05 : Misi Dimulai

208 42 15
                                    

Ada yang kangen gak, sih?





Ada yang kangen gak, sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari ini, pagi-pagi sekali seorang Umji sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sejak semalam ia sudah bertekad untuk datang pagi ke sekolah. Ia ingat hari ini sudah berencana untuk menangkap basah pelaku pengirim surat untuknya.

"Loh? Udah siap aja, Ji," komentar mamanya ketika ia baru saja memasuki dapur.

"Lagi mood berangkat pagi, Ma," sahut Umji kemudian meneguk segelas air putih yang baru saja diambilnya.

"Mau berangkat sama Wooseok, ya?"

"Dia mah jam segini masih rebahan."

"Mau diantar Kak Tae?"

"Males, nanti kalau aku bangunin malah kena amuk dia. Kayaknya aku berangkat sendiri aja."

"Emangnya kamu udah sehat?"

"Udah, dong!" Umji menyeru bangga. "Mama masak apa? Sini aku bantuin."

Umji pun membantu sang mama menyiapkan sarapan. Hanya nasi goreng sederhana dan teh manis hangat. Setelah siap, Umji menyajikannya di meja makan dan memasukkan sedikit ke dalam kotak bekal. Ia akan sarapan di sekolah saja.

Beres urusan menyiapkan sarapan, Umji pamit pada sang Mama dan segera keluar dari rumah. Rencananya ia akan berangkat dengan ojek online, tapi ia tak terlalu yakin apa ada ojol yang mau menerima order-nya.

"Sstt! Cewek!" panggil seseorang saat Umji baru saja menutup kembali pagar rumahnya.

Di depan rumah seberang, tampak Wooseok dengan motor sport kesayangannya, sepertinya lelaki itu juga baru keluar pagar. Sungguh pemandangan tak biasa di mata Umji, karena biasanya Wooseok baru keluar rumah sekitar jam setengah tujuh.

Ah, Umji lupa.. Dirinya sudah tidak pernah berangkat sekolah bersama Wooseok lagi selama kurang lebih satu bulan terakhir. Umji baru sadar jika sudah selama itu. Ia jadi bertanya-tanya, apa Wooseok punya kebiasaan baru? Apa selama sebulan terakhir lelaki itu selalu berangkat sepagi ini?

"Sekarang lo punya kebiasaan pergi sekolah sebelum matahari naik, ya?" tanya Umji memastikan.

Dahi Wooseok berkerut. "Enggak. Gue pergi sekolah di waktu yang sama kayak biasanya, kok. Lo aja yang keseringan bangun telat, jadi gak pernah ketemu gue tiap berangkat."

Baiklah, perkataan Wooseok ada benarnya. Umji memang sering bangun kesiangan tapi tidak selalu.

"Yaa, tapi gue gak setiap hari bangun telat," sanggah Umji.

"Oh, berarti sisanya gue yang telat pergi," ujar Wooseok sambil mengangguk-angguk.

"Terus, kenapa sekarang berangkat pagi?"

"Ada urusan di sekolah. Lo sendiri kenapa?"

Umji mendekat pada Wooseok, berdiri di samping motor milik lelaki jangkung tersebut. "Gue mau cari tau siapa yang letakin surat di loker gue."

"Penasaran banget kayaknya."

"Iyalah! Hampir 17 tahun hidup gue, baru kali ini ada yang main surat-suratan gini buat gue." Setelah berujar begitu, Umji mulai bergerak ke sisi kiri motor untuk segera bersiap naik. "Gue nebeng, ya? Gue gak yakin bakal ada abang ojol yang mau terima order-an sepagi ini."

Wooseok menatap Umji sebentar sebelum akhirnya berdeham menyetujui. Umji yang girang dengan persetujuan dari Wooseok, segera naik ke boncengan. Senyum manis gadis itu tak lepas dari bibirnya.

"Let's go!" seru Umji sembari menepuk bahu lebar Wooseok dengan cukup kuat.

Wooseok meringis kecil lalu direspon Umji dengan kekehan. Tanpa niat memulai debat, Wooseok segera melajukan motornya menuju sekolah. Ia tak peduli dengan Umji yang terus tersenyum dalam duduknya.

Dalam hati, Umji sejujurnya berharap Wooseok-lah yang mengiriminya surat selama sebulan terakhir ini.

* * *

Setelah menempuh perjalan selama kurang lebih 15 menit, akhirnya Umji dan Wooseok tiba di sekolah. Keduanya berpisah begitu keluar dari area parkir. Umji bergerak menuju kelasnya dan Wooseok berbelok untuk mendatangi ruang sekretariat basket.

Sesampainya di kelas, yang Umji lakukan hanya duduk diam di bangkunya. Ia sibuk memikirkan kemungkinan siapa tersangka dibalik surat-surat itu. Akan tetapi saat sedang asyik menebak, sesuatu dalam dirinya terus-terusan membantah. Ia merasa tidak cukup pantas untuk disukai oleh nama-nama yang melintas di benaknya.

"Harapan gue terlalu tinggi kayaknya," ujar Umji bermonolog. Pandangan mata gadis itu terus tertuju pada pintu kelas yang mulai dilalui banyak murid karena memang bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.

Sudah selama itu Umji menunggu dan tidak ada tanda-tanda kedatangan orang yang mendekati lokernya. Ia menghela lelah untuk kesekian kalinya pagi ini, dirinya sungguh penasaran mengenai pelaku pengirim surat itu.

"Selamat pagi, kelas kesayangan gue!" seru SinB, tepat ketika gadis yang lahir dua bulan lebih dulu dari Umji itu memasuki kelas.

Sapaan SinB hanya ditanggapi umpatan kecil oleh murid-murid yang  sudah menempati ruang kelas. Tak ambil pusing, gadis yang dikenal dengan kehebohannya itu memilih untuk segera menuju tempat duduknya. Ia cukup terkejut saat mendapati kawan sebangkunya sudah duduk di sana.

"Tumben banget datang pagi, Ji. Udah sehat lu?" tanya SinB yang dengan santai duduk di samping Umji.

"Rasanya kemarin ada yang ngajak datang pagi, biar bisa tau siapa yang letakin surat di loker gue," ucap Umji yang jelas tidak menjawab pertanyaan SinB.

"Hehehe... kirain lo nggak masuk hari ini. Sorry, Ji." SinB tersenyum, lengkap dengan kekehan kecilnya. "Jadi, gimana? Udah ketemu orangnya?"

Umji menggeleng lesu. "Kayaknya dia nggak kasih gue surat hari ini."

"Hmm... Ya udah, lo nggak perlu sedih. Besok kita cari tau lagi."

Kini Umji mengangguk lalu berdiri, membuat SinB kebingungan.

"Mau kemana?" tanya SinB lagi.

"Ambil buku di loker, bentar lagi bel," jawab Umji yang kemudian berjalan menuju bagian belakang kelas, tempat loker mereka diletakkan.



















Sebuah kertas berwarna biru terlipat di atas tumpukan buku menjadi hal pertama yang ditangkap netra Umji ketika gadis itu membuka pintu lokernya. Diambilnya kertas tersebut, lalu dibaca cepat. Surat dengan bentuk tulisan yang sama dengan surat-surat sebelumnya.

Umji menoleh, menatap SinB yang sejak tadi juga memperhatikan gerak-gerik teman dekatnya satu itu. Keduanya terkejut dengan rasa penasaran yang makin bertambah.










Siapa pengirim surat itu sebenarnya?


Siapa pengirim surat itu sebenarnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 05✅

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang