23 : Perihal Belajar Bawa Motor

67 18 2
                                    

Yang dikatakan Umji tentang ia yang akan belajar mengendarai motor dengan Taehyung adalah kebohongan. Nyatanya, ia nekat untuk belajar mengendarai motor bersama SinB secara diam-diam.

Alhasil, di sinilah Umji sekarang. Sebuah puskesmas yang tak jauh dari lapangan tempatnya belajar mengendarai motor tadi. Mata kakinya yang sebelah kiri kini tertutup kain kasa steril dan pita perekat. Tak hanya itu, kaki dan lengan kirinya juga penuh lecet dan luka kecil yang sudah diobati.

"Ini," kata SinB sambil menyerahkan sebuah plastik bening berisi obat-obatan dan berbagai perlengkapan pembalut luka kepada Umji. "Vitaminnya diminum rutin satu kali sehari biar cepat sembuh, obat pereda nyerinya diminum tiga kali sehari sampai luka lo gak terasa sakit lagi. Kalau obatnya udah habis, tapi lo masih merasa sakit, kita periksa lagi nanti. Perbannya juga diganti setiap hari, jangan lupa!"

Umji menerima plastik tersebut dengan mata berkaca-kaca. Hatinya kita dipenuhi rasa bersalah. "Bi, maaf. Gara-gara gue, motor lo jadi rusak."

"Duh, kenapa nangis?" SinB mendekat pada Umji yang masih duduk di atas brankar.

Benar saja perkataan SinB, air mata Umji mulai berjatuhan. "Nanti... gue... ganti uang... servis motor lo," kata Umji terbata disela tangisnya.

"Udah, ih. Urusan itu nggak usah dipikirin, yang penting sekarang lo baik-baik aja."

Jadi begini ceritanya, awalnya Umji lancar-lancar saja mengendarai motor sambil diawasi SinB di belakangnya. Namun setelah lima menit SinB lepas tangan dan menyerahkan motor sepenuhnya pada Umji, sebuah musibah terjadi. Gadis itu terjatuh karena hilang keseimbangan saat menghindar dua ekor ayam milik warga yang tiba-tiba berlari melintas di depannya.

"Bii..." rengek Umji sembari merentangkan tangan kanannya. Sengaja hanya sebelah, yang satunya terasa sakit jika diangkat.

"Udah. Jangan nangis!" peringat SinB, membalas pelukan sahabatnya. "Oh iya, nanti bokap gue yang jemput kita, sekalian bawa orang bengkel buat ambil motor gue."

Umji meringis mengingat perbuatannya terhadap motor SinB. Ia mengurai pelukan di antara mereka dan mengusap pipinya yang basah. "Nanti gue jelasin semua sama bokap lo."

* * *

Langkah Umji tertatih memasuki ruang kelas yang lumayan ribut pagi ini. Setelah diantar mamanya sampai depan gerbang tadi, Umji memilih untuk berjalan sendiri menuju ruang kelasnya. Ia menolak tawaran sang ibunda dengan alasan bahwa kakinya sudah tidak terlalu sakit.

Padahal rasa sakitnya hanya berkurang sedikit dari yang kemarin. Ia hanya tak ingin kehadiran mamanya akan menyorot perhatian tiap orang yang ia temui dalam perjalanan menuju kelas. Kalau jalan sendiri, ia tidak akan terlalu mencolok di mata mereka.

"Umji? Lo kenapa?" tanya Kevin dengan suara cukup lantang, membuat teman-temannya yang sudah datang jadi menoleh penasaran.

Umji menghela napas pelan. Ia yakin pagi ini akan menjadi pagi yang panjang. Teman-temannya saat ini sudah banyak menghampiri dirinya yang masih berada tak jauh dari pintu kelas.

"Kaki lo kenapa? Lo jatuh?" kali ini giliran Sakura yang bertanya.

"Iya," jawab Umji seadanya.

"Kok, bisa? Jatuh di mana?" satu pertanyaan dilontarkan oleh Minho kali ini.

"Di lapangan belakang kantor lurah."

Kevin sudah hendak membuka mulutnya kembali, hendak bertanya. Begitu pula dengan Yeeun dan Dahyun yang masih penasaran. Namun semuanya kembali bungkam saat seseorang yang duduk di dekat mereka berkumpul tiba-tiba bersuara.

"Coba Umji dikasih duduk dulu, pasti sakit kalau berdiri lama-lama," kata Juyeon. Sejak tadi ia hanya menyimak apa yang terjadi dari kursinya.

"Oh, iya!" Semua yang menghalangi langkah Umji lantas menyeru setuju. Elly dan Sakura yang kebetulan berdiri paling depan akhirnya membantu Umji menuju singgasananya, sedangkan yang lain membuka jalan lalu mengekori.

Tepat setelah Umji duduk dibangkunya, SinB datang dari arah pintu kelas dengan riang. "Widih, kenapa nih? Ramai betul, mau bagi-bagi sembako?" SinB menyelinap di antara kerumunan teman-temannya agar bisa sampai di kursinya. "Loh, Ji? Kok, sekolah, sih?" tanya SinB saat menyadari kehadiran Umji di sana.

"Kayaknya, SinB udah tau si Umji kenapa sampai begini, nih," tebak Kino.

"Ya, gue tahu. Gue saksi matanya," sahut SinB santai sebelum duduk di samping Umji. Tanpa banyak basa-basi lagi, SinB pun mulai bercerita tentang insiden kemarin. Sesekali Umji meringis malu saat mendengar cerita yang diungkapkan oleh SinB.

"Terus reaksi bokap kalian gimana?" tanya Seungkwan penasaran.

"Bokap gue bantu jelasin apa yang terjadi ke bokapnya Umji. Mereka juga diskusi, untung keputusan akhirnya damai."

Begitulah yang terjadi kemarin. Kedua laki-laki dewasa itu sepakat bahwa ayah Umji hanya harus membayar separuh dari biaya perbaikan motor SinB. Ayah SinB juga merasa bersalah karena anaknya yang belum punya SIM malah nekat mengajari orang lain.

"Get well soon ya, Ji!" ujar Eunseo yang kemudian diikuti ucapan serupa oleh teman-teman yang lain. Setelah itu satu per satu dari mereka mulai kembali ke tempat duduk masing-masing karena bel akan segera berbunyi.

Sebagai teman sebangku yang baik, SinB berinisiatif untuk mengambilkan buku Umji di loker. Sekarang tinggallah Umji sendirian di bangkunya.
































"Nanti nggak usah latihan dulu, Ji," ucap seorang laki-laki, bersamaan dengan sekotak susu UHT diletakkan di atas mejanya.

Umji yang semula menunduk untuk mengambil pulpen di dalam kotak pensilnya lantas mendongak. Rupanya Juyeon kini sudah berdiri di sampingnya.

"Loh? Kenapa?" tanya Umji heran.

"Lo istirahat aja. Jangan banyak gerak," jawab Juyeon.

"Duh, Yeon... Gue oke, kok. Gue masih sanggup buat ikut latihan, nyanyi bukan aktivitas fisik yang berat."

Juyeon menggeleng. "Mending gak usah ikut latihan dulu minggu ini, lo fokus aja buat pemulihan."

"Nggak, nggak, nggak. Gue tetap mau latihan hari ini."

Helaan napas pasrah akhirnya terdengar dari mulut Juyeon. "Ya udah kalau gitu, nanti ke ruang musiknya bareng gue atau minta jemput Pinky, oke?"

Umji mengangguk patuh, tidak menolak kali ini.

"Cepet sembuh, ya?"

Dua kali tepukan halus di puncak kepalanya membuat Umji terdiam. Ia masih mencerna apa yang baru saja Juyeon lakukan. Ia memang cukup dekat dengan Juyeon, tapi ia baru pertama kali menerima perlakuan seperti tadi dari teman satu kelasnya itu. Baru saja ingin bertanya pada yang bersangkutan, ternyata lelaki itu sudah melangkah menuju bangkunya.

"Ji, lo dapat surat lagi di loker," suara bisik-bisik berisi laporan dari SinB itu membuat Umji tersadar dari lamunannya, tepat ketika bel masuk berbunyi.















"Ji, lo dapat surat lagi di loker," suara bisik-bisik berisi laporan dari SinB itu membuat Umji tersadar dari lamunannya, tepat ketika bel masuk berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 23✅

funfact : chapter ini sebenarnya udah siap sejak akhir agustus tahun lalu

hehehehe... september sampai desember kemarin aku full kuliah+kaderisasi himpunan. aku juga berusaha buat memperbaiki ip-ku yang anjlok di semester sebelumnya, jadi aku sama sekali nggak nulis part 24 selama periode tersebut makanya aku tahan dulu part 23 ini. nah, sekarang udah libur dan aku bakal usahain buat aktif nulis lagi. mohon dukungannya yaa🙏🏻❤

btw, happy new year semuanyaa!!

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang