CHAPTER 13 🍀

513 74 2
                                    


Keesokan harinya Rayhan tetap berangkat sekolah seperti biasanya. Ia mana mungkin tidak masuk hanya dengan alasan menghindari Adjie karena takut.

Rayhan tidak punya rasa takut pada siapapun.

Semua siswa yang tahu tentang apa yang Rayhan lakukan kemarin juga tidak ada yang berani mengungkit di depan Rayhan. Mereka sudah paham mungkin saja Adjie menyinggung Rayhan masalah keluarga,itu pikiran mereka.

"Eh! Lo ada masalah pribadi ya sama Adjie?" tanya Novan begitu Rayhan duduk di bangku kelasnya.

"Iya" jawab Rayhan .

"Ray,menurut gue mulai sekarang Lo gak harus marah tiap kali ada yang nanya tentang orang tua Lo. Mereka berhak nanya" beber Naufal membuat Rayhan menatapnya kesal.

"Dan gue juga berhak buat marah kan?" sinis Rayhan.

"Ray, marah itu boleh tapi marah-marah itu gak boleh" tegas Naufal.

"Lo nyalahin gue?"

"Semua orang juga tahu kalau ini Lo yang salah. Semua orang cuman gak berani bilang ! Lagian lo tinggal jawab aja kan?gak pake marah bisa gak ?" Naufal bertanya nyolot.

Novan berdiri dan hendak menenangkan. Rayhan itu mudah tersulut emosi sedangkan Naufal juga sedang tidak dalam mood yang baik.

"Lo gak tahu yang gue rasain,Fal ! Jadi mendingan Lo diem!"

"Mereka cuman nanya tentang orang tua,Ray ?! Itu pertanyaan wajar buat orang baru! Lo egois banget sih?! Lo maksa semua orang harus tahu keadaan Lo ! Tapi Lo gak mau tahu keadaan orang lain!"

Rayhan berdiri mengepalkan tangannya, "Ya. Gue egois! Gue gak mau ngertiin orang lain, karena apa?! Karena gue gak kayak mereka! Kalau Lo mau nyalahin gue,oke silahkan,gue gak peduli!" dengan kasar, Rayhan mengambil tas nya dan berjalan keluar, sepertinya ia akan membolos dan pergi entah kemana.

Gerbang belum ditutup dan itu adalah kesempatan baginya.

"Fal! Lo apa-apaan sih tadi?!" tanya Novan.

"Gue cuman ngomong apa yang pengen gue dan semua orang omongin ! Lagian dia emang egois! Dia pikir semua orang harus tahu tentang dia?! Semua orang harus nurut sama keinginan dia?! Setan aja muak!"

"Tapi Lo keterlaluan,Fal !"

"Lo ngebela Rayhan? Eh Novan,wajar aja tuh anak gak ada tata Krama,dia itu anak tanpa orang tua! Dia mana kenal sama yang namanya didikan orang tua! Orang tuanya pasti ngebuang dia karena dia malu-maluin!" beber Naufal.

"Mulut kamu juga tidak di didik ya, Naufal ? terdengar sopan sekali"

Naufal menoleh ke arah seseorang yang baru saja menimpali ucapannya. Ternyata beliau adalah Chan,wali kelasnya yang terkenal tegas dan galak.

"Maaf pak" ujar Naufal tapi dari nadanya ia terdengar tidak peduli dan mengejek.

Semua anak langsung buru-buru duduk di tempat masing-masing sebelum Pak wali kelas benar-benar murka.

"Saya absen dulu,siapa yang tidak masuk?"

Naufal tersenyum miring,"biasa pak si tukang bolos. Yang gak mau ditanya soal orang tua itu loh"

Semua anak melirik Naufal heran, biasanya Naufal selalu membela Rayhan tapi aneh untuk saat ini. Dan, apakah Naufal ini tidak takut atau berterimakasih pada Rayhan ?

Meski dikenal suka memukuli anak yang bertanya tentang orang tua, Rayhan itu punya rasa empati yang besar.

Siapapun itu jika berasal dari sekolahnya, Rayhan akan dengan senang hati membantu mereka ketika bertemu dan mengalami kesulitan apalagi bahaya yang mendesak.

Dan,Naufal adalah salah satunya.

"Siapa yang kamu maksud,Naufal?" tanya Chan tegas.

"Ya anak mana coba yang suka gitu ? Kan cuma Rayhan seorang"

"Siapa yang mendidik kamu seperti itu?! Kamu anak dengan keluarga lengkap ! Harusnya kamu bisa lebih baik dan bisa memahami orang lain ! Kamu pikir itu bagus?!" bentak Chan membuat semua orang disana merinding.

Mereka tidak salah dengar kan? Chan tampak begitu membela Rayhan. Apakah itu adalah hal biasa dan itu merupakan cara guru mendidik muridnya ?

"Ya" jawab Naufal malas.

Semua siswa sudah ketar-ketir duluan. Bagaimana jika Chan marah? Bagaimana jika Chan melakukan kekerasan karena Naufal yang sudah kelewat batas?

"Untuk yang lain, saya tidak mau dengar ada yang saling mengejek. Siapapun itu. Sampai saya denger satu kali lagi, saya akan panggil orang tua kalian" tegas Chan diangguki semua murid.

Sementara itu di tempat lain, Rayhan yang sedang berjalan tanpa arah di pinggir jembatan, tiba-tiba bertemu dengan Baskara.

Pria itu turun dari mobil yang sebelumnya sudah mengikuti Rayhan.

Rayhan tersenyum, di saat ia emosi seperti ini datang orang yang sepertinya cocok ia jadikan pelampiasan.

"Kita bertemu lagi,Rayhan. Saya tidak menyangka kamu masih bisa melihat dunia" ejek Baskara.

Rayhan tak peduli pada ucapan Baskara, ia melirik seseorang yang ada di dalam mobil. Biarpun remang-remang tapi Rayhan yakin wanita di dalam mobil itu adalah Lidya, Ibu nya.

"Kamu harus menerima ganjaran perbuatan kamu ,kamu membuat anak saya terluka!" gertak Baskara.

Dengan buru-buru, Baskara hendak memberikan pukulan pada perut Rayhan tapi sayangnya gerakan itu terlalu mudah di baca Rayhan, dengan cekatan Rayhan membalik keadaan ,ia memukul Baskara tepat di wajah membuat pria itu langsung terbatuk darah.

"Sialan kamu!" umpat Baskara .

Rayhan tertawa, "Saya bukan anak lima tahun lagi, saya akan melawan sekarang."

"Kamu anak sialan! Anak kurang ajar!" umpat Baskara lagi,

Habis sudah kesabaran Rayhan, "Kalau saya anak sialan, lantas sebutan apa yang pantas untuk seorang ayah tiri yang selalu menyiksa anak tirinya ?! Sebutan apa yang pantas untuk seorang ibu yang memisahkan anak dengan ayah nya?!" amuk Rayhan,ia mendekat dan langsung menendang perut Baskara hingga pria itu terguling ke jalanan.

"Saya sudah cukup sabar! Saya masih punya rasa terimakasih! Biarpun anda sering menyiksa saya ,tapi saya tetap menghargai Anda yang mau merawat saya semasa saya kecil ! Apa itu tidak cukup?!"

"Kamu mati ditangan saya,maka saya akan senang" kekeh Baskara.

Rayhan mendecih,

"Anda bukan Tuhan! Hidup dan mati saya ada di tangan Tuhan bukan anda !"

"Cukup Rayhan!"

Lidya keluar dari mobil, air matanya mengalir deras . Wanita itu menatap iba ke arah Rayhan.

"Kamu berhak marah Rayhan,tapi kamu tidak berhak menyakiti orang lain seperti itu!" bentak Lidya.

"Apa perlu saya belikan cermin?" tanya Rayhan.

Lidya meneguk ludahnya,"Rayhan...aku Ibu mu nak..."

Rayhan tertawa," Ibu mana yang selalu memukuli anaknya?! Ibu mana yang membuang anaknya di samping tempat sampah ?!"

"Rayhan..."

"Gak usah sok baik dan memohon -mohon !" Rayhan berlari meninggalkan dua orang yang tengah menatapnya dengan dua arti berbeda.

Naik ke sembarang angkutan umum yang lewat, intinya Rayhan hanya malas bertemu siapapun. Rayhan tidak percaya siapapun lagi.

...

Son Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang