Upacara hari Senin sangat melelahkan. Panas terik matahari cukup menyilaukan mata siswa dan siswi yang tengah fokus mendengar nasihat dari Pak Damar, kepala sekolah SMU Sinar Harapan.
Dari barisan belakang, terlihat Aska tengah berusaha berdiri tegak di samping Ata, dengan tubuh lemas, menahan berat badan. wajah anak itu pucat pasi, tapi tidak mau menyerah sampai upacara selesai.
Atama menyadari teman di sebelahnya sedikit tidak nyaman langsung menegur Aska.
"Ka, muka lo pucet banget. Sakit?"
Aska menggeleng lemah, "Hust."
"Kalo sakit mending mundur. Jangan lo paksain."
"Hem."
Bruk!
"Aska pingsan buk." panik Ata spontan.
Suara Ata menjadi samar meninggalkan bayangan hitam saat Aska menutup mata lalu di gantikan bau obat-obatan yang khas ruang UKS.
°°°
"Aska, dimana?"Tanya pemilik surai hitam ikal dengan suara serak, sembari mengusap kepalanya yang sedikit nyeri.
"Uks."
Jawab seseorang sembari menata obat-obatan ke tempat semula. Ia mendekat, lalu memberikan segelas air putih yang ada di atas nakas.
"Makasih."
"Iya, gue keluar bentar gak enak cuman berdua nanti takut fitnah." pamit Daniya
Baru sampai pintu UKS Daniya balik lagi lupa mengambil cardigan yang ketinggalan di kursi.
Cowo itu cuman memandang dalam Daniya tersenyum simpul lalu turun dari bankar bibir pucatnya berkedut lama berfikir.
"Daniya."
"Ada apa Aka?" kata Daniya
"Ngeliat Ata gak?"
"Gak."
Daniya mengembuskan nafas kasar bingung ingin bicara apa pada Aska lalu ia jalan keluar menuju kelas 10 ips 3 mencari keberadaan Ata teman sekelasnya memberi kabar bahwa Aska sudah sadar.
Sekarang pelajaran kedua sudah dimulai Aska baru masuk kelas bu Intan maklum dengan kondisi Aska yang kurang enak badan.
"Aska kembali ke tempat duduk mu. Nak."
"Baik, kita tutup pelajaran pagi ini dengan hamdalah, "Alhamdulilah."
Bu intan menepuk pundak anak murid istimewanya. "Semangat Aska." .
"Hehe iya." Aska menggaruk tengkuk yang tak gatal.
°°°
Jam istirahat sudah tiba banyak anak anak berkumpul di kantin sebagaian ada juga yang pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas sekolah.
Daniya gadis cantik berlesung pipi itu sedang Asik membaca novel karangan kak Angkie Yudistia penulis tunarungu terkenal lewat tulisan yang berjudul "Setinggi langit." Daniya sangat terinspirasi dengan kak Angkie ia ingin sekali bertemu idola nya.
"Daniya, Kalo di panggil nyaut ngapa." gerutu Riska menyender di rak buku.
"Dari tadi dicariin tau nya ngumpet disini." kekeh Hafzah menyingkap rok sekolah duduk di samping Daniya.
"Darimana aja kalian? baru muncul gue bosen tau, laper lagi." keluhnya.
"Kebetulan gue ada roti CA mau gak Dan, buat ganjel perut. Hehe."
"Udah gak papa siniin."
"Gais, Cakra kok tega sih jailin Aska terus. Gak kapok-kapok udah di tegor sama bang Devan." decak Nia bertopang dagu.
"Iya. Gue kira Cakra gak sejahat itu sama orang lemah. Nyesel gue suka sama dia." keluh Riska galau.
"Mbak Ris, galau nih." ledek Hafzah tertawa.
"Lo mah suka ngeledek." Rengek Riska sebal.
"Kalian bisa diem gak! Gue lagi fokus." sembur Daniya melirik Hafzah dan Riska yang tidak bisa diam.
Mereka langsung diam ikut membaca buku tidak berselang lama bel masuk berbunyi.
Tringg...,tring...,tringg!
°°°
Cakra dan antek anteknya masih menyusun rencana licik untuk menghancurkan Aska. Beda hal nya di pinggir lapangan bola Ata dan Aska masih berbincang tentang masalah kemarin. Walau pun Ata terus yang memulai topik pembicaraan tapi ia tidak kehabisan bahan obrolan dengan Aska.
"Ka, udah bel. Masuk yuk." ajak Ata menarik Aska ke kelas.
"Iya."
Aska bukanya berjalan lurus ke kelas malah mengkol ke arah taman belakang sekolah Ata menepuk dahi mengejar Aska yang mulai menjauh.
"Aska! kelasnya bukan disana woi tapi sebelah kiri puter balik."
Pak Arifin menghadang Aska di jalan. "Aska mau kemana? kelas nya di ujung sana loh bukan disini." tunjuk Pak Arifin.
"Fyuh. Makasih pak udah nyetop Aska."
"Sama-sama itu udah kewajiban saya sebagai guru," tuturnya. " Ata bisa ikut saya keruangan sebentar ada yang ingin Bapak sampaikan."
"Baik pak. Ata nganter Aska ke kelas dulu pak." pamitnya.
Ruang guru.
Tok!...tok!
" Silahkan masuk Ata." seru orang di dalam ruangan.
Ata langsung duduk di hadapan pak Arifin yang tengah sibuk mencari dokumen yang ingin diberikan pada Ata.
"Bapak nyari apa? biar Ata bantu carikan."
"Udah ketemu. Silahkan duduk Ata.
"Iya pak."
"Gimana penawaran saya minggu lalu Ata? kamu sudah siap membimbing Aska sampai berhasil jadi perwakilan sekolah untuk lomba Basket ajang Nasional bulan depan, Nanti saya bantu arahkan kamu tidak usah kawatir." usul pak Alfian.
"Bulan depan pak?" Apa gak kecepetan waktu buat Aska latihan. Kalo usul ata tambah seminggu lagi pak buat dia maksimalin kemampuan nya pak.
"Ide bagus."
-ATASKA-
![](https://img.wattpad.com/cover/311788587-288-k461630.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ATASKA (SUDAH TERBIT)
Teen FictionAska itu unik, dengan caranya sendiri kelakuan yang susah di tebak membawa kita masuk kedalam kehidupannya lebih jauh lagi mengenal sosok Aska yang ceria penuh kejutan dan canda tawa setelah semua orang tau perbuatan Cakra si pembuat onar lah dalang...