Jangan pernah merendahkan orang lain sebelum merasakan pahitnya kehidupan.
-ATASKA-
Gadis disamping Aska masih bercolet merdu seperti burung perkutut di dalam sarang, Sedangkan Aska menjawab seperlunya tiba-tiba orang yang Daniya ajak bicara menengok ke arah samping.
Deg.
"Apa." respon Aska terusik dengan gadis disampingnya terlalu berisik.
"E-enggak kok." kata Daniya gugup.
Daniya menundukan pandangan beralih menghadap ke lapangan basket yang begitu ramai. Tatapannya tertuju pada cowo dengan nomor punggung 10 yaitu Aldian team inti Garuda turun dari singga sana.
"Aldian! Jangan mau kalah sama Cakra Go! ayo go! ayo go!" Sorak penonton heboh.
Pertandingan semakin sengit Aldian mendribel bola kesana kemari menuju ranjang lawan dan di hitungan ke-3 terjadi pelanggaran kaki Aldian sengaja Wildan jegal hingga terjatuh tersungkur.
Prittt!
Peluit kuning di bunyikan berati terjadi pelanggaran.
Ssst! Bruk.
"Aldian!"
"Woi Curang!" tegur Reno bertolak pinggang menunjuk Wildan dari pinggir lapangan.
"Apa lo, Dia curang pak! gak acik maen nya keroyokan kalo mau satu lawan satu."
"Ck, Udah lagi Ren mending kita bantuin Aldian berdiri," sahut Fauzan datar.
"Iya."
Sekarang giliran Aska yang turun ke lapangan menggantikan Aldian yang cedera sebagai pemain cadangan. Percaya diri anak itu melebihi orang-orang di sekitar ia berjalan santai tanpa beban menuju benteng pertahanan mereka berdua langsung berhadapan sebelum memulai pertandingan yang sesungguhnya ada kalanya berdo'a terlebih dahulu.
Aska masih fokus berdoa saat kedua pandangan Aska dan Cara bertemu untuk bersalaman sebelum memulai pertandingan Daniya melihat senyum semirk Cakra membuat gadis cantik itu sedikit khawatir takut terjadi sesuatu dengan Aka. Pasalnya Daniya tau Cakra itu licik mengupayakan segala cara agar bisa menang.
Saat bola di lambungkan tinggi dengan sigap Aska merebut lalu mengoper bola ke arah satu tim hap tepat sasaran sekarang bola sudah di tangan Evan, Ia tidak mau berlama lama lagi Evan langsung melempar bola basket ke ranjang kawan dari jarak satu meter dari ia berdiri sekarang.
"Skorr." Seru Aldian bangkit dari tempat duduk padahal kaki kirinya masih sakit terkilir akibat ulah Cakra.
"Sssh Aduh." ringis Aldian.
Niar memberikan sebotol floridina.
"Nih minum.""Lo ngasih ke gue?" sindir Aldian menenggak minum pemberian Niar.
"Iya lah.
"Tumben amat."
"Kalo gak mau gue ambil lagi." ancam Niar.
"Dih, Gak ikhlas."
°°°
Cuaca sore kali ini lebih dingin dari biasanya Hafzah dan Riska pamit pulang duluan karena hari sudah mulai gelap takut orang tua mereka kawatir."Bang, kita berdua pamit pulang duluan udah sore." ucap Hafzah meyampirkan tas ke punggung di susul Riska masih menyender kursi penonton.
Hafzah menggoyangkan badan Riska. "Ris, mau pulang gak? Jangan tidur disini malu."
"Iya, gue dah bangun." Riska mengusap kedua matanya.
"Loh, kalian udah mau pulang cepet banget. pulang sama siapa? Gak bareng sama anak-anak aja nanti Zah udah hampir magrib." Sanggah Devan.
"Udah di jemput papah. Bang."
"Hati-hati kalian berdua, makasih udah mau dateng." Kata Devan senyum simpul.
Pertandingan masih berlanjut babak pertama sudah usai tinggal penentuan pememang siapa yang akan menjadi juara bertahan di akhir pertandingan.
Bola dikuasai oleh Aska detik detik menegangkan dirasakan pemain dan juga suporter Aska memikirkan cara bagaimana bisa menyusun stategi agar bisa mencetak poin."Aska! Jangan bengong maju ke arah kanan dateng nya bola terus lo langsung shoting." Teriak Reno memberi arahan.
"Shotingg! Aska!" Kesal Reno melihat anak itu masih berdiri di tempat.
"Sabar ren, Aska butuh proses." Nasehat Ata menghembuskan napas lelah. Cowok paling sabar menghadapi sikap Aska.
Aska melempar bola asal ke arah ranjang ia sungguh kesal banyak orang meneriakinya lalu anak itu pergi menjauh dari lapangan.
"Serius. Yang barusan masuk?" tanya Ata bengong ia masih tidak percaya akhir cerita Aska membuahkan hasil maksimal.
"Iya Ataa. Aska bisa menang juga karena dukungan dari lo." Seru Daniya langsung ikut berdiri gadis berlesung pipi sebelah kanan itu melepas kacamatanya yang berembun, lalu mengusap ujung mata yang berair.
Cakra masih tidak percaya musuh bebuyutanya bisa menang raut wajah Cakra berubah menjadi masam. Ia merasa bersalah mengusir Aska dari Smu Sinar Harapan dengan alih alih ingin segera kabur untuk mengambil menutupi rasa malunya itu.
"Eits, Mau kemana lo?" ketus Devan bersedekap dada di depan Cakra.
"Bukan urusan lo bang." sinis Cakra.
"Gue mau lo tarik omongan yang kemaren tentang Aska? Bisa."
"Kalo gue gak mau, Gimana?" bisik Cakra menantang.
Devan memijit pelipisnya pusing entah apa yang terjadi jika Cakra itu Adik kandungnya mungkin bisa ia maki habis habisan.
Dengerin lagu : pesawat kertas ✈
Terus menggapai impian kalian setinggi mungkin. Seperti pesawat yang terbang sampai tujuan.-ATASKA-
KAMU SEDANG MEMBACA
ATASKA (SUDAH TERBIT)
Teen FictionAska itu unik, dengan caranya sendiri kelakuan yang susah di tebak membawa kita masuk kedalam kehidupannya lebih jauh lagi mengenal sosok Aska yang ceria penuh kejutan dan canda tawa setelah semua orang tau perbuatan Cakra si pembuat onar lah dalang...