memeluk Isabella yang masih duduk dikursi kerja. Posisi Louis kini membungkuk.
Isabella terlihat bingung. Dia juga menahan dada Louis dengan tangan agar tidak terlalu menempel padanya. Louis yang sadar akan hal itu hanya memejamkan mata, mencoba untuk menahan denyutan nyeri dihatinya.
“Louis?” Isabella memanggil dengan pelan.
“Biarkan seperti ini, sebentar saja …” bisik Louis.
Isabella terdiam. Dan mereka tetap berada dalam posisi seperti itu dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, dengan perlahan dan perasaan yang tak rela, Louis melepaskan pelukannya.
Louis belum menjauh dan malah memegang kedua sisi wajah Isabella. Matanya yang tadi sembab kini kembali berkaca-kaca. Memandang pada setiap inci wajah Istrinya yang begitu sempurna. Begitu cantik dan indah.
“Mengapa dulu aku mengkhianatimu yang begitu sempurna ini?” ujar Louis serak. Ibu jarinya bergerak sangat lembut mengusap pipi Isabella. “Aku bodoh, Bella … suami-mu ini begitu bodoh karena pernah mengabaikanmu.”
Isabella terdiam. Menatap balik Louis dengan tatapan dalam. Dia sedang mencari sesuatu disana. Dan yang dia dapatkan adalah keputusasaan, kesedihan, dan juga rasa sakit.
Dengan menatap mata Louis pun dia bisa tahu, perasaan apa yang kini tersimpan dihatinya. Tak ada debaran, tak ada kupu-kupu yang betrerbangan, kedua pipinya pun tak bersemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...