2. Dia Rembulan

71 7 20
                                    

"Jangan lupa pegangan!" ujar Nevan pada Bulan yang sudah duduk di boncengan belakang motornya. Bulan dengan cepat langsung memeluk erat punggung Nevan.

"Nggak usah di ingetin pasti Bulan peluk, kok!" kata Bulan.

"Pegangan, Lan! Bukan peluk!"

"Sama aja Nevan!"

"Beda!"

"Samaa!"

"Heh! Debat mulu!" tegur Barra sambil mengusap wajahnya frustasi. Lelaki itu baru saja akan menyirami tanaman di halaman depan. Tapi harus menyaksikan perdebatan nggak penting antara Nevan dan Bulan.

"Yaudah terserah Lo!" kata Nevan mengalah. "Berangkat sekarang, ya?"

"Iya, Nevan!"

"Mas gue sama Bulan jalan dulu, ya?" pamit Nevan.

"Iya, hati-hati pokoknya! Kalo cewek di belakang Lo itu susah diatur tinggal seret aja rambutnya!" ucap Barra setengah bergurau.

"MAS BARRA!!!" teriak Bulan tak terima sementara Barra tertawa puas.

Nevan hanya tersenyum tipis kemudian segera menyalakan motornya dan melaju meninggalkan halaman rumah Bulan. Sesuai janjinya awal Minggu, dia akan membawa Bulan ke toko buku bersamanya di akhir pekan.

***

Nevan mengamati Bulan yang sedang mengobrol akrab dengan salah satu pegawai di toko buku. Bulan memang sangat ramah. Perempuan itu selalu saja mudah akrab dengan orang yang baru ditemuinya dan herannya lagi, obrolannya selalu nyambung.

Berbanding terbalik dengan diri Nevan sendiri. Nevan yang tak suka berbicara banyak kecuali dengan orang terdekatnya saja. Jika diibaratkan, Nevan itu batu karang sedangkan Bulan adalah ombaknya.

Batu karang cuma bisa berdiri tegak tanpa bersuara. Namun ombak tak akan membiarkan batu karang diam begitu saja. Ombak akan membuat deburan keras dan menabrakkan dirinya kepada karang yang tenang. Sederhananya sih, Bulan akan selalu membuat Nevan tak se-kaku biasanya.

"Nevan kenapa liatin bulan?" tegur Bulan melihat Nevan yang sedari tadi memandangnya tak berkedip.

"Eh?" Nevan berseru salah tingkah. "Nggak, gue lagi ngelamun,"

"Oh, gitu!" sahut Bulan kemudian berjalan ke sebuah rak. "Wah, ini wishlist Bulan!"

Nevan mengikuti langkah Bulan ke sebuah rak. Kemudian memperhatikan gerak-gerik Bulan dengan seksama. Bulan nampak kesusahan mengambil buku di rak teratas karena tubuhnya yang tak cukup tinggi.

"Kan bisa minta tolong!" ucap Nevan sambil mengambilkan buku yang diinginkan Bulan.

"Makasih Nevan!" kata Bulan sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Hm," sahut Nevan sambil mengangguk. "Siniin bukunya!"

"Loh? Itu kan buku Bulan!" protes Bulan.

"Udah! Ikut gue!" Nevan menarik tangan Bulan menuju meja kasir. Sementara Bulan hanya mengernyit bingung.

"Nevan itu novel punya Bulan!"

"Gue yang bayarin kali ini. It's my treat!" kata Nevan sambil tersenyum. Senyum yang selalu menjadi favorit Bulan.

"Makasih, ya!" kata Bulan senang. "Nevan habis ini mau ke rooftop?"

GEMILANG REMBULAN (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang