2.Sebuah impian

38 8 4
                                    

Sulit untuk percaya keajaiban itu ada? sama sepertiku di depan sana ada seorang anak berprestasi yang punya potensi besar namun diremehkan karena dia istimewa mustahil.

-Ataska-

Di sekolah : SMU Sinar Harapan

"Aska. Lo yakin mau ikut team Basket?" tegur Ata menepuk punggung aska pelan lalu pandanganya menghadap papan tulis kelas mereka sedang ada mata pelajaran seni budaya jadi lumayan santai.

"Ya, mau."

"Alasanya apa ikut Basket? Masih banyak eskul yang lebih keren dari Basket yang belum lo coba siapa tau cocok, contoh kaya Batminton gitu ka."

"Suka aja. Biar tinggi."

Setelah mengucapkan kata itu Aska menghilang dari tempat duduk. Ata kebingungan jika Aska hilang secara tiba-tiba jangan sampai Aska buat onar dia yang akan kena tegur pak Damar.

"Aska! Woi lo kemana kerjaan nya ngilang mulu tau-tau nongol ngagetin orang. Sabar ta."

Ata berjalan santai menyusuri koridor sekolah mengecek setiap kelas siapa tau Aska mampir ke salah satu kelas 12 Ipa 2 ia akan di permainkan oleh kakak tingkatnya.

"Ata! lo nyari Aska kan dia ada di lapangan basket sama Aldian mau tanding basket katanya." Teriak Evan berlari mengejar Ata ngos-ngosan.

"Apa! Thank ya Van. Gue mau nyusul Aska."

"Yoi."

"Lo nekat amat sih ka." Ata mengusap wajahnya kasar balik arah langsung berjalan ke lapangan basket yang cukup ramai.

Di pinggir lapangan basket sudah banyak siswa dan siswi Smu Sinar Harapan mereka penasaran siapa yang berani bertanding dengan Aldian ketua tim basket Garuda.

Dari kejauhan Ata masih memantau kelakuan konyol Aska takut anak itu marah diluar kendali bisa-bisa ricuh satu sekolah.

"Cuman segitu kemampuan lo ka, kalo niat serius yang bener latihanya." kata Aldian remeh.

Ataska berjongkok mengelap peluh di dahi tanganya mengepal ia tidak suka jika dirinya diremehkan. Aska merebut bola dari tangan Aldian ia langsung mendribel bola melemparkanya ke ranjang basket dan sekor 1:1 satu sama.

Apaan sih, Masih cakepan kak Cakra."

"Huu, dasar bucin."

Teriakan heboh para siswi tidak Aska hiraukan tersenyum menatap ke arah Aldian padahal sama sekali pandangan Aska kosong ia berkata. "Gimana Aska kapan bisa gabung?"

Setelah Aldian pertimbangkan boleh juga kemampuan anak ini dia punya skil yang bagus tapi apa bisa menyeimbangkan keterbatasanya?

"Gila keren banget! Ternyata dia punya bakat terpendam." sahut salah satu teman Azka.

"Masa iya sih, gue gak salah liat itu Aska." kata Niar terkejut mengintip dari balik pintu namun ketauan pak Damar guru Bk yang sedang piket keliling kelas mampus gue ketauan." batin Riska.

"Ganteng."

"Siapa yang ganteng? Bapak." ucapnya percaya diri.

"Eh, Bapak saya yang ganteng pak, ups." ucap Tania asal ngomong mulutnya di bekap Hafzah. lagi pula gadis itu terlalu  kepo.

"Aduhh sakit pak kuping saya nanti copot." teriak dua gadis badung
tadi.

"Masuk kelas sekarang! Gak ada yang di luar kelas kecuali Aldian dan Aska ikut Bapak sekarang ke ruangan."

Ata masih tidak percaya jika Aska bisa bermain basket lebih baik darinya. Cakra mendengar gosip panas dari tetangga sebelah membicarakan Aska ia tidak tinggal diam Cakra menggebrak meja Aska.

Brakk!

Cakra menarik kerah baju Aska hingga  terpojok yang lain hanya mampu menonton tanpa mau melerai perdebatan.


"Mau jadi terkenal jangan mimpi, Lo gak pantes sekolah disini."  Suasana semakin mencekam kala Aska menunjukan sebuah silet beukuran sedang dari saku baju untuk melukai pergelangan tangan.

"Jangan gila Aska! Bahaya cepat buang benda itu atau saya laporkan kamu pada kepala sekolah." ancam pak Arifin.

"Jangan mendekat atau kalian cekala!" Teriak  Asla geram menunjuk semua orang yang ada disitu tanpa terkecuali.

Ata barusan masuk kelas langung merebut silet dari tangan Azka. Teman yang lain di buat melongo atas perbuatan Ata yang pemberani.

Pak Arifin menurunkan sedikit kacamata ke bawah hidung menyelidik siswa laki laki di hadapanya. "Atama Ragil winanta nama yang bagus kamu bisa bantu bapak?"

"B-bisa pak. Dengan senang hati." kata Ata senyum sumringah.

"Sekarang kamu jadi asisten saya bantu Aska latihan basket lebih giat lagi. Apa kamu bisa?"

Atama mengangguk paham. "InyaAllah saya usahakan pak.

"Good job. Ata.

Tepuk tangan bergemuruh

Disebrang sana Cakra menggepalkan tangan ia sangar marah semua orang memperhatikan Aska yang gak ada apa apa nya dari pada dirinya yang seorang mos wanted sekolah.

"Tunggu permainan gue Aska." 

.
.
.
.

Jeng jeng bersambung.
-ATASKA-

,

ATASKA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang