"Mau kemana?" tanya Jungkook begitu melihat Taehyung sudah rapi dengan almamater sekolahnya. "Sekolah tentu saja," kata Taehyung.
"Ayah sudah kirimkan surat izinmu pada Choi ssaem. Sidang mengenai masa skorsmu juga sudah keluar. Seminggu ini tetaplah dirumah," kata Jungkook yang tengah membenahi seragam polisinya. Taehyung merotasikan kedua bola matanya, kembali mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah karena merasa effortnya untuk bersiap hari ini sia-sia. Ayahnya itu akan berangkat sebentar lagi, artinya ia akan ditinggal sendiri lagi.
"Boleh aku kerumah Mama?" tanya Taehyung.
"Mama-mu sedang di Jepang kalau kau lupa," kata Jungkook sambil mengenakan topinya. "Ayah akan sedikit pulang terlambat. Ada kasus pembunuhan dan mungkin Ayah akan kembali sedikit tidak tentu. Tapi ponsel masih bisa dihubungi, bilang saja jika butuh sesuatu," Jungkook mendekat pada Taehyung dan mengusak surai kecoklatan milik Taehyung. Telinga hybridnya menegang, pipinya panas hanya karena sentuhan lembut dari ayah angkatnya itu.
Taehyung beranjak, mengantarkan Ayahnya menuju ke depan sambil memegangi pintu. Yah, tentunya ia akan bosan selama seminggu ini. Terlebih setelah kenaikan pangkat setahun yang lalu, Ayahnya itu menjadi workaholic yang terpaksa. "Tae," panggil Jungkook. Si manis yang baru saja akan masuk lantas menoleh, "Iya?"
"Jangan biarkan siapapun masuk! Itu perintah dari Ayah, mengerti?" kata Jungkook sambil menatap putra angkatnya itu. Taehyung sedikit mengernyit, namun mengiyakan dengan anggukan supaya Ayahnya itu segera berangkat. Setelah mendapat anggukan, Jungkook tersenyum tipis sebelum masuk kedalam mobilnya. Sedikit tak tega sebenarnya meninggalkan Taehyung sendirian, terlebih dalam kondisi sehabis luka-luka.
Rencananya Taehyung akan memasak untuk makan paginya. Ayahnya lupa membuat sarapan, kebiasaan buruk yang tidak pernah terlewat ketika pria itu terburu-buru. Membuat telur dadar dan jus tomat bukanlah hal yang sulit untuk Taehyung lakukan, jadi dia bisa mengganjal perut setidaknya sampai siang. "Apa yang harus aku lakukan hari ini?" tanya Taehyung.
Ia memakan sarapannya sendirian, melihat kursi yang biasa diduduki Jungkook dari dirinya masih kecil hingga remaja seperti sekarang.
"Daddy, ndamau blokoli~"
"Ayo, sedikit saja. Tata anak pintar, setelah ini kita makan mochi."
"Yaksokie?"
"Hn, yaksok!"
Dirinya terkekeh geli mengingat bahwa dirinya dulu adalah pemilih, selalu menolak makan sayur tapi berujung dengan dirinya menangis karena dimarahi oleh Jungkook. Dia jadi rindu pada kakeknya yang selalu memanjakan dan membelanya. Sekarang kakeknya sedang menikmati masa pensiunnya dengan mendirikan rumah di gunung sana. Ah, pasti kakeknya itu sedang main golf di lapangan pribadinya sekarang.
Setelah sarapan, Taehyung segera mencuci piring. Tak sengaja ia melewati kamar sang Ayah–kamar mereka sudah dipisah–yang berantakan karena baju-bajunya belum dilipat. Taehyung masuk dengan lancang, mengamati jika kamar itu masih sama seperti dulu. Fotonya berjajar rapi di tembok, bahkan beberapa adalah foto yang bahkan tidak Taehyung tau dapat darimana. Ada satu pakaiannya yang berada diantara tumpukan pakaian Jungkook. Pakaian bermotif lebah dengan tudung yang biasa ia gunakan dirumah, hadiah ulangtahun dari Seokjin ketika usianya 4 tahun.
Baju itu lecek, bahkan parfum Jungkook masih menempel disana. Ayahnya mungkin menggunakan itu sebagai penawar rindu pada pria kecilnya yang menggemaskan. "Sebegitu rindunya pada Tata?" tanya Taehyung sambil memeluk pakaiannya sendiri.
Akhirnya Taehyung memutuskan untuk melipat baju-baju yang tercecer, sambil merapikan sedikit kekacauan dan debu yang ada disana.
Ting Tong...
KAMU SEDANG MEMBACA
HybriTae
RandomTentang keseharian "Daddy" Jungkook dan bayi macannya. older!Jk. Vottom Only.