16 : Ikut-ikutan

81 22 6
                                    

"Jadinya mau bakar-bakaran di mana, nih?" tanya seorang gadis yang menjabat sebagai sekretaris di depan kelas, Elly namanya.

"Bakar rumah lo aja gimana?" celetuk Donghyun yang langsung dihadiahi lemparan tutup spidol oleh Elly.

"Serius dulu!"

"Yang halaman rumahnya luas siapa?" tanya SinB, ikut dalam diskusi.

Saat ini XI IPA 2 sedang dalam perundingan tentang rencana makan bersama mereka setelah penilaian akhir semester nanti. Ujian tersebut akan diberlangsung mulai Senin depan dan rencananya acara makan-makan mereka dilaksanakan Sabtu depan atau sehari setelah ujian selesai.

"Rumah Kino, tuh! Bokapnya anggota parlemen," saran Chanwoo.

Kino yang namanya disebut lantas memutar bola mata malas. "Hubungannya kerjaan bokap gue sama halaman rumah gede apaan, Bambang?"

"Ya, biasanya rumah orang kaya 'kan halamannya luas."

"Orang kaya mah itu si Juyeon. Rumahnya gede, halamannya luas kayak GOR," ujar Kevin hiperbolis.

Elly kini menatap Juyeon yang sejak tadi mengetukkan pena pada meja. Bukan hanya Elly tetapi hampir seluruh murid menatap pada lelaki itu.

Juyeon yang ditatap oleh mereka jadi ikut diam. Ia merasa bingung karena tiba-tiba menjadi perhatian teman-teman sekelasnya. "Hah? Kenapa?" tanyanya, tidak mengerti apa yang mereka maksud. "Kalian bahas apa tadi?"

Mendengarnya, kelas yang semula hening menunggu jawaban Juyeon lantas mendadak kembali heboh.

Eunseo yang saat ini berpindah duduk di depan SinB jadi gemas sendiri. "Duh, mau gue cubit ginjalnya," bisiknya dengan tubuh sedikit condong pada Umji dan SinB.

Seungkwan bahkan sudah berdiri ingin menjewer Juyeon, tetapi lebih dulu ditahan Dahyun. "Sabar, orang sabar pangkal kaya."

Kini Seungkwan malah mendesis kecil, menatap Dahyun tajam. "Beda peribahasa ya, Maemunah!"

Di tempatnya, Umji terkekeh melihat respon teman sekelasnya yang tampak kesal dengan Juyeon. Pandangan gadis itu perlahan bergerak, beralih menatap lelaki yang sedang diberi penjelasan ulang oleh Elly tersebut. Meski Umji sudah hampir satu setengah tahun sekelas dengan Juyeon, ia baru tahu bahwa laki-laki itu punya sisi tak tertebak seperti tadi.

* * *

Seminggu telah berlalu. Satu per satu hari dengan ujian berhasil dilewati oleh para murid SMA Cendrawasih dan hari ini adalah hari terakhir.

Beberapa murid keluar dari ruang ujian dengan wajah sumringah dan beberapa lainnya berwajah lesu. Nah kalau SinB, dirinya termasuk golongan murid yang keluar ruang ujian dengan wajah lelah dan mulut yang terus berceloteh. Umji sampai hanya bisa menyimak saja kelakuan sahabatnya itu.

"Kenapa gue bisa masuk IPA, sih? Padahal gue musuhan berat sama biologi. Apalagi pas ujian tadi, beuh rasanya mau tenggelamin diri aja. Kayaknya nanti gue mau linjur aja, dah. Gak kuat gue kalau ketemu lagi sama ilmu alam di kuliahan," oceh SinB sebelum mengisap es jeruk dalam kantung plastiknya melalui sedotan.

Umji mengangguk dengan tangan yang sibuk merapikan ikatan rambutnya. Mendengarkan SinB rupanya cukup membuat ia sedikit tersentil. Sampai sekarang gadis manis itu sama sekali belum menentukan jurusan kuliah apa yang akan dipilihnya nanti setelah lulus.

Di tengah celotehan SinB yang terus berlanjut dan pikiran Umji yang berkelana membayangkan masa depan, seorang lelaki tiba-tiba menghampiri keduanya. Tidak hanya menghampiri, ia bahkan duduk di kursi kosong di antara mereka yang memang saat ini sedang berada di kantin. Ya, siapa lagi yang bisa sesantai itu bergabung dengan mereka kalau bukan Wooseok?

"Ngomel mulu sih, Bi. Udah kelar ini ujiannya," celetuk Wooseok sambil mencomot gorengan yang dibeli dengan uang patungan Umji dan SinB.

SinB yang ditegur dan melihat aksi Wooseok lantas mendelik tak suka. "Beli sendiri napa?"

Bukannya merasa bersalah, Wooseok justru duduk dengan makin santai. Laki-laki yang berbeda kelas dengan dua gadis di depannya itu kini duduk dengan satu kaki dinaikkan ke atas kursi sambil menyantap gorengan tadi. "Mager."

Mendengar jawaban Wooseok, SinB memilih untuk berdecih kecil saja. Mulutnya kembali melanjutkan keluhan perihal ujian biologi yang menjadi ujian terakhir dalam rangkaian penilaian akhir semester kali ini. Wooseok memutar bola matanya malas, padahal belum sepuluh menit ia ingatkan tapi gadis itu malah lanjut mengoceh lagi.

Setelah menghabiskan gorengannya, Wooseok menyadari ada sesuatu yang aneh. Begitu ia mengarahkan matanya ke samping kiri SinB, ia baru sadar hal apa yang aneh itu.

"Kenapa, Ji? Kok, diem aja?" tanya Wooseok dengan jari telunjuk yang diketuk pelan pada lengan Umji yang memang sejak tadi diletakkan di atas meja.

Iya, yang aneh bagi Wooseok adalah keterdiaman Umji. Biasanya tetangga Wooseok satu itu selalu heboh saat dirinya datang bergabung.

SinB ikut menghentikan omelannya, menengok pula pada Umji yang sekarang sudah menggelengkan kepalanya. "Eh? Omongan gue ada yang salah ya, Ji?"

Umji lagi-lagi menggeleng, kali ini dengan senyuman. "Gue cuma kepikiran dikit, 'habis lulus nanti gue mau lanjut ke mana?'."

"Oalah, urusan nanti itu mah. Mending sekarang mikirin acara besok, lumayan buat bikin otak fresh lagi." SinB mengibaskan tangannya sekali. "Besok mau gue jemput nggak, Ji?" Pertanyaan tersebut langsung disambut anggukan kepala oleh Umji.

Wooseok mengerutkan dahinya bingung. "Besok? Kalian mau kemana?"

"Bakar rumah Juyeon," jawab SinB dengan santai dan langsung dihadiahi pukulan kecil dari Umji.

"Besok rencananya kita ada acara makan-makan sama anak kelas di rumah Juyeon," jawab Umji dengan kalimat yang lebih normal.































"Makan-makan?" Wooseok tampak berpikir sejenak. "Gue ikut, dong!"

Umji dan SinB kompak menatap lelaki di hadapan mereka dengan tatapan bingung. Tidak ada yang menawarinya ikut padahal.

"Itu tadi gue kasih info, bukan tawarin lo buat ikut," ujar Umji.

"Aneh lo, tumben banget pengen ikut kegiatan kelas kita," timpal SinB.

"Ya, gapapa. Gue mau ikut, biar lo nggak repot juga. Umji bisa bareng gue ke tempatya," sahut Wooseok yang masih kukuh dengan keinginannya.

"Nggak. Nggak. Lo gak perlu ikut!" larang SinB. "Ini kegiatan kelas gue, mohon hargai privacy."

"Memang selain makan-makan, kalian mau apa? Pakai kata priㅡ" Ucapan Wooseok tidak jadi diselesaikan karena SinB lebih dulu memotong.

"Lo nggak boleh ikut!" ujar SinB final. "Umji aman kok dijemput sama gue."

Part 16✅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 16

seok, seok, mau ngapain sih pakai acara mau ikut segala?😅

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang