28 : Siapa?

68 12 1
                                    

"Hari ini latihan band, nggak?" tanya SinB pada Umji di tengah aktivitas memakan siomai dari plastiknya.

Umji menoleh lalu menggeleng sambil tetap mengunyah gigitan donat gula di mulutnya. "Kak Jaehyun sama Kak Eunwoo udah mulai belajar tambahan jadi latihannya cuma Kamis sama Jum'at," jawabnya setelah donat tersebut tertelan sempurna.

Kedua gadis itu tengah menikmati waktu istirahat mereka dengan makan bersama di kelas. Sengaja mereka ke kantin hanya untuk membungkus jajanan karena lebih memilih untuk makan santai sambil ngadem di ruang kelas.

Anggukan kepala SinB berikan sebagai respon mengerti atas jawaban Umji. "Jalan, yuk! Terakhir kita keluar buat main tuh sebelum lo jatuh dari motor. Udah sebulan deh kayaknya."

"Duh," Umji meringis pelan begitu mengingat momen menyakitkan dan memalukan itu. "Lo bukannya dijemput supir bokap lo nanti?"

"Iya, nanti sekalian minta antar aja. Mampir dulu ke rumah gue buat ganti baju, habis itu gas. Gimana?"

"Ya udah, gue izin ke ortu dulu kalau gitu."

Tangan kiri Umji yang kosong meraih ponsel di lacinya. Meski agak kesulitan mengetik dengan satu tangan, akhirnya satu pesan singkat berhasil ia kirim kepada mamanya. Setelah mendapat respon emotikon jempol sebagai balasan, Umji kembali menoleh pada SinB. Tangan kanannya dengan cepat menyuap donat gula yang tersisa ke dalam mulut lalu jarinya beralih membentuk isyarat 'oke'.

"Pelan-pelan makannya, anjir." SinB menatap Umji ngeri. Meski pipi Umji yang makin mengembung terlihat menggemaskan, tetap saja SinB khawatir gadis itu akan tersedak. "Dikunyah 32 kali!"

Di tengah usahanya untuk mengunyah, Umji mencoba tersenyum. Ah, ia bersyukur punya sahabat yang perhatian meski barbar macam SinB.

* * *

Menonton bioskop menjadi pilihan Umji dan SinB untuk menghabiskan waktu berdua. Kebetulan sekali, film yang dibintangi oleh aktor favorit SinB baru saja rilis, gadis itu jadi makin semangat untuk menyeret Umji nonton bersama.

Setelah film berakhir, keduanya memutuskan untuk mampir ke kedai es krim yang kebetulan masih ada di mal yang sama dengan bioskop tempat mereka menonton. Makan es krim setelah menangis menonton film serupa dengan mengisi tenaga kembali, begitu kata SinB.

"Gue cape banget nangis," keluh SinB dengan wajah murungnya. "Kenapa sih ending-nya gak dibikin mereka nikah aja? Kenapa malah pisah? Penulisnya ada masalah apa, sih? Sampai gak restuin mereka bahagia sama-sama gitu."

"Udah, udah. Nanti lo tulis skrip sendiri, ya. Bikin cerita happy ending, terus tawarin aktor kesayangan lo buat ambil peran biar karakternya bahagia terus sepanjang syuting," sahut Umji menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Wajah SinB makin merengut, masih tak rela kisah cinta karakter yang dimainkan aktor kesukaannya itu tidak berakhir bahagia. Umji sebenarnya juga menangis, tapi tidak seheboh SinB yang merasa kasihan pada nasib si tokoh utama laki-laki dalam film tersebut.

"Eh, Bi. Gue penasaran, deh. Kenapa kita nggak punya kisah cinta masa SMA kayak di film atau novel?" tanya Umji tiba-tiba.

SinB yang awalnya hendak memasukkan sesendok es krim ke dalam mulut jadi menghentikan gerakannya. Ia memikirkan jawaban yang tepat sampai akhirnya teringat sesuatu. "Kita? Gue aja kali maksud lo."

"Hah?" Dahi Umji mengerut bingung.

"Lo mah punya kisah cinta kayak novel. Secret admirer yang kirim surat tiap hari tuh novel banget, Ji!"

"Emang itu termasuk kisah cinta?"

"Iya, lah!" SinB melanjutkan kegiatan makan es krimnya yang sempat tertunda, kemudian kembali bicara setelah es tersebut cair di dalam mulutnya. "Selama ini lo mikir kalau surat dan barang yang dikasih si pengirim itu bukan ungkapan cinta?"

Umji mengangguk pelan.

"Kenapa? Jangan-jangan lo punya orang yang lo suka terus berharap orang itu yang ungkapin cinta ke lo bukan dari si secret admirer. Itu kisah cinta SMA yang lo mau?"

Lagi, Umji mengangguk jujur.

SinB meletakkan gelas es krimnya di meja dengan cukup keras, tubuhnya ia majukan agar bisa lebih merapat pada Umji seolah siap menerima perkataan yang berupa rahasia negara. "Jadi, lo lagi suka sama seseorang? Lo belum pernah cerita, nih! Siapa orangnya? Juyeon, ya?"









































Umji mendorong pundak SinB, mengembalikan rekan sebangkunya itu kembali ke posisi semula. "Kenapa sih kalian masih pada mikir kalau gue ada apa-apa sama Juyeon? 'Kan sebelum bagi rapot kemarin udah gue jelasin kalau si Kevin salah paham."

"Ya... habisnya belakangan ini lo akrab banget sama dia, padahal sebelumnya kayak orang nggak kenal."

"Gue sama dia satu band, dia juga yang nawarin buat join. Jadi, wajar kalau kita jadi akrab."

"Nah, itu! Lo nggak curiga gitu kenapa dia tiba-tiba tawarin lo masuk band? Kelihatan banget tau kalau dia tertarik sama lo."

Umji makin bingung. Apa maksud perkataan SinB? Belum selesai Umji berpikir tentang maksud ucapan SinB, gadis di depannya itu sudah kembali berbicara.







































"Eh, jadi bukan Juyeon yang lo suka? Terus siapa?"

Enggan menjawab, Umji memilih menunduk sembari mengaduk-aduk es krimnya yang mulai cair di dalam gelas.

"Wooseok?!"

Kepala Umji terangkat begitu nama itu disebut. Matanya langsung menatap eskpresi terkejut SinB yang memandang ke objek di luar kedai. Mau tak mau Umji jadi ikut menoleh.

Bukan. Itu tadi bukan tebakan SinB atas siapa yang Umji suka, itu merupakan seruan terkejut yang dikeluarkan SinB tepat setelah mendapati Wooseok yang melintas di depan kedai dengan seorang gadis bersamanya.

"Sama... siapa?" tanya Umji dengan suara kecil.


 siapa?" tanya Umji dengan suara kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 28✅

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang