21 : Kesibukan Baru

73 21 4
                                    

Semester baru telah dimulai, membuat Umji terpaksa harus berpisah dengan kasur kesayangannya. Libur dua minggu terasa kurang baginya, padahal selama itu ia hanya rebahan. Uniknya, ia langsung semangat ketika mendapati SinB yang mengobrol rusuh bersama Moonbin di teras kelas.

"Selamat pagi, Tuan Putri SinB!" sapa Umji dengan semangat. Ia tidak memedulikan Moonbin yang kini bergidik geli mendengar panggilannya untuk SinB.

"Ada maunya nih, pasti," tebak SinB. Dirinya sama dengan Umji, jika menginginkan sesuatu pasti memanggil pakai embel-embel yang bagus.

"Oleh-oleh, mana oleh-oleh?"

"Lah iya, ya. Oleh-oleh mana, Bi?" tanya Moonbin yang ikut menagih.

"Lu berdua gak kayak Rita Sugiarto yang ucap 'hati-hati di jalan' pas gue mau berangkat, tapi pada minta oleh-oleh," canda SinB. "Oleh-olehnya ada di dalam, buat anak sekelas juga."

"Asik! Ayo masuk!" seru Umji dengan semangat. Tangannya segera merangkul salah satu lengan SinB untuk mengajak gadis itu masuk ke dalam kelas. Moonbin pun mengikuti di belakang keduanya demi mendapat oleh-oleh lebih dulu daripada teman yang lain.

SinB meraih paper bag di bawah meja ketika mereka sampai di samping mejanya. "Nggak usah protes, ya? Gue bingung mau bawa apa buat kalian, jadinya cuma beli ini aja."

Selanjutnya, SinB mulai membagikan oleh-olehnya kepada teman sekelas yang sudah datang. Untuk yang belum datang, biar mereka saja yang menghampirinya di meja.

"Eh, Ji. Wooseok ada oleh-oleh juga nggak, sih? Gue liat di instagram-nya, dia liburan ke luar kota juga, ya?" tanya SinB sembari merapikan sisa oleh-oleh di atas mejanya.

Kini ia dan Umji sudah duduk di kursi masing-masing. SinB yang sibuk beres-beres karena sebentar lagi upacara akan dimulai dan Umji yang sibuk mengunyah kacang goreng pemberian teman sebangkunya.

"Iya. Makanya selama libur gue kerasa gabut banget. Lo pergi, Wooseok pergi, gue cuma bisa rebahan." Umji menghentikan ucapannya, menyuapkan kembali beberapa butir kacang ke dalam mulutnya. "Eh, tapi gue sama dia belum saling ketemu sejak dia pulang kemarin, sih. Jadi belum tau dia bawa oleh-oleh atau enggak."

"Lah? Tadi berangkatnya nggak bareng?" Pertanyaan baru diutarakan oleh SinB.

"Diantar Kak Tae tadi, masih libur dia."

"Pulangnya gimana? Naik ojol? Dijemput? Atau nebeng Wooseok?"

Kali ini Umji mengangkat bahu tanda tidak tahu. Bertepatan dengan itu, ekor mata SinB yang menangkap kehadiran seseorang yang baru saja memasuki ruang kelas.

"Juyeon! Sini!" panggil SinB sambil membuat gerakan tangan untuk menyuruh orang yang dipanggil mendekat.

Juyeon yang baru kembali dari toilet lantas menoleh ketika namanya diserukan. Ia sudah datang dari tadi dan sepertinya SinB baru menyadari kehadirannya. Tanpa banyak pertimbangan, Juyeon akhirnya menghampiri tempat duduk gadis yang memanggilnya itu. "Kenapa?" tanyanya begitu tiba.

"Pilih, nih!" titah SinB lengkap dengan tangan yang menunjuk oleh-oleh yang tersisa di atas meja. "Lo selama libur kemana, Yeon? Gak muncul di grup kelas, instagram juga gak post apa-apa."

"Gak kemana-mana." Mata Juyeon menelusuri barang yang ditunjuk oleh SinB, lalu mengambil salah satunya secara acak.

"Sama kayak Umji, dong. Wah, tau gitu harusnya lo ajak dia jalan aja. Kasihan banget ini anak gabut di rumah."

Mendengar perkataan SinB, Juyeon jadi melirik Umji yang sejak tadi menyimak sambil terus memakan kacang gorengnya.

"Liburannya udah selesai. Saran lo nggak berguna lagi, Bi," protes gadis berwajah menggemaskan itu. Yang diprotes hanya meresponnya dengan tawa kecil.

"Thanks oleh-olehnya, Bi," sela Juyeon, tidak ikut menanggapi perkataan SinB sebelumnya.

"Yoi," SinB menyahut santai.

"Pulang nanti jangan lupa kumpul dulu di ruang musik, Ji." Juyeon menoleh sepenuhnya pada Umji. "Kemungkinan Bu Yubin bakal bahas lomba sama dies natalis sekolah."

Umji sempat terkejut begitu mendengar Juyeon yang tiba-tiba mengajaknya bicara. Akan tetapi, dengan cepat ia bisa kembali menguasai diri dan berdeham mengiyakan pernyataan lelaki itu. "Makasih udah ingetin gue."

Juyeon mengangguk, kemudian pamit kembali menuju mejanya. Setelah laki-laki itu duduk di tempatnya, barulah SinB mengomentari situasi yang baru saja ia terima.

"Wih, kayaknya bakal ada yang punya kesibukan baru, nih!" ledek SinB. Umji yang biasa dikenalnya sebagai murid paling malas ikut acara sekolah di kelasnya, sekarang malah akan jadi murid paling sibuk selain para panitia.

"Gapapa, deh. Buat pengalaman, biar masa SMA gue nggak datar-datar amat," sahut Umji dengan pandangan ke arah papan tulis di depan kelas, seolah memikirkan sesuatu. "Tapi kalau ada kumpul nanti, kemungkinan besar sih bakal pulang pakai ojol. Bisa bangkrut gue kalau latihan terus tiap pulang sekolah."

Mendengar penuturan sahabatnya, SinB jadi ikut berpikir. "Minta tungguin aja sama Wooseok."

Bukannya menyetujui, Umji malah menghela napas lelah. "Gue tuh, beban banget, ya? Bikin susah dia terus, kadang juga nyusahin lo."

"Gue nggak anggap lo beban." Umji tersenyum kecil mendengar kalimat bernada protes tersebut, lalu menyimak kembali perkataan SinB berikutnya. "Kita tuh punya simbiosis mutualisme, saling bantu. Gue kalau butuh contekan tugas pasti larinya ke elo. Gue yakin kalau lo sama Wooseok juga bersimbiosis begitu."

"Lo yakin nggak mau kuliah rumpun sains? Bahasa lo anak biologi banget," usul Umji diikuti tawa jahil di akhir ucapannya.

SinB lanjut menanggapi ucapan Umji dengan mengomel perihal nilai biologinya yang tidak memuaskan semester lalu. Ocehannya terus berlanjut karena direspon baik oleh teman sebangkunya. Ia baru berhenti ketika bel sekolah berbunyi nyaring, memanggil para siswa untuk segera mengikuti upacara di lapangan.



































"Ayo ke lapangan!" ajak SinB pada Umji yang masih mencoba meraih topi di dalam tasnya.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Umji menyempatkan diri untuk menyimpan kacang goreng yang masih tersisa di loker. SinB memang membawakan satu bungkus penuh kacang goreng khusus untuknya. Daripada dikerubungi semut jika disimpan di laci, lebih baik ia simpan di loker saja.

Sebuah sticky notes hijau tampak tertempel di pintu bagian luar loker dan Umji baru menyadari itu. Ia kira hari ini dirinya tidak akan mendapat apa-apa mengingat kunci lokernya dibawa pulang selama libur semester. Belum lagi kemarin masih hari libur, jadi tidak mungkin si pengirim surat datang ke sekolah.

.

Untuk : Umji Almira Ziva
4 Januari

Semangat semester genapnya, Ji!

.

Hanya itu. Kalimat sederhana tapi berhasil membuat hati Umji menghangat. Ia jadi tidak sabar menanti surat-surat selanjutnya di semester ini.



 Ia jadi tidak sabar menanti surat-surat selanjutnya di semester ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part 21✅

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang