27 : Belum Terpecahkan

48 9 1
                                    

Pandangan Umji tidak lepas dari susunan piala dalam lemari di ruang musik sejak ia tiba di ruangan tersebut. Matanya menatap lekat pada satu piala yang baru melengkapi formasi piala lainnya.

"Ji?" panggilan itu membuat Umji menoleh dan mengalihkan tatapannya dari piala ke sumber suara. "Udah lama di sini?"

Juyeon rupanya. Lelaki yang saja memasuki ruang musik itu kini melangkah mendekati Umji dan ikut duduk bersila di samping kanannya. Di ruang musik yang cukup luas ini, mereka memilih untuk duduk di lantai.

Sebelum menjawab pertanyaan Juyeon, Umji menyempatkan diri untuk mengecek jam di layar ponselnya terlebih dahulu. "Baru 15 menitan."

Hari ini para anggota band memang aja janji kumpul sepulang sekolah. Namun karena kelasnya mendapat jamkos di jam terakhir, Umji memilih untuk kabur dari keributan kelas secara diam-diam untuk bisa sampai di ruang musik lebih awal. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan oleh Juyeon.

Di pertemuan hari ini pembina band mereka berencana untuk mentraktir makan sebagai bentuk perayaan kecil-kecilan. Memang sih 'Hati Ke Hati' tidak mendapat tiga besar juara terbaik di lomba kemarin, tapi kemenangan mereka sebagai juara penampilan terfavorit tetap harus diapresiasi.

"Lo suka banget kayaknya sama piala itu," ucap Juyeon ketika mendapati Umji yang kembali memandangi piala yang berhasil mereka bawa pulang.

"Gue masih nggak percaya aja. Selesai pengumuman tiga besar juara terbaik kemarin, gue udah mau nangis. Iya sih Kak Eunwoo sama Kak Jaehyun nggak maksa kita buat menang, tapi gue nggak mau mereka pulang dengan tangan kosong di lomba terakhirnya," curhat Umji tanpa menoleh.

Juyeon mengangguk dan tersenyum. Sejenak ia perhatikan sisi kanan wajah Umji. Dari tempatnya, laki-laki itu bisa melihat jelas tatapan kagum milik gadis manis di sebelahnya. Selanjutnya ia pun ikut melakukan hal yang sama, memandangi piala mereka yang kini terpajang di rak piala.

Menyadari tak ada sahutan dari Juyeon, kali ini Umji menoleh. Ia cukup kaget karena Juyeon juga meniru kegiatannya. Ia kira dirinya akan terlihat seperti orang bodoh karena melihat piala itu sendirian.

"Tas lo masih di kelas ya, Yeon?" tanya Umji setelah memperhatikan keadaan di sekitar.

"Iya, tas lo juga?" ujar Juyeon bertanya kembali. Laki-laki itu ikut menoleh, membuat pandangannya bertemu dengan mata Umji yang juga sedang menatapnya.

Umji mengangguk kecil.

"Nanti habis kumpul ambil tasnya bareng aja kalau gitu." Meski kalimatnya telah selesai dan dibalas anggukan lagi oleh Umji, Juyeon tetap menatap gadis itu. Cukup lama, sampai Umji jadi salah tingkah sendiri. Ya, siapa yang tidak salah tingkah ditatap cukup lama oleh lelaki tampan seperti Juyeon?

Juyeon baru berhenti menatap Umji ketika bel tanda pulang berbunyi. Perhatian keduanya teralih kepada suasana di luar ruang musik yang mulai ramai. Umji akhirnya bisa merasa lega bertepatan saat Pinky datang ke ruang musik dan bergabung dengan mereka untuk menunggu kedatangan yang lainnya.

* * *

"Harusnya tadi kita minta ambil SinB aja, Yeon," kata Umji ketika dirinya dan Juyeon dalam perjalanan menuju kelas untuk mengambil tas.

"Gak enak, yang ada malah ngerepotin," balas Juyeon.

"Gak bakal ngerepotin." Umji mengibaskan tangannya di udara satu kali, "dia udah biasa."

Juyeon tertawa kecil mendengar penuturan gadis itu. "Lo sama SinB lengket banget, ya?"

"Kalau kata SinB, kami berdua tuh punya hubungan simbiosis mutualisme. Saling butuh, saling bantu. Kami jadi deket karena kalau butuh apa-apa pasti cari satu sama lain."

"Anak IPA banget SinB, simbiosis mutualisme."

"Iya, 'kan?" Umji tertawa pelan, ternyata ada yang sepemikiran dengannya. "Tapi disuruh kuliah rumpun sains, dianya nggak mau."

"Kalau lo gimana? Mau ambil jurusan apa nanti?"

Umji terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan dari Juyeon tersebut. Selain tidak tahu mau ambil jurusan apa saat kuliah nanti, ia juga jadi teringat pada percakapannya dengan Wooseok minggu lalu. "Belum tahu," jawab Umji tanpa semangat.

Tak terasa, mereka akhirnya sampai di depan kelas. Tanpa berbasa-basi, keduanya mulai menuju meja masing-masing untuk membereskan barang yang tersisa.

Juyeon yang selesai membereskan barang di atas mejanya lebih dulu, kini bergerak ke belakang kelas dimana tempat loker siswa berada. Begitu pula dengan Umji, ada beberapa barang yang harus ia bawa pulang. Namun Umji tidak dapat langsung mengambil barangnya, karena harus bergantian dengan Juyeon yang memiliki loker tepat di bawah miliknya.































Tunggu.



































Umji baru ingat atau mungkin baru sadar bahwa posisi loker mereka atas-bawah.
































"Eh? Gue baru ingat loker lo di bawah loker gue," kata Umji mengungkapkan isi kepalanya.

"Padahal udah mau dua tahun sekelas, Ji," sahut Juyeon sambil menggelengkan kepala heran.

"Hehehe..."

Setelah tertawa mendengar tanggapan Juyeon, Umji tiba-tiba saja teringat saat pertama kali lelaki itu menawarinya masuk band.

"Oh iya, Yeon! Waktu lo tawarin gue masuk band 'kan, posisinya lo habis dari kelas buat ambil buku."

Juyeon menutup pintu lokernya bertepatan dengan selesainya kalimat Umji barusan. Kini ia berdiri menghadap gadis itu. "Hm? Iya. Kenapa, Ji?"

"Hari itu... ada orang lain nggak di kelas?"

"Gue agak lupa, tapi kayaknya gak ada. Memang ada apa?"

Umji menghembuskan napas pelan dan menggeleng. "Gue cuma penasaran, siapa tau hari itu lo liat ada orang yang taruh surat di loker gue."





Part 27✅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 27

Dari dan Untuk [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang