06 : Tugas Prakarya

209 44 14
                                    

"Mau pakai bahan apa?" tanya Eunseo yang memulai diskusi kelompok tiga siang itu.

Saat ini, di mata pelajaran Prakarya, kelas XI IPA 2 diberi tugas berkelompok dan dipersilahkan untuk berdiskusi selama sisa jam pelajaran atau sekitar setengah jam. Mereka diminta untuk membuat maket transportasi sebagai tugas kelompok.

Dari hasil pembagian kelompok yang dilakukan sekitar lima menit yang lalu, Umji mendapat kesempatan untuk bergabung dengan kelompok tiga. Ia berada di kelompok yang sama dengan Eunseo, Dahyun, Juyeon, Donghyun, dan Kevin.

"Yang mudah aja, stik es krim," saran Juyeon.

"Stik bekas?" tanya Dahyun dengan ekspresi tak berdosanya.

"Enggaklah. Yang baru ada 'kok jualannya per-pak gitu," jawab Umji.

"Lo tau tempatnya, Ji?" Eunseo kembali bertanya.

"Tau. Kebetulan pas SMP pernah beli buat tugas juga."

"Harganya kira-kira berapaan?" tanya Dahyun lagi.

"Yang bagus isi 500an sekitar 30 ribu. Kalau yang biasa-biasa aja 15 ribuan, terus yang tipis banget sekitar 10 ribuan."

"Ji, lo udah cocok banget jualan stik es krim gitu," celetuk Kevin sambil menggeleng heran. Ia tidak habis pikir dengan Umji yang begitu rinci menjelaskan persoalan harga stik es krim.

Mendengar ucapan Kevin, Umji hanya bisa tertawa pelan.

"Ya ampun, calon istri kalau ketawa manis banget, dah!" gombal Donghyun yang dihadiahi pukulan kecil di bahu oleh Eunseo.

"Ngerdus mulu lo!" seru Dahyun yang ikut melempari Donghyun dengan gumpalan kertas bekas coretan kimianya tadi.

"Beli yang kualitas standar aja, ya? Coba dicatet dulu, barang apa aja yang mau dibeli. Biar tau perkiraan biayanya," saran Eunseo.

Mereka pun lanjut berdiskusi hingga obrolan mereka sampai topik mengenai siapa yang akan pergi membeli perlengkapan prakarya tersebut.

"Gue aja, gue 'kan tau tempat beli stik es krimnya," usul Umji dan ditanggapi anggukan setuju oleh yang lain. Bagi mereka, Umji sosok yang dapat dipercaya. Meski sebenarnya Umji termasuk golongan orang-orang malas bergerak, tapi demi tugas kelompok, ia akan bekerja sepenuh hati.

"Salah satu harus ada yang temenin Umji. Sekalian belanja perlengkapan lain juga," ujar Dahyun.

"Duh.. gue gak bisa. Nanti malam di rumah gue bakal ada acara, jadi disuruh Ibu pulangnya jangan sore-sore," sahut Kevin dengan wajah yang menampilkan raut penyesalan.

"Beneran lo?" Eunseo bertanya dengan tatapan curiga.

"Iyalah. Mana berani gue bohong pakai bawa-bawa nama Ibu."

Dahyun memasang mimik wajah cemberut. "Gue sama Eunseo juga gak bisa. Udah janjian sama yang lain buat jenguk temen SMP kita di rumah sakit."

"Umji biar sama gue aja," kata Juyeon mengajukan diri, mendahului Donghyun yang baru saja akan bersuara.

"Gue juga bisa temenin Umji, kok!" seru Donghyun semangat.

"Ini hari Kamis. Lo ada kumpul OSIS pulang sekolah nanti, kalau lupa."

Donghyun yang tadinya menggebu-gebu, kini terdiam. Ia hampir lupa tentang pertemuan rutin mingguan untuk para pengurus OSIS. "Di saat-saat begini, gue nyesel dipilih jadi salah satu pengurus."

"Jadi fix, ya? Nanti Umji perginya sama Juyeon. Jagain anak orang, Yeon! Jangan sampai lecet!" kata Eunseo mengingatkan sekaligus menjadi penutup diskusi mereka. Bel istirahat kedua sudah berbunyi, saatnya untuk makan siang.

* * *

"Woi!" panggilan mengejutkan dari Wooseok berhasil membuat Umji sedikit melompat ke belakang karena kaget.

Setelah melihat siapa pelakunya, Umji langsung sigap memukuli punggung Wooseok dengan tangan kosong. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali karena Umji sudah terlalu kesal.

"Lo nggak ada cara manggil gue yang lebih estetik apa? Nggak usah pakai acara ngagetin segala!" Umji menyeru galak.

Selesai berucap, gadis itu menyingkir dari pintu kelas. Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, teman-temannya yang lain satu per satu keluar dari kelas setelah ia tak lagi menghalangi pintu.

"Wuih, asik banget yang pulang sekolah langsung diapelin!" goda SinB yang datang-datang langsung merangkul bahu Umji. Mendapat lirikan tajam dari gadis yang dirangkulnya, SinB meringis kecil. "Sorry, sorry. Bercanda, Neng. Hehehehe..."

"Mau pulang kagak, Ji?" tanya Wooseok kepada Umji. Bagi lelaki itu, karena tadi pagi si tetangga menebeng dengannya, maka pulang juga harus bersama.

"Lo duluan aja, Seok. Gue mau beli perlengkapan buat tugas prakarya dulu," jawab Umji.

"Ayo, gue anter!"

Umji menggeleng. "Nggak usah. Gue perginya sama Juyeon. Kenal, 'kan?"






















Wooseok sempat diam sebentar, lalu mengangguk. "Kenal."

"Gila, gercep amat kelompok lo! Kelompok gue aja yang siap baru niat," kata SinB.

Mendengar penuturan SinB, Umji melepaskan diri dari rangkulan gadis itu dan berbalik menepuk bahu teman sebangkunya tersebut. "Gapapa, pertebal niat aja dulu."

"Ji?" Baru saja SinB akan menjawab, suara panggilan dari seseorang lebih dulu terdengar dan mengalihkan perhatian ketiganya. Ternyata Juyeon sudah berdiri tidak jauh dari mereka. "Ayo!"

"Oh, iya," sahut Umji, kemudian kembali menatap kedua temannya. "Gue pergi dulu, ya? Bye!"

Tanpa menunggu jawaban, Umji melambaikan tangan dan berlalu bersama Juyeon yang sempat mengangguk singkat kepada SinB dan Wooseok. Sepeninggal Umji juga Juyeon, Wooseok memilih pamit pada SinB untuk segera pulang.

"Heran, bisa-bisanya mereka sahabatan dari kecil tanpa ada perasaan lebih," ujar SinB sambil menggelengkan kepala, sebelum akhirnya ikut berlalu dan pulang ke rumah juga.




"Heran, bisa-bisanya mereka sahabatan dari kecil tanpa ada perasaan lebih," ujar SinB sambil menggelengkan kepala, sebelum akhirnya ikut berlalu dan pulang ke rumah juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 06✅

Salah, Bi.. kamunya aja yang nggak peka sama perasaan mereka wkwkwk

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang