CHAPTER 14 🍀

876 100 19
                                    


Chan menatap sekeliling tempat tinggalnya heran. Setahunya Rayhan membolos lalu kenapa sekarang ia belum pulang ? Padahal ini sudah sore.

Chan memutuskan untuk tetap tinggal di sini. Dengan atau tanpa izin Rayhan, tekadnya yang dulu bulat kini makin mantap ketika ia tahu sesuatu jika Rayhan adalah putra kandungnya.

Putranya yang ia cari keberadaannya.

Sudah jelas bukan, Chan adalah mantan suami Lidya. Mereka berdua bercerai setelah anak pertama mereka lahir karena Lidya yang ketahuan selingkuh dengan Baskara.

Chan yang kepalang emosi langsung menceraikan Lidya dan berniat membawa sang putra bersama nya. Tapi Lidya tak mau kalah,ia membawa putra nya bersama selingkuhannya .

Lidya memisahkan Chan dengan Rayhan.

Tapi apapun usahanya, Chan dan Rayhan itu bertakdir untuk bersama hingga tanpa Lidya tahu, keduanya justru selalu bertemu dan berinteraksi.

Ceklek

"Darimana kamu?" tanya Chan ketika Rayhan membuka pintu.

"Mana aja" jawab Rayhan tak peduli lalu berjalan masuk ke kamar, melewati Chan dengan pandangan tak pedulinya.

Chan yang melihat semua itu hanya diam dan menangis batin. Putranya hancur karena sifat kedua orang tuanya.

Rayhan tak sepenuhnya buruk, itu menurut Chan ketika mereka bertemu pertama kali.

"Maafkan, Ayah..."lirih Chan.

Malam harinya Chan dibuat bingung karena Rayhan tak juga keluar dari kamarnya padahal biasanya anak itu akan pergi bekerja.

Chan memutuskan untuk membuatkan teh hangat dan membawa cemilan lalu mengetuk pintu kamar Rayhan  . Sebagai seorang ayah yang baru saja menemukan putranya, tentu Chan punya berlipat-lipat rasa bahagia.

Pintunya tidak di kunci.

Ceklek

"Rayhan..." panggil Chan pelan.

Pria itu menutup pintunya perlahan ketika ia melihat Rayhan yang tampak tertidur pulas.

Chan mendekat, memandangi wajah Rayhan yang sebenarnya bisa di katakan mirip dengannya. Meskipun Rayhan lebih dominan mirip dengan Lidya,mantan istrinya.

"Kira-kira kapan saya bisa memanggil kamu 'Nak' dan kamu manggil saya 'Ayah' seperti keingin kita. "

"Kamu yang ingin bertemu ayah mu,dan saya yang ingin bertemu anak saya. Parahnya ternyata kita memang keluarga."

Chan meletakkan minuman dan juga camilan itu di nakas lalu berbisik pelan, "Ayah akan keluar, kamu istirahat saja"

Chan berbalik, berjalan ke arah pintu dan keluar tak lupa menutup pintu.

Rayhan membuka matanya perlahan,"Itu...gak mungkin"

"Pak Chan gak mungkin dia bokap gue, kan?"

"Gak mungkin kalau gue masih punya keluarga"

Rayhan terkekeh,ia mendengar semua yang Chan katakan,dan ia tidak tahu apakah ia harus bahagia atau sedih.

Rayhan bingung, apa ia harus percaya pada ucapan gurunya tadi? Atau itu hanya perkataan main-main yang digunakan untuk menghibur dirinya ?

"Gue harus temuin seseorang"

Hanya satu orang yang tahu semua kebenaran ini. Itupun jika ia mau memberitahu. Lidya, satu-satunya yang bisa Rayhan tanya .

Mengambil jaket lalu memakai sepatu, setelahnya ia keluar hendak pergi menemui sang Ibu,tapi ketika hendak membuka pintu ia dikejutkan dengan panggilan Chan.

Son Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang