Rayhan kecewa. Ia benar-benar merasa kecewa pada semua orang.Poin utamanya untuk saat ini, Rayhan benar-benar kecewa pada Lidya yang telah memisahkan dirinya dari sang ayah juga menjauhkan dirirnya dari yang namanya kasih sayang keluarga.
Rayhan tumbuh menjadi seorang anak yang penuh tekanan,hingga ketika ia memilih hidup sendiri di usianya yang masih sangat muda,ia dipaksa bisa bertahan dengan keadaan.
Dunia luar itu kejam,dan Rayhan harus berjalan beriringan dengan hal itu.
Segala tekanan, kekejaman, pergaulan, didikan, dan juga dendam membuat Rayhan tumbuh menjadi pemuda yang tidak mudah luluh, tidak mudah percaya sembarang orang, dan jelasnya dia egois.
Ketika tahu jika ternyata Chan adalah sosok ayah kandungnya, Rayhan tidak tahu harus merespon bagaimana.
Jujur saja, selama Chan merawatnya, Rayhan selalu merasa aman,ia merasa dilindungi juga tenang.
Tapi, ketika tahu yang sebenarnya Rayhan punya berbagai macam perasaan yang tercampur antara senang, marah , malu , dan bingung.
Apakah Chan malu jika anak yang selama ini dicarinya ternyata adalah anak bagajulan yang tak terdidik seperti dirinya ? Apakah Chan juga akan pergi meninggalkannya setelah mengetahui hal ini?
"Lo kenapa sih, akhir-akhir ini sering gak kerja. Lo ditanya sama bos" ucap Fauzan.
"Apa gue terancam di berhentiin?" tanya Rayhan antusias.
"Gak sih,cuma dia nanya Lo lagi sakit atau kenapa" jawab Fauzan membuat Rayhan menghela nafas lega karena kalau sampai disini ia diberhentikan, ia mau kerja apa setelah ini?
...
"Hai, Ray!"
Rayhan mengangguk seraya tersenyum menimpali beberapa siswa yang menyapanya saat ia berjalan menuju kelas.
Rayhan tetap berangkat sekolah kali ini. Ada satu hal yang membuat dirinya punya semangat untuk bersekolah. Ia sudah kelas 12 dan sebentar lagi ia akan lulus. Rayhan berharap ijazahnya nanti bisa ia gunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Untuk urusan Chan, Rayhan mencoba untuk memedulikan hal itu. Kepalanya terasa ingin pecah jika mengingat semua kejadian yang telah ia alami.
"Ray! Lo dipanggil Pak Chan tuh!" Rayhan mengangguk pada ketua kelas sebelah, rupanya pria itu ingin membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup menarik. Rayhan akan berusaha menikmati itu .
"Ya,pak?"
"Duduk" sesuai perintah Chan,Rayhan duduk dengan tenang.
"Saya ingin membicarakan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan sekolah" ucap Chan dengan nada tegasnya.
"Apa,pak?"
"Sebelumnya,bisa kamu panggil saya 'Ayah'?" tanya Chan penuh harap.
"Untuk apa?"
"Kamu anak saya"
Rayhan terkekeh,"Bapak emang mau jadi ayah saya?"
Chan menghembuskan nafasnya, sepertinya Rayhan tak semudah itu untuk menerima fakta yang baru saja ia ketahui. Atau sebenarnya Rayhan tidak percaya dengan hal ini?
"Rayhan, kamu tahu sendiri. Bagaimana saya selalu berharap bisa bertemu dengan anak saya. Sederhananya saya berharap anak saya masih hidup. Saya menyayangi anak saya-"
"Gimana kalau Ibu Lidya berbohong? Dia itu wanita licik,pak" ucap Rayhan memotong perkataan Chan.
"Apapun yang sebenarnya,saya tetap mau kamu jadi anak saya. Jadi, panggi saya 'Ayah' mulai sekarang." tegas Chan.
"Terus, kalau saya manggil bapak dengan sebutan ayah, dan ternyata saya bukan anak bapak, apa bapak nggak malu?" tanya Rayhan lagi. Anak itu terlihat begitu menuntut jawaban Chan.
"Intinya saya nggak mau tahu. Kamu harus manggil saya dengan panggilan ayah mulai saat ini" final Chan.
"Kok bapak maksa?!"
"Itu bukan paksaan tapi kewajiban. Kamu kan anak ayah"
Rayhan mengerjap. Jujur saja perkataan Chan tadi sangat membuat hatinya terkejut. Rasanya asing,tapi nyaman. Rasanya Rayhan merasa tak sendiri dan ia merasa lebih aman sekarang.
Tanpa sadar,Rayhan mengangguk.
"Ya,kamu anak ayah" ucap Chan lagi.
...
"Eh katanya Rayhan itu anaknya pak Chan,ya ?"
Rumor demi rumor mulai bermunculan. Semuanya berawal dari salah satu anggota OSIS yang ikut serta mengantarkan Adjie ke rumah sakit kala itu.
Beberapa dari mereka menyangkal namun, ada pula yang mempercayai rumor tersebut. Tanggapan demi tanggapan terdengar sampai ke telinga Rayhan dan Chan.
"Nggak nyangka aja sih ternyata Pak Chan yang setegas itu punya anak modelan Rayhan."
"Rayhan nggak akan sebejat itu kalau Pak Chan bisa ngedidik anaknya."
"Aku ikut seneng, ternyata Rayhan masih punya keluarga."
"Rayhan malu nggak ya?"
"Dih! Nggak banget sih. Masa seorang Pak Chandra punya anak kayak Rayhan!"
Novan dan Naufal yang kebetulan lewat tak sengaja mendengar semua kalimat-kalimat itu. Keduanya saling bertatapan. Jujur saja, keduanya juga sudah mendengar rumor itu namun mereka tak menanyakan pada Rayhan.
"Kalau rumor nya bener, menurut Lo gimana,Fal ?" tanya Novan.
"Percaya aja gue sih. Udah kelihatan pas Pak Chan ngebela Rayhan waktu itu." ketus Naufal.
"Ya kalau waktu itu emang Lo yang salah,Fal . Nggak sepantasnya Lo ngejelekin Rayhan. Waktu itu Lo juga ngebantah Pak Chan." ucap Novan mengingatkan.
Naufal yang mendengar hal itu hanya melirik sinis. Sebenarnya lelaki itu tak membenci Rayhan namun untuk masalah beberapa hari yang lalu, ia benar-benar sedang tidak dalam mood yang baik.
"Apa kita tanya aja sama Pak Chan?" ucap Novan memberi saran.
"Gila Lo? yang ada nanti kita malah dikasih tugas tambahan ! Kita kan kemaren bolos," sinis Naufal .
"Oh iya juga sih."
Sementara itu di tempat lain, "Kalau gue emang benar-benar anak dari Pak Chan, berarti gue udah ketemu sama keluarga gue yang sebenarnya dan nggak seharusnya gue ngebuat pak Chan malu sama diri gue."
End
Setelah 2 taun baru ditamatin gk tuh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Son
Novela JuvenilSemua berawal dari kekesalan juga kepedulian Chan dengan salah satu muridnya yaitu Rayhan yang begitu menjengkelkan. Tapi setiap kali bersibobrok dengan anak itu, Chan merasa aneh dan akan teringat pada seseorang yaitu sang putra yang keberadaannya...