CHAPTER 02 🍀

687 77 2
                                    


Siapa anak SMA Bakti Utama yang tidak mengenal Rayhan Alkaputra? Tidak ada yang tidak mengenalinya.

Ia adalah laki-laki dengan seribu sifatnya yang selalu membuat anak perempuan rela menghabiskan banyak uang hanya untuk menarik perhatian laki-laki ini.

Rayhan bukan siswa teladan seperti yang kalian pikirkan. Bahkan di chapter awal sudah sedikit di jelaskan jika Rayhan adalah siswa yang cukup nakal.

Kebiasaannya adalah membolos. Jika ia masuk sekolah,maka sekitar jam 10-an dia baru sampai. Semua guru sudah tidak heran lagi dengan sifat Rayhan.

Dulu ketika Rayhan masih kelas 10, guru-guru masih rajin untuk memberikan hukuman pada Rayhan. Namun hukuman itu tidak pernah mengubah sifat dan kebiasaan Rayhan dan hal itu membuat para guru jadi lelah hingga memutuskan menyerah.

Tenang saja,bukan hanya Rayhan yang seperti itu tapi juga teman-temannya seperti Novan dan Naufal. Mereka juga sama nakalnya dengan Rayhan hanya saja mereka bukan tipe anak yang suka membolos seperti Rayhan.

Rayhan itu sangat keras kepala,ia sangat tidak suka di nasihati apalagi jika di tanyai mengenai keluarga. Rayhan sangat sensitif jika ada yang membahas tentang orang tua . Biasanya Rayhan akan memilih pergi atau menghindari mereka.

Pernah suatu hari Rayhan membanting buku di depan wali kelasnya waktu kelas 11 hanya dikarenakan wali kelasnya itu mencoba berbicara mengenai masalah yang di alami Rayhan dengan keluarganya dengan tujuan meringankan beban Rayhan namun hal itu justru membuat amarah Rayhan kian memuncak.

Dan saat ini semua anak tahu,Rayhan itu anaknya asyik aja diajak berteman asalkan jangan membahas keluarga saat bersamanya.

Di sinilah Rayhan sekarang. Di ruang guru yang sudah lumayan sepi. Hanya ada dirinya,dan beberapa guru yang masih belum pulang . Jangan ditanya mengapa ia bisa disini. Tentu jawabannya karena guru baru yang sudah menghukumnya tadi.

"Kenapa kamu terlambat tadi? Dan kenapa sudah dua Minggu membolos,Rayhan?" tanya Chan pada anak muridnya yang menatapnya main-main.

Tidak ada wajah takut ataupun gugup disana. Hanya ada Rayhan yang tampak main-main dengan pulpen milik Chan .

"Jawab saya,Rayhan. Itu nama kamu kan?"

"Kenapa saya telat? Karena saya baru bangun. Kenapa saya bolos? Karena saya bosen sekolah" jawab Rayhan santai lalu membuat musik sendiri dengan ketukan jarinya pada meja.

"Kamu pikir itu sikap seorang pelajar? Membolos. Iya?" ujar Chan tegas. Bagaimanapun juga,siswa didepannya sekarang adalah salah satu anak muridnya yang menjadi tanggung jawabnya.

"Bapak ngapain peduli sama saya?" sinis Rayhan.

"Saya ini guru kamu. Sudah berapa kali kamu membolos seperti ini?!"

"Sering"

"Kamu gak kasihan sama orang tua kamu? Kamu gak kasihan sama mereka yang kerja keras buat biayain sekolah kamu?!" tegas Chan.

Rayhan bangkit dari duduknya dan langsung berjalan keluar dari kantor guru tanpa sepatah katapun. Chan hendak mengejar akan tetapi Lena,salah satu guru segera menahan Chan agar tidak mengejar Rayhan.

"Biarin saya kejar dia,Bu. Sangat tidak sopan. Saya belum selesai berbicara dengannya" ujar Chan.

"Lebih baik biarkan saja pak. Kalau bapak ngejar dia sekarang,itu sama aja bapak nyari masalah" kata Lena lembut dan menatap sendu ke arah Rayhan yang kini telah menghilang di balik pintu.

"Saya ini wali kelasnya,Bu. Saya orang tuanya di sekolah. Jadi apa saya salah jika bersikap seperti itu?"

"Apa yang bapak lakukan itu benar. Tapi jika dengan Rayhan,itu jadi salah" jawab Lena membuat Chan bingung. Kenapa seperti ini?

"Memangnya ada apa dengan dia?" tanya Chan.

"Kalau bapak mau,kita bisa ngobrolin ini berdua. Tapi jangan disini. Gimana?"

"Saya terlanjur penasaran. Kita ngomongin ini di cafe depan aja"

"Jangan disana pak,lebih baik di cafe dekat taman itu aja" tolak Lena.

"Loh kenapa,lagi pula makanan di sana sangat enak setahu saya" bingung Chan.

"Saya akan kasih tahu nanti pak"

Sementara itu Rayhan berjalan cepat dengan gerutuan samar yang keluar dari mulutnya. Beribu sumpah serapah ia tujukan untuk guru yang ia ketahui bernama Chan itu.

"Dasar sok tahu. Emang Lo pikir,Lo itu siapa? Nasihatin gue. Ngasih makan gue aja kagak !" ujarnya menggebu-gebu.

"Woy ! Rayhan !!" teriak seseorang membuat atensi Rayhan menoleh lalu dengan wajah datarnya ia gunakan untuk menatap sia seonggok manusia yang kini mendekatinya.

"Rayhan,mau ikut sama gue nggak nanti malam?" tawar Naufal.

"Balapan?" tebak Rayhan dan dijawab Naufal dengan anggukan.

"Enggak. Udah berapa kali sih gue bilang,kalau gue gak akan mau balapan gitu"

Senakal-nakalnya Rayhan,dia bukan anak berandalan yang hobi balapan serta membuat masalah di jalanan.
Rayhan bahkan selalu dia ajak oleh Naufal hampir setiap saat tapi disetiap ajakan itu juga,Rayhan tolak.

"Tapi Lo kan jago bawa motor Ray,lumayan kalau menang"

"Kalau kalah?" Naufal diam.

"Kan,ada dua kemungkinan kalau gue balapan. Yaitu menang atau kalah. Gue gak banyak berharap,tapi gue gak mau lah"

"Oke. Tapi kalau suatu saat Lo tertarik Lo bisa ikut sama gue"

"Kapan-kapan"

Di cafe yang tak jauh dari taman kota,disinilah Chan berada. Duduk berhadapan dengan salah satu guru yang lumayan dekat dengannya hanya untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai anak muridnya.

"Jadi langsung saja,kenapa Rayhan bersikap seperti tadi?" tanya Chan tanpa basa-basi.

"Baiklah,jadi pak. Ada banyak hal yang sebaiknya bapak hindari saat bersama Rayhan misalnya menanyakan tentang orang tua" jawab Lena.

"Kenapa?bukankah wajar jika kita menanyakan masalah keluarga seperti itu? Terlebih lagi kepada anak yang sedikit bermasalah seperti dia. Peran orang tua sangat penting" jelas Chan di yang dianggukki Lena antusias.

"Permasalahannya,Rayhan memang sangat sensitif jika ada yang mengajaknya berbicara seperti itu. Bahkan dia bisa saja melakukan kekerasan"

"Memang ada apa dengan latar belakang keluarganya? Apa dia berasal dari anak dengan keluarga yang bermasalah? mungkin orang tuanya bercerai?" tebak Chan.

Ia rasa wajar jika menanyakan hal ini karena setahu Chan,banyak anak di luar sana yang bersikap semacam Rayhan itu kebanyakan berasal dari keluarga yang bermasalah.

"Saya tidak tau pasti soal kebenaran itu pak,karena Rayhan tidak bisa di tanyai" Lena berujar sendu.

"Apa wali kelas sebelumnya tidak berusaha mencari tahu?"

"Sudah. Waktu ia kelas 10,wali kelasnya datang ke rumahnya untuk mengajaknya agar menjadi terbuka dan mencoba berbicara dengan Rayhan tapi baru tiga hari,wali kelas itu justru masuk rumah sakit karena dipukuli oleh Rayhan" jelas Lena.

Chan mengetukkan jarinya pada meja sembari berpikir keras.

"Saya sangat kasihan dengan Rayhan,apalagi waktu secara terang-terangan saya sering melihat dia melamun sendirian"

"Saya akan mendatanginya dan mengajaknya untuk berbicara, barangkali dia bisa berubah" ujar Chan percaya diri yang mengundang perhatian Lena.

"Sebaiknya jangan pak,kita tidak akan tahu apa yang akan dia lakukan kedepannya " cegah Lena.

"Rayhan anak murid saya,jadi ini sudah tugas saya" tegas Chan.

"Saya tidak mau bapak bernasib sama dengan wali kelas sebelumnya"

"Tidak,saya punya cara lain"

Son Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang