7. Terbongkar

6 4 0
                                    

Malam itu geng lion sedang berkumpul di warkop langganan mereka sebut saja warung mak ipah bescame anak-anak motor terkenal di surabaya.

Semoga rencana gue berhasil, gak sabar liat reaksi dua temennya."sinis Cakra menatap langit bersedekap dada lalu mematik korek api menyumbat rokok sebatang di tangan.

Mimpi apa Ata tadi siang bisa bertemu mereka di persimpangan jalan kapuk dia ingin jalan-jalan sebentar mencari ketenangan sebelum tidur menendang apa saja yang lewat di samping kakinya.

Gelontang!

Suara bunyi kaleng.

Namun dirinya hampir ketauan mereka Ata tidak sengaja megumping pembicaraan Cakra dan kawanya di balik tembok mereka ingin menghancurkan Aska. Ini pasti ada hubunganya dengan surat misterius semalam dia dan Evan belum sempat membaca isi suratnya.

"Bunyi apa itu."

"Cepet cek."

"Meong."

"Oh, suara kucing."

"Suara kucing bos."

Cakra mengerutkan kening tidak percaya jelas-jelas dia melihat bayangan hitam lari dari balik tembok.

Asap rokok mengebul di depan warung
membuat pengunjung yang lain agak terganggu sama gerombolan anak remaja itu. Tapi Santika hanya abai geleng-geleng kepala membatin dalam hati,  "Untung aja anak saya gak seperti mereka."

"Mbak, beli gula sama teh bendera satu."

"Tunggu sebentar ya mbak."

"Serius amat sih."  kekeh Tomi melempar kulit kacang ke arah Cakra.

"Diem lo, mending pesenin kopi satu sama gorengan sekalian ya."

"Ogah."

"Lo berani ngelawan gue." sanggahnya tak mau di bantah.

"Iya,iya bos."

"Dek, kalo minta tolong sama temennya yang sopan." Seru Mita jengkel.

"Eh, maaf bu kebiasaan."  kekeh Cakra
tersenyum tidak enak.

Walaupun mereka anak beranadalan tapi sopan santun pada orang tua tetap terjaga. Tapi ada salah satu penghianat besar yang tega mengadu domba anggota geng  lion dan ketua tim basket Garuda yang masih sembunyi di balik selimut karana rahasianya takut terbongkar.

°°°

"Tok...tok, Aska buka pintunya. Gue ada berita penting." 

"Aska."

"Bentar." Sahut pemilik rumah.

Tangan Aska langsung di tarik masuk keruang tamu tanpa permisi oleh Ata menyuruhnya duduk jantung nya masih berdebar karena panik.

"Ada apa?" Tenang."

"Gimana gue mau tenang kalo nyawa lo terancam, Aska."

Dia diam seribu bahasa hanya tersenyum simpul. Kembali menyalakan tv mencari remot yang ia pegang barusan.

"Sekali-kali pikirin diri sendiri baru orang lain." kata Aska tiba-tiba.

Memang benar pertakaan Aska barusan semenjak Ata kenal Aska kehidupannya 180° berubah dia jarang kumpul dengan teman-teman komunitas nya. Mungkin bisa di hitung berapa pertemuan dia absen tidak masuk dengan alasan yang sama.

"Gue udah pikirin baik-baik, ka."

"Kenapa masih peduli."

"Gue pingin liat lo sukses."

"Masa."

"Bakal gue buktiin."

Ata sampai lupa tujuan utama datang kerumah Aska ingin berdiskusi memecahkan teka-teki yang semalam bersama Evan yang belum menemui titik terang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." sahut keduanya.

"Ada Evan, eh Ata. "  kata Santika terkekeh salah sebut menaruh barang belanjaan ke dapur.

"Haha iya, tante dari mana? tanya Ata.

"Dari warung ta, beli gula sama teh biasa lah orang rumah suka ngeteh." jelasnya.

"Oiya tan. Saya izin ke kamar Aska ya."

"Iya, sekalian nginep aja nak. Udah malem tu." tunjuk Santika ke arah jam dinding menunjukan pukul 10 malam gak mungkin juga Ata pulang kebetulan hari ini malam minggu rencana memang mau menginap di rumah Aska.

"Iya tan."

"Sekalian ajak Evan juga."

°°°

Halo van lo bisa ke rumah Aska sekarang gak? Bawa surat rahasia semalem. Sama lilin nya jangan lupa.

Iya.

Setelah Ata menutup telfon dia mengmpiri Aska yang bermain game online.

"Ka, lo besok ikut gue ya."

"Kita mau main basket." tebak Aska dengan mata berbinar seperti anak kecil  yang di permen lolipop.

"Iya, gue mau ngajarin lo basket buat lomba perwakilan sekolah."

"Serius Aska mau lomba hore." ucap Aska lompat-lompat.

Tidak lama kemudian Evan datang membawa satu keresek martabak, ciki dan 2 kaleng minuman besoda bermerek Coca Cola lalu memberikan kepada Ata dan Aska.

"Aska gak minum itu. Gak enak."

"Mereka berdua menepuk dahi, "Aska minuman itu bukan buat lo tapi buat gue sama Ata." kesal Evan gemas sendiri ingin membuang Aska sekarang juga dari bumi.

"Mana kertasnya," Pinta Ata pada Evan.

"Nih, semalem kita baru bisa nemuin hurus yang berawalan A kira-kira tulisanya apa? makin penasaran aja." gumam Ata.

"Dari pada nebak-nebak langsung arahin ke atas  lilin aja." 

Saran Aska barusan ada benarnya juga tidak perlu waktu lama perlahan-lahan tulisan coklat itu muncul menimbulkan bau asap dan membuat mereka syok.

"ASKA AKAN JADI TARUHANYA, KALO KALIAN BERDUA GAK NURUT PERINTAH GUE!"

"JAUHIN ASKA."

Mereka bertiga saling genggam menguatkan satu sama lain banyak tantangan di luar sana yang menanti putusnya tali persahabatan mereka. Jika tidak di rangkul dengan solidaritas.

Bersambung.

-ATASKA-

ATASKA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang