19 : Classmeet Rumit

84 16 4
                                    

"Makasih banyak, Yeon. Maaf banget hari ini jadi ngerepotin lo terus," kata Umji sembari membuka seatbelt yang sejak tadi menahan tubuhnya.

"Santai, Ji," ujar Juyeon menenangkan.

"Lo mau mampir dulu?"

Juyeon melirik jam tangannya lalu menggeleng. "Kapan-kapan aja, Ji. Udah malam, nggak enak kalau bertamu."

Kapan-kapan? Maksudnya? Umji tentu saja tidak senekat itu menyuarakan pikirannya. "Yaudah gue masuk dulu, ya? Lo hati-hati pulangnya."

Setelah mendapat anggukan dari Juyeon, Umji akhirnya membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Benar, ia betul-betul diantar pulang oleh lelaki itu karena mobil tebengan SinB tidak searah dengan rumahnya.

Setelah Umji menutup pintu dan melambaikan tangan, Juyeon kembali menjalankan mobilnya serta membunyikan klakson sebagai tanda pamit. Baru saja Umji berbalik menuju pagar rumahnya, telinga Umji menangkap suara seperti pagar yang dibuka dengan tak sabaran dari rumah seberang.

Begitu gadis itu memutar tubuhnya kembali, benar saja, seorang laki-laki jangkung bersetelan rumahan keluar dari pagar rumah depan dengan terburu-buru. Siapa lagi kalau bukan Wooseok?

"Tadi diantar siapa?" tanya laki-laki itu to the point.

Umji menatapnya heran, tetapi tetap menjawab. "Juyeon."

"SinB mana?"

"Motornya mogok, jadi SinB pulangnya ikut yang rumahnya searah sama dia."

"Tuh, 'kan!" Wooseok menyeru tiba-tiba, cukup membuat Umji terkejut. "Gue bilang juga apa, seharusnya gue ikut dan antar lo tadi. Kalau gue ikut pasti lo aman-aman aja."

Dahi Umji berkerut. "Apa, sih? Biasa aja kali, Seok. Gue aman, kok. Tadi juga pas motor SinB mogok, kita dijemput Juyeon dan nggak ngegembel."

"Terus kenapa pulangnya nggak telepon gue aja? 'Kan bisa gue jemput."

"Juyeon nawarin buat antar gue pulang, ya gue terima aja."

Wooseok menghembuskan napasnya dengan kasar. "Juyeon mulu lo sebut-sebut!"

"Loh? 'Kan gue memang dari rumah Juyeon."

"Argh," Wooseok mengerang seperti menahan sesuatu dalam dirinya.

"Lo kenapa, sih? Lo aneh!"

Mendengar ucapan Umji, Wooseok lantas menatap gadis itu tajam. "Lo jangan deket-deket sama Juyeon, bisa?"

"Hah?" Umji makin dibuat bingung oleh Wooseok. "Lo siapa sampai larang-larang gue deket sama dia?"

"Gue sahabat lo, Ji."

Umji mendengus kesal, bagi lo hubungan kita memang selalu hanya sebatas sahabat dan gak akan pernah bisa lebih. "Iya, gue tau kita udah sahabatan dari lama. Tapi gue nggak pernah larang lo buat temenan sama siapa pun, karena gue nggak punya hak untuk itu dan seharusnya lo juga begitu."

Duh, membicarakan status mereka begini membuat Umji jadi makin emosi.

Belum sempat Wooseok bicara, Umji lebih dulu memotong. "Gue capek, mau istirahat. Kalau masih mau berantem lanjut besok aja."

Setelah berkata begitu, Umji berbalik dan masuk ke area rumah secepat yang ia bisa tanpa menoleh. Meninggalkan Wooseok yang masih diam menatap punggung gadis itu sampai hilang dari pandangan.

* * *

Senin lagi, Senin lagi.

Meski sudah tidak belajar, tetap saja Umji merasa malas. Maunya sih rebahan saja di rumah, tapi sayangnya tahun ini ada sistem denda bagi siswa yang tidak masuk pada hari kegiatan classmeeting.

Jadilah kini Umji sudah siap dengan seragam olahraganya sambil mengintip ke luar rumah melalui sela kecil antara gorden dan jendela kamarnya. Ia sedang memastikan Wooseok sudah pergi lebih dulu dan tidak bertemu dengannya.

Setelah adu mulut malam itu, mereka memang belum bertemu. Kemarin Umji seharian hanya di kamar karena tahu Wooseok datang ke rumah dan menunggunya untuk keluar. Umji jadi merutuki kalimat terakhirnya malam itu. Sok-sokan menantang untuk lanjut berantem keesokan harinya, yang ada malah ciut duluan.

Demi mengoptimalkan usaha mengindarnya, akhirnya pagi ini Umji berhasil memaksa Taehyung yang kebetulan sudah libur semester untuk mengantar ke sekolah. Ia tidak peduli kakaknya itu mengoceh sepanjang jalan, yang penting ia sampai di sekolah tanpa perlu bertemu Wooseok.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Umji punya kegiatan rutin untuk membuka loker. SinB bahkan menemaninya pagi ini.

.

Untuk : Umji Almira Ziva
14 Desember

Hey, gimana ujiannya? Rasanya pasti lega. Beban di pundak kayak terangkat ya walau nggak seluruhnya.

Btw, semangat ikut kegiatan classmeetnya! Kalau capek jangan lupa istirahat, ya?

.

Umji tersenyum kecil membacanya, tetapi tak luput dari perhatian SinB. Gadis berhidung mancung yang sejak tadi ikut membaca itu kini mencolek-colek dagu Umji untuk menggoda.

"Cie, dikasih semangat. Cie..." bisik SinB yamg kemudian tertawa ketika lengannya dipukul Umji.

"Udah, ah! Ayo ke lapangan!" ajak Umji sambil melipat kembali surat tadi dan meletakannya di dalam loker.

Keduanya pun beranjak menuju lapangan setelah pintu loker tertutup. Mereka menghampiri teman-teman kelas yang sudah duduk di pinggir lapangan. Namun ada yang berbeda kali ini, pandangan mereka tampak mengikuti langkah Umji.





























Saat Umji sudah duduk di antara mereka, tiba-tiba saja Eunseo bertanya.

"Ji, lo jadian sama Juyeon?" tanya Eunseo yang langsung diikuti teman-temannya yang lain.

"Kata Kevin, kemarin dia liat lo kayak lagi ditembak sama Juyeon."

"PJ, dong! PJ!"

"Diliat-liat lo sama Juyeon cocok juga."

"Beneran pacaran, Ji?"

Dan masih banyak lagi. Umji sampai tidak bisa berkata-kata, ia hanya bisa menggeleng panik. Belum damai dirinya dengan Wooseok, sekarang timbul masalah baru. Gara-gara gosip dari Kevin selaku saksi mata yang salah paham, Umji yakin classmeet-nya tahun ini akan berlangsung rumit.






 Gara-gara gosip dari Kevin selaku saksi mata yang salah paham, Umji yakin classmeet-nya tahun ini akan berlangsung rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part 19

Selamat idul adha yaa buat teman-teman yang merayakan!

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang