Taman pahlawaan pagi ini sangat ramai dikunjungi banyak orang joging mau pun hanya sebatas bersantai menikmati waktu luang di hari weekend bersama keluaga. Suasana tempat yang asri, disini.
Tepatnya kami berdua sedang ada di warung bubur ayam perapatan jalan menunggu Evan dan Devan sejak 15 menit lalu. Katanya mereka sedang menuju lokasi tapi tak kunjung menampakan batang hidung.
"Nyari sarapan yuk,Ka. Gue laper." cicit Ata pelan mengusap perut buncitnya sambil terkeh.
Aska berhenti sejenak mengikat tali sepatu. "Sama, pingin makan yang pedes."
"Masih pagi mending makan bubur."
Aska tampak berfikir lama Ata yang gak sabaran kesal melihat daya pikir Aska yang lambat, ia tidak punya pilihan lain mengajak Aska lari menuju warung mang ujang tukang bubur langgananya.
"Mang, bubur ayam dua ya." kata Ata mencari tempat duduk yang tidak terlalu panas.
"Siap beres den, tumben sama cah kasep biasanya sama mbak cantik itu loh." goda Mang Ujang meletakan pesanan mereka di atas meja.
"Ata ada cewe?"
Uhuk!...uhuk!
Ata tersedak.
"Aduh den, pelan-pelan kalo makan." kata Mang ujang serba salah, "Maaf ya den, saya gak sengaja." lanjutnya lalu balik berkerja seperti semula.
Ata mengagkat tangan tinggi. "Saya gak papa mang."
"Oke."
"Tau-tauan lo sama cewe." kata Ata mengaduk bubur ayam miliknya.
"Tau. mama, lala, Daniya itu kan cewe."
Ata menyimak dari tadi malah di buat melongo memang gak salah juga sih perkataan Aska barusan tapi yaudah lah.
Cewe berkerudung biru muda yang duduk di sebrang mereka menahan tawa menganggap Aska aneh masa udah remaja masih polos pikirnya Ata hanya menyengir kuda.
°°°
Seminggu sudah waktu Aska belajar memahami apa yang sudah di ajarkan guru pembimbing dari sekolah dan berani mengambil keputusan berat untuk lomba mewakili SMU Sinar Harapan.Dalam ajang basket Nasional saatnya Aska berlatih lebih giat lagi bersama Ata, Aldian dan juga Devan sebagai pengawas ketat.
Banyak rintangan mereka lalui mulai dari pertengkaran Devan dan Aldian sampai akhir latihan. Hampir tiap hari harus kebal dengan ochan mereka berdua memberi perhatian lebih pada Aska akhirnya berujung adu jotos.
"Ck, dari mana aja kalian, gue sama Aska udah lari keliling lapangan dua kali sedangkan kalian baru dateng, ngaret." sindir Ata meluruskan kaki agar tidak keram.
"Tanyain kawan lo, motornya gak pernah di service kali ya baru di pake sekali udah mogok di tengah jalan." ledek Devan.
"Masih untung gue tebengin, dari pada lo jalan emang mau bang?" ketus Aldian gak terima.
"Apa lo."
"Ap--bisa diem gak, kita kapan latihanya kalo dengerin kalian debat terus." saut Reno cuek entah sejak kapan berada disitu membawa bola basket di tangan kanan dan empat botol Aqua.
"kapan lo dateng Ren." saut Aldian.
"Kok, bola basket gue berat ya, gue pingin deh ngecap muka orang pake ini." ancem Reno mendribel bola dua kali.
Aldianmenelan ludah susah payah membatin, "kalo Singa marah serem juga ya, mending gue kabur deh daripada kena amuk."
Baru satu langkah Aldian melangkahkan kaki menuju lapangan pundaknya di tepuk Reno. "Eits, mau kabur ya. Serang woi."
"Hahah, geli ampun-ampun."
Mereka berempat tertawa puas melihat Aldian si ketua tim basket Garuda menyerah di hadapan mereka kecuali Aska cowo itu Asik menatap ke arah anak kecil dan ayahnya sedang bermain lempar bola tidak terasa air matanya menitik ketanah.
"Lo kenapa ka, Nangis." kata Ata yang peka terhadap sekitar.
Aska langsung mengusap Air mata yang tumpah di pelupuk mata ia menggeleng pelan tersenyum simpul. "Gak papa." respon nya.
"Yang bener."
"Ya."
°°°
"Gais inget gak surat kaleng yang pernah gue ceritain beberapa hari yang lalu itu?
"Ancaman buat Ataska." Jawab Aldian.
"Ya. Bener banget." saut Ata menimpali.
"Kalo fealing gue cakra."
"Seyakin itu lo, Bang."
"Siapa lagi coba pembuat onar yang mau ngancurin persahabatan kita." sinis Devan.
"Iya sih."
Tidak mereka sadari Cakra yang sedari tadi berdiri di belakang mereka keluar dari persembunyianya membawa sebilah pisau tumpul berukuran sedang mendekat kearah mereka.
Ata selalu sadar akan kondisi sekitar langsung mengambil respon positif ke teman-temanya tapi tidak mereka sadari keburu Cakra berlari mendekat ke arah Aska.
"Bakal gue bunuh lo Aska."
Jleb!
Pisau tadi malah salah sasaran menembus perut Ata hingga jatuh. Pisau tadi perlahan Ata cabut dengan sisa tenaganya, teman-teman yang ada di situ tidak tinggal diam mereka mengejar pelaku sampai tertangkap.
"JANGAN LARI! PEMBUNUH."
Aska mengis di pelukan Ata yang tak sadarkan diri. Kepala Ata ia sandarkan di tanganya mulut cowo itu seketika cercekat tidak bisa bicara lancar.
"T-to-long."
"CEPET PANGGIL AMBULAN." teriak Reno panik.
Devan menepuk pipi Ata pelan, "Ta, came on. Ayok bangun lo kuat!"
"Aska suara lo kenapa? Aska lo denger gue kan." tegur Aldian mengguncang badan Aska
"A-ata. S-sakit."
"Iya gue tau, lo tenang ya ini bukan salah lo. Paham!"
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATASKA (SUDAH TERBIT)
Teen FictionAska itu unik, dengan caranya sendiri kelakuan yang susah di tebak membawa kita masuk kedalam kehidupannya lebih jauh lagi mengenal sosok Aska yang ceria penuh kejutan dan canda tawa setelah semua orang tau perbuatan Cakra si pembuat onar lah dalang...