CHAPTER 08 🍀

500 69 1
                                    


Chan sampai di rumah sakit yang merupakan tempat korban kecelakaan dilarikan. Pria berumur itu panik kala yang ada dipikiran nya hanya ada Rayhan.

"Loh,Pak Chan?"

Chan menoleh dan mendapati Lena yang berada di sebelah kanannya.

"Bu Lena ngapain di sini?" tanya Chan bingung.

"Saya nunggu keponakan saya yang kebetulan di rawat di sini. Bapak sendiri menjenguk kerabat?" tanya Lena balik.

"Saya mau melihat korban kecelakaan barusan" jawab Chan.

"Kecelakaan di perempatan sana itu?"

"Iya, Bu Lena tahu?"

"Saya nggak tahu korbannya siapa tapi yang jelas dia anak laki-laki,memang kenapa Pak?"

"Saya hanya ingin tahu"

"Oh kalau begitu saya permisi pak,"

"Silahkan"

Chan berjalan cepat mendekati resepsionis yang tengah berjaga dan langsung menanyakan perihal kecelakaan yang ia ingin tahu sekarang.

"Ada yang bisa kami bantu Pak?"

"Dimana ruang korban kecelakaan barusan itu Sus?"

"Sebentar Pak,"

Sesudah ia mendapat jawaban yang ia inginkan, sekarang pria itu berjalan cepat menuju kamar yang di maksud dengan perasaan yang tak karuan.

Chan benar-benar penasaran.

Sangking cepatnya ia berjalan ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita tepat di depan kamar yang menjadi tujuannya saat ini.

"Maaf" ucap wanita itu dan seketika tatapan mereka bertemu serta saling mengunci.

"L-lidya?"

"Permisi, dengan wali dari ananda Adjie ?"

"Saya Ibu nya" ujar wanita yang Chan panggil Lidya tadi.

Chan masih terdiam sambil mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Jika korban bernama Adjie,maka dugaannya salah dan ia sangat bersyukur akan itu. Artinya,anak yang tengah ia khawatirkan itu baik-baik saja walau saat ini ia berada entah dimana.

"Kalau begitu saya permisi,Bu" ujar sang dokter.

"Baik dok terimakasih" kata Lidya.

Seperginya dokter, Lidya tidak masuk ke kamar sang putra melainkan masih terdiam di hadapan Chan.

"Apa mau mu?" sarkas Lidya tiba-tiba sementara Chan masih mempertahankan wajah datarnya.

"Aku hanya lewat" sanggah Chan.

"Jangan sesekali ikut campur urusan ku ! Kita sudah tidak ada hubungan apapun !" ujar Lidya gak suka dan menunjuk Chan dengan jari telunjuknya.

"Aku juga tahu,kita tidak ada hubungan apapun. Memangnya salah kalau aku lewat sini?"

Lidya terdiam seribu bahasa. Karena merasa tak ada lagi yang akan di bicarakan,ia pun masuk ke kamar sang putra masih dengan tatapan benci yang ia layangkan. Sementara Chan hanya terkekeh lalu berjalan keluar dari rumah sakit.

...

Chan mengetik salah satu nama yang ada di ponselnya lalu mengklik tombol telpon,

"Kamu dimana ? Ini sudah jam dua pagi dan kamu tidak ada niatan pulang?"

"Saya gak akan pulang kalau bapak masih di sana !"

"Kamu pulang sekarang, atau saya pakai kekerasan"

"Cih ! Tukang ngancem, bapak pikir saya takut sama ancaman bapak?"

"Kamu pikir saya main-main?"

"Mau beneran kek, main-main kek, saya gak takut dan saya juga gak peduli"

Tutttt

Rayhan menutup panggilannya.

Ingin rasanya Chan mengungkapkan seberapa kesalnya nya ia saat mengatasi Rayhan. Tapi ketika mengingat pada tujuan awal ia melakukan semua ini, Chan hanya bisa kembali bersabar serta berharap jika anak itu bisa berubah.

Sementara itu di lain tempat, Rayhan berdecak kesal. Bukan sekali dua kali Chan mengancamnya dan Rayhan sendiri tahu jika pria itu tidak mungkin berbohong pada ucapannya.

Meski begitu,Rayhan pantang pulang sekarang. Pikirannya tengah kacau.

"Tidur Ray,sorry kalau rumah gue gak nyaman buat istirahat" ujar Fauzan sambil melempar selimut ke arah Rayhan.

"Rumah Lo nyaman kok Bang sayang banget kalau gue gak sering-sering nginep sini" tawa Rayhan namun Fauzan hanya berdecak lalu melanjutkan tidurnya.

Benar, setelah ia pergi dari rumah tentu Rayhan akan pergi bekerja . Ia tidak mungkin melupakan kegiatannya yang satu itu. Dirasa ia masih kesal dengan guru di rumahnya dan kejadian yang ia alami waktu ia berangkat, Rayhan memilih untuk menginap di rumah Fauzan.

Tunggu,kejadian sebelum berangkat bekerja ?

Kecelakaan. Ya, kecelakaan yang sempat membuat Chan khawatir parah itu ada hubungannya dengan dirinya. Tentu saja Rayhan tidak semarah itu dengan Chan hanya saja kejadian itu sangat membuatnya marah.

Bukan Rayhan kok penyebab dari kecelakaan itu. Atau memang benar dirinya?

Sekitar satu km sebelum perempatan itu, Rayhan masih sibuk mendumal dan menyumpah serapahi Chan dengan asiknya hingga tiba-tiba ia melihat sepeda motor yang mendahuluinya.

Awalnya Rayhan acuh hingga tiba-tiba ia mengingat siapa orang didepannya. Seketika emosinya bertambah. Rayhan nekat mengejar motor di depannya itu.

Sengaja, helm yang ia kenakan itu dibuka agar mereka bisa melihat siapa yang ada di belakang mereka saat ini.

Wanita yang sudah tampak berumur itu menoleh dan mendapati wajah Rayhan di belakangnya yang semakin mempercepat laju kendaraan. Sontak,wanita itu dengan heboh memukul pundak laki-laki di depannya agar mempercepat laju kendaraan mereka pula.

Melihat dua orang yang begitu ia benci ketakutan,Rayhan merasakan ada bahagia dalam hatinya. Beberapa meter lagi lampu merah, Rayhan memutuskan untuk memperlambat sepeda motornya sedangkan orang yang ia kejar tadi justru menambah laju kendaraannya.

Mereka memang nekat menerobos lampu merah karena khawatir jika Rayhan akan mengejar namun nyata Rayhan justru berhenti di belakang garis.

Tanpa mereka duga, seseorang tengah menyeberang di hadapan mereka sehingga mau tak mau mereka banting setir untuk mengindari si penyeberang,yang namun justru mereka yang terjatuh.

Mereka adalah Adjie dan ibunya yaitu Lidya.





Son Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang