15 : Curhat

115 20 9
                                    

Dukk..

Umji menutup pintu mobil dengan kesal. Tangannya bergerak mengarahkan pendingin udara ke wajahnya. Hari ini panas dan bisa-bisanya Taehyung menyuruh Umji untuk berjalan ke tempat mobil mereka terparkir.

"Kenapa lu?" tanya Taehyung. Matanya dapat melihat jelas keringat mengalir di kening sang adik.

"Habis jalan-jalan di Gurun Sahara," jawab Umji asal dengan mata tertutup. Ia sedang mencoba menikmati angin AC yang menyapu wajah lelahnya. "Kak, haus."

Taehyung meraih sebotol air mineral yang ia simpan di samping jok tempatnya duduk. "Nih," katanya sembari menyerahkan botol tersebut pada si adik yang berbeda 3 tahun darinya.

Umji membuka matanya kembali, meraih botol air mineral tersebut. Tanpa banyak bicara, ia segera meminumnya sampai tersisa 3/4 botol. Setelah puas, ia menutup lagi boto tersebut dan beralih mengamati dari samping sosok Taehyung yang sudah mulai menjalankan mobil. "Memang mau ke mana sih, Kak?"

"Cuaca panas gini sih enaknya ke mall aja. Lo mau nonton atau makan?"

"Makan aja, deh. Lagi nggak mood buat nonton."

"Oke, gas!"

Setelah berkata begitu, Taehyung benar-benar menambah kecepatan mobil.

"Kak!" jerit Umji yang terkejut. Taehyung terkekeh, memelankan kembali laju kendaraannya.

Untung saja saat ini mereka melintasi jalan yang tidak ramai. Kalau tidak, bisa saja seketika mereka terbangun di rumah sakit. Umji jadi merinding jika membayangkannya.

* * *

Taehyung memasukkan sepotong daging yang tadi ia ambil dari kuah hotpot dengan sumpit ke dalam mulutnya. Ia begitu fokus dengan kegiatan makannya, sampai tak sadar bahwa sang adik tengah menatapnya dalam diam.

Begitu sampai di mall tadi, kedua bersaudara itu memutuskan untuk makan hotpot di salah satu restoran masakan China yang memang ada di sana. Taehyung yang kebetulan sudah lama tidak memakan makanan berkuah itu jadi sangat bersemangat menyantapnya. Berbeda dengan Umji yang memilih untuk makan dengan tenang karena tidak ingin membakar lidahnya sendiri.

Tadi saat di perjalanan, hujan turun cukup deras. Mereka yang awalnya ingin pergi ke mall untuk mendinginkan diri, sekarang malah ingin menghangatkan diri dengan mengonsumsi hotpot pedas.

"Kak," panggil Umji kemudian memutuskan pandangannya dari Taehyung dan kembali menyuapkan sepotong sayur yang sudah didinginkannya dalam mangkuk kecil.

"Hm?" sahut Taehyung berdeham, sedikit melirik pada Umji yang duduk di hadapannya.

Umji mengunyah dan menelan nasinya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Lo pernah punya secret admirer gitu nggak, sih?"

Bukan tanpa alasan Umji memperhatikan Taehyung tadi. Matanya sibuk menganalisa kadar ketampanan sang kakak. Lalu menebak-nebak, ada berapa perempuan yang suka pada laki-laki di hadapannya ini?

"Secret admirer?" tanya Taehyung, mengulang kata yang sempat disebutkan adiknya.

Umji mengangguk. "Iya, ada nggak?"

"Dulu sih gue punya banyak fans. Banyak yang terang-terangan, banyak juga yang kasih hadiah secara anonim. Biasalah, orang ganteng," jelas Taehyung dengan gaya tengil khas miliknya.

"Nyesel gue tanya," cibir Umji, melanjutkan kembali aktivitas makannya.

"Gak mau banget ngakuin kalau gue ini ganteng maksimal. Calon kakak ipar lo aja sampai kepincut." Taehyung mengaduk lagi kuah hotpot di atas meja, berusaha mencari potongan daging yang sudah matang.

"Kak Yerin belum operasi lasik tuh pas terima elo."
















Takk..

Sendok bersih yang baru saja akan dipakai Taehyung tiba-tiba saja ia pukul pelan pada kepala adiknya. Pelan tetapi cukup membuat Umji mengaduh kecil.

"Kenapa, sih? Kok, tiba-tiba tanya tentang secret admirer segala?" tanya Taehyung sambil membersih sendok tadi dengan tisu sebelum dipakai.

Umji mengusap kepalanya pelan, lalu memberi jawaban. "Dua bulan terakhir gue dapet surat anonim di loker."

Dahi Taehyung mengerut. "Surat anonim? Isinya apa?"

"Cuma sekedar tanya kabar, kasih semangat, atau tebak-tebakan. Kadang juga dia taruh suratnya sama barang-barang kecil kayak gantungan kunci, pena lucu, sampai jepit rambut. Itu bisa disebut secret admirer gak, sih?"

"Ya kalau dia kasih surat itu dengan tujuan tunjukin rasa suka atau kagumnya dia tanpa identitas, bisa dibilang secret admirer." Taehyung mengangguk, kembali bicara sebelum menyeruput kuah pedas di mangkuknya. "Tapi selama dua bulan ini, lo nggak pernah dapat surat yang isinya aneh-aneh 'kan, Dek?"

"Nggak, sejauh ini semua normal."

"Bagus, deh. Kalau dia udah kirim yang aneh-aneh, lo langsung bilang ke gue."

Umji mengangguk patuh.

"Yaudah, sekarang lanjut makan!"

Lagi, Umji mengangguk. Mengikuti gerakan sang kakak yang kembali menyuapkan potongan daging masak ke dalam mulut.

Meski sudah kembali melanjutkan aktivitas makannya, mata Taehyung tetap menatap lekat pada adiknya. Curhatan Umji tadi membuatnya sedikit terusik.

Di satu sisi, Taehyung cukup khawatir pada adiknya. Sebagai kakak, ia takut jika pengirim surat tersebut adalah orang jahat yang ingin memanfaatkan adiknya. Di sisi lain, ia juga merasa bangga dengan adiknya yang sudah beranjak remaja. Gadis di depannya itu, sekarang bukan lagi anak kecil yang dulu selalu ia buat menangis. Ya, ia harap kehidupan adiknya akan selalu dikeliling hal baik.




 Ya, ia harap kehidupan adiknya akan selalu dikeliling hal baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 15✅

Awalnya part ini nggak ada, tapi karena satu komen di part sebelumnya jadi kepikiran pengen buat scene kakak adik ini hehehe

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang