CHAPTER 07 🍀

507 66 2
                                    

"RAYHAN !" Chan mencekal tangan Rayhan ketika anak itu hendak keluar dari rumahnya.

Bukan karena ia melarang hal itu tapi Chan tak ingin Rayhan keluar dengan keadaan emosi yang tak stabil. Tentu saja, entah apa pertanyaan yang Chan tanyakan, Rayhan langsung membanting sendoknya dan langsung beranjak pergi.

"Bapak mau apa sih?! Saya udah pernah bilang, tanpa bapak ngurusin saya,bapak masih dibayar !" ucap Rayhan menyentakkan tangan Chan.

"Dan saya juga udah bilang sama kamu,saya melakukan ini tanpa mengharapkan imbalan ataupun pujian ! Ini murni keinginan saya !" Chan membela dirinya membuat Rayhan mendecih tak suka.

"Saya gak butuh belas kasihan dari bapak!"

"Ini kepedulian, bukan belas kasihan seperti yang kamu pikirkan Rayhan!" bentak Chan.

"Beda tipis. Pak, dengar ya. Kalau bapak datang cuma mau jadi pahlawan buat saya,maaf saya tidak butuh. Saya terbiasa hidup sendiri dan bebas."

"Rayhan !"

Rayhan acuh, ia berjalan cepat meninggalkan Chan yang sempat mengejarnya ketika ia menuju ke tempat dimana ia meletakkan Motornya.

"Ck! Kenapa perasaan ku aneh begini!!" Chan mengusak rambutnya kasar lalu berjalan ke dalam untuk mengambil kunci motornya, berniat mengejar Rayhan.

Jika boleh jujur,hati Chan seakan sakit ketika ia mendengar dengan jelas bagaimana Rayhan mengutarakan rasa bencinya untuk orang tuanya yang entah dimana sekarang.

Dan yang lebih parah adalah saat ini. Perasaannya aneh dan ia selalu gelisah padahal ia tak merasa melupakan atau melakukan kesalahan apapun hari ini.

Chan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Niat awalnya memang mengejar Rayhan tapi ia rasa itu adalah hal yang sangat tidak mungkin ia lakukan. Maka dari itu,pria ini memutuskan untuk mencari makan di perempatan jalan.

Mungkin hari ini Chan apes atau bagaimana. Sesampainya disana, penjual baksonya entah kemana dan hanya ada seorang pria yang tengah makan disana. Dugaan Chan, sang penjual meninggalkan gerobaknya masih dengan seseorang di sini.

"Sini Pak,duduk dulu" kata si pembeli ramah dan Chan mengangguk lalu duduk di samping pria itu.

"Mau beli Pak?" tanya nya.

"Iya nih, memang penjualnya kemana ya Pak?" tanya Chan.

"Katanya sih pergi ke rumah buat ngambil gas tapi gak tahu ini udah lama gak balik-balik" jawab pria itu.

"Bapak warga sini?"

"Saya warga asli sini. Bahkan dari saya kecil, saya dibesarkan di daerah sini" jelasnya.

Entah mengapa, tiba-tiba otak cemerlang Chan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

"Bapak kenal sama Rayhan? Yang rumah warna putih sebelah kiri jalan?" tanya Chan. Pria itu membuat gerture mengingat.

"Rayhan ? Rayhan yang tinggal sendiri itu?" Pria itu memastikan.

"Nah iya. Rayhan yang itu"

"Ya tahu lah. Lagi pula dari dulu dia juga dekat sama saya. Udah saya anggap anak semdiri" kekehnya.

"Anak sendiri? Memang orang tuanya kemana Pak?" Chan rasa,pria ini bisa ia tanyai agar ia bisa mendapatkan informasi selengkapnya mengenai Rayhan.

"Saya juga nggak tahu kemana orang tuanya. Orang tuanya sih bejat kalau kata saya" pria itu menjelaskan sembari menatap Chan marah. Jujur,Chan takut sekarang.

"Memang apa yang mereka lakukan pak?"

"Bapak siapa to? Kok banyak tanya tentang Rayhan?"

"Saya guru di sekolahnya pak, kebetulan Rayhan anak di kelas saya" jelas Chan.

"Owalah, pantes. Rayhan sering buat ulah ya pak kalau si sekolah?" tanya pria itu sembari terkekeh.

"Tidak terlalu kok pak,wajar juga untuk anak seusia Rayhan" ujar Chan maklum.

"Maklumi saja ya Pak, dia seperti itu hanya untuk mengusir sedih saja. Dia itu kesepian makanya suka buat ulah" jelasnya.

"Iya pak. Saya akan mencoba untuk paham" sahut Chan.

"Nah,itu Pak penjualnya sudah datang"
Chan menoleh dan hatinya tersenyum lega. Lapar akan pergi dari perutnya.

"Kok lama sekali pak? setahu saya rumah bapak dekat" ujar pria tadi.

"Iya nih Pak Wan,ada kecelakaan di perempatan depan. Ramai banget saya aja sampai susah jalannya"

"K-kecelakaan?" tanya Chan kaget. Raut wajahnya seketika pucat,jangan bilang...

"Katanya sih korbannya anak muda. Dia hampir nabrak orang nyeberang dan dia banting stir eh,malah keguling terus keserempet taksi katanya"

"Lagian sih, udah tahu lampu merah malah di terobos"

Chan langsung beranjak dan menuju ke perempatan jalan yang dimaksud oleh penjual bakso itu. Perasaannya kian menjadi resah.

Sesampainya ia disana, perempatan jalan yang dimaksud sedikit ramai dan ada beberapa orang yang masih berdiri di trotoar sedangkan jalanan sudah kembali di lalui kendaraan seperti biasa.

Chan mendekati salah satu perempuan disana dan menanyakan tentang kecelakaan yang menganggu dirinya.

"Bu,bener tadi disini ada kecelakaan?"

"Iya bener, baru aja korbannya di bawa ke rumah sakit. Parah banget Mas,sampai berdarah-darah gitu . Mana katanya dia uda pingsan! Kasihan mana masih muda,kalau kata saya ya,dia ganteng pisan!"

Lupakan perkataan ibu-ibu ini.
Intinya korbannya parah.
Chan harus kesana !

Son Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang