5. Permintaan Aneh

46 5 17
                                    

Bulan menghampiri Revan, Lea, dan Barra yang berada di ruang keluarga. Lea dan Revan asyik menonton acara televisi sambil saling menggoda satu sama lain. Barra sibuk menggambar di sketchbook miliknya. Sesekali sambil meminum air dari mug kesayangannya.

"Ayah, Bunda, Mas!" pangil Bulan sambil memaksa duduk di tengah-tengah Lea dan Revan. Revan langsung merengut melihat Lea-nya di rebut.

"Kenapa anak Bunda?" tanya Lea sambil membelai rambut panjang Bulan yang terurai.

"Mau minta sesuatu boleh nggak?" tanya Bulan sambil mengedip lucu.

"Novel?" tebak Barra.

"Bukan!"

"Sepatu baru?" giliran Revan yang menebak.

"Bukan, Ayah!"

"Hmm," Lea bergumam. "Baju baru?"

"Bukan juga!"

"Apa dong?" tanya Barra lagi sembari menegak minumannya.

"Bulan mau adek!" kata Bulan cepat. Lea dan Revan langsung ternganga mendengar permintaan putri semata wayang mereka. Bahkan, Barra tersedak minumannya sendiri.

"Uhukk uhukk!" Barra kelimpungan karena tersedak. "Nggak salah denger nih, gue?"

"Adek apaan, sayang? Boneka kan ya?" tanya Revan berusaha positive thinking.

"Ihhh! Bukan Ayah! Adek beneran! Adek bayi yang bisa nangis!" ucap Bulan sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

Lea kemudian saling melempar pandang dengan suaminya. Revan seolah mengatakan 'kamu aja yang jawab!'. Lea menghela nafas pasrah.

"Bulan, sayang! Bukannya Bunda nggak mau nurutin permintaan Lea yang satu ini. Tapi buat ngurusin bayi nggak semudah itu, sayang! Harus butuh banyak biaya, tenaga, dan waktu juga!" jelas Lea lembut.

"Lagian ya, Bunda udah merasa capek banget kalo harus ngurusin bayi lagi. Bunda maunya fokus jagain Bulan sama Mas Barra aja!" lanjut Lea.

"Tapi Bulan mau punya adek, Bunda! Ntar biar Bulan aja yang jagain, deh!" rayu Bulan sekali lagi.

"Dengerin Ayah! Emangnya Bulan nggak kasihan sama Bunda? Nanti kalo Bulan punya adek, Bunda tambah capek gimana? Bulan mau Bunda kecapekan?" tanya Revan sambil mengelus kepala Bulan. Bulan menggeleng cepat sebagai jawaban.

"Nah, itu Bulan ngerti!" Revan tersenyum lega. Barra hanya menyimak obrolan mereka sambil kembali menyesap minumannya.

"Yaudah, deh! Nanti Bulan bikin sendiri aja bayinya!" celetuk Bulan cepat sambil berjalan riang meninggalkan ruang keluarga. Barra dibuat tersedak kedua kalinya oleh ucapan adik sepupunya. Lea dan Revan sama-sama syok di tempat.

"Uhukk uhukk!"

"Pelan-pelan, Mas!" peringat Lea.

"Bulan makin ngaco deh, Tan!" kata Barra.

"Anak siapa ya?" Revan tak habis pikir.

"Anakmu!" ujar Lea.

"Anak kita kali," koreksi Revan.

"Tapi dia nggak akan serius sama omongannya yang terakhir, kan?" tanya Lea ragu.

"Nggak, lah. Dia mana ngerti begituan," sahut Revan meyakinkan.

"Keliatannya emang polos, tapi kalo nggak gimana, Pan?" tanya Lea lagi.

"Kayak kamu gitu maksudnya?" sahut Revan asal yang langsung di hadiahi pukulan maut oleh istrinya. "Aduh!"

"Ada Mas Barra, Revan!" tegur Lea.

"Iya, maaf!"

"Mas Barra udah gede. Udah paham!" celetuk Barra sambil terkekeh. Revan dan Lea hanya tertawa canggung.

GEMILANG REMBULAN (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang