Langit sore mulai memerah saat Bianca melangkah melewati koridor sekolah. Tas di pundaknya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena buku, tapi karena ulah tangan yang tiba-tiba menahan tas nya.
Bianca menghela nafas kesal, sudah dapat Bianca tebak siapa pelakunya, Dino. Mantan pacar Bianca yang masih mencoba menghubunginya selama seminggu terakhir. Dan hari ini, dia muncul lagi. Membuat Bianca kesal lagi dan lagi.
"Lepasin, tangan monyet lo, dari tas gue!" Tegas Bianca dengan wajah emosi.
"Ca, tungguin!" Seru Dino mengejar Bianca yang berhasil menjauh.
"Bianca, Jangan pura-pura budek deh lo!" Kali kini suaranya lebih keras, hampir seperti perintah.
Dengan napas mulai memburu, Bianca berbalik sedikit, menatap Dino dengan tatapan tegas. "Lo yang budek. kita udah selesai. Gue udah bilang, kita nggak ada hubungan lagi."
"Lo nggak bisa putus dari gue gitu aja."
Merasa tidak nyaman, Bianca memutuskan untuk berlari. Kakinya bergerak cepat melewati lorong sekolah yang sudah mulai sepi. Dia harus mencari tempat bersembunyi, dan pikirannya langsung tertuju pada UKS. Ruangan yang kini tepat berada di hadapannya.
Dengan gugup, Bianca membuka pintu UKS dan segera masuk, tangannya menutup pintu itu perlahan agar tidak menimbulkan suara. Nafasnya memburu, dan jantungnya berdegup kencang seolah akan melompat keluar dari tempatnya.
Tiba-tiba, suara langkah ringan terdengar dari belakang. Bianca membalikkan badan dengan cepat, matanya melihat Leon berdiri di sana di yang nampak baru saja keluar dari toilet UKS.
Leon mengangkat alisnya, jelas terkejut melihat Bianca yang tampak panik. "Ngapain,?" tanyanya singkat.
"Sttttt,!" Bianca meletakkan jari telunjuk di bibirnya, menyuruh Leon diam.
Leon menatapnya dengan bingung, lalu melangkah lebih dekat.
"Bianca! Gue tau lo masih di sini!" Suara samar Dino terdengar oleh telinga Bianca.
Bianca merapat ke dinding, wajahnya semakin tegang. Leon mengamati situasi itu sebentar, lalu menyandarkan pantatnya di ranjang UKS sambil menyilangkan tangan di dada. Senyum tipis muncul di wajahnya. "Oh,,, ngerti gue sekarang"
"Bisa diem ngga?!" bisik Bianca dengan kesal."Lagi ribut ya, sama pacar lo" Tentu saja Leon tahu jika Dino adalah pacar Bianca.
Bianca menghela napas frustrasi, mencoba mengabaikan Leon yang terus meledeknya. Namun, itu tidak mudah. Leon melanjutkan, "Kok bisa sih, Pacar lo kayak karakter antagonis di sinetron ya,? Kenapa lo nggak cari yang lebih... ya, minimal nggak bikin orang sembunyi di UKS gini?"
Bianca mengetukkan kakinya dengan gusar, menatap Leon tak suka.
Leon terkekeh, lalu berbisik sambil mencondongkan tubuhnya. "Oke, oke. Gue diam. Tapi gue penasaran, dia bakal ngapain kalau tahu gue di sini sama lo. Pintunya ke kunci, sekolah udah sepi lagi"
Cupp....
Leon terdiam kaku saat bibir basah Bianca menyentuh Bibirnya dengan lembut, Jantung Leon berdetak dengan tempo lebih cepat dari biasanya. Hawa panas dingin pun menyerang keadaan Leon tiba-tiba, membuatnya merasa ingin telanjang di depan Ac.
Leon kini dapat merasakan getaran aneh mengalir ke perutnya, tak mau terbawa suasana Leon segera melepas tautan Bibir mereka.
"Lo ngapa-
Cup...
Bianca kembali menautkan bibir nya pada bibir Leon, karena Leon yang banyak Bicara membuat Bianca kewalahan menyuruhnya untuk diam.
Kali ini tak hanya Kecupan, perlahan Bianca memberikan lumatan-lumatan kecil penuh sensasi di sana.
Tangan bianca mengunci pergerakan Leon, kali ini Leon tak bisa melepaskan tautannya, karena Bianca berhasil menyalurkan rasa nikmatnya Kepada Leon agar laki-laki tinggi itu tak berisik disana.
Sedikit kesusahan memang Bianca yang tingginya hanya sebahu Leon, sudah mulai merasakan kepalanya yang pegal karena harus mendongak dan berjinjit untuk menjangkau bibir itu.
Hingga Bianca pun melepaskannya.
Tapi Leon kembali membawa Bianca kedalam ciuman, ia mulai membalas ciuman Bianca dengan lembut...
Cuppp....
Leon yang awalnya menolak kini mulai menautkan kembali bibir itu. Dengan lembut dan perlahan ia mulai melumat bibir Mungil Bianca, ia belum pernah melakukan ini sebelumnya tapi ia bisa mempraktekkan dengan baik apa yang pernah ia liat di film biru yang pernah ia tonton bersama teman-temannya. Sebenarnya Leon sama sekali tak tertarik film-film erotis, tapi teman-temannya lah yang memaksanya menonton.
Keduanya hanyut dalam sensasi ciuman hingga beberapa menit, yang mana keduanya sama-sama baru pertama kali melakukan. Meskipun baru pertamakali Bianca pun sudah nampak lincah, karena tanpa sadar ia mempelajari dari drama korea yang ia tonton
"Eghhh..." Lenguh Bianca saat berhasil melepaskan tautan Bibirnya dengan bibir Leon, yang sebelumnya sempat hanyut.
"Lo ngapain sih?" Bianca merasa tak terima karena kesucian bibirnya sudah di renggut oleh Leon, laki-laki yang bukan siapa-siapanya.
"Lo yang mulai" kata Leon dengan raut wajah melemas, Sial Bianca tak bisa berbohong bahwa Kondisi wajah Leon saat ini benar-benar seksi. Bibir merah basahnya, mata sendu dan juga deep voice-nya membuat Bianca merasa terpesona dengan Leon.
"Harusnya lo nolak dong!" Kata Bianca memarahi Leon. Leon hanya menghela nafas dengan heran, perempuan di depannya benar-benar sudah linglung. Dia sendiri yang mencium Leon, dia sendiri yang salah, tapi malah menyalahkan Leon.
"Ckk,,, cabut gue!" Kata Bianca dengan raut wajah kesalnya.
Bianca yang mulai membuka knop pintu langsung di tarik Leon hingga membentur dada bidang Leon. "Pacar gue lo sekarang." Kata Leon tidak menerima bantahan.
"Jadi pacar lo,?" Tanya Bianca memahami perkataan Leon. "Gini aja Leon, Anggap aja kita ngga ngelakuin apa-apa, udah lah gue mau cabut! Dosa tau berdua-duaan sama lawan jenis di 1 ruang yang sama" kata Bianca kemudian pergi.
"Dosa??" Heran Leon dengan mengingat dosa yang terjadi beberapa menit detik lalu.
Sudah hampir 20 menit Anton berdiri di ujung lorong sekolah, menunggu Leon seperti biasa. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat pintu UKS akhirnya terbuka. Sosok Bianca muncul lebih dulu, langkahnya cepat, wajahnya sedikit menunduk seolah menghindari sesuatu. Dia berjalan melewati Anton tanpa sepatah kata, seperti Biasanya Anton menganggap Bianca adalah musuh, Dan Bianca juga menganggap Anton musuh. Sikap angkuh Anton yang selalu merendahkan Bianca membuat Bianca muak dan benci pada Anton.
Anton memandang Bianca s3ekilas, alisnya terangkat dengan rasa penasaran. Tapi perhatian utamanya segera beralih saat Leon keluar beberapa detik kemudian, tampak santai seperti tidak ada yang terjadi.
Leon menghampiri Anton, seolah-olah tidak menyadari tatapan tajam yang diberikan sahabatnya.
"Gue nungguin lo lama, ternyata lo-?" Matanya menatap pintu UKS, lalu kembali ke Leon. "Ngapain sama dia di UKS,?"
Leon menghela napas, lalu menepuk bahu Anton dengan santai. "Lo sendiri kalo di satu ruangan sama cewek, bakal ngapain,?"
Anton menatap Leon dengan tatapan penuh curiga, tapi Leon tetap dengan sikap santainya. Dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, hanya melangkah pergi seperti tidak ada yang perlu dibahas.
"Anj**" umpat Anton.
Sementara itu, Anton tetap diam di tempat, pandangannya sesekali mengarah ke lorong, tempat Bianca menghilang dari pandangan. Ada sesuatu yang terasa ganjil, tapi dia memilih untuk mengikuti Leon tanpa banyak bicara. Namun, di dalam hatinya, dia tahu Leon menyembunyikan sesuatu darinya.
"Nggak mungkin Bianca sama Leon-??? Ahh gila,,,"
Anton mengacak-acak rambutnya, melihat ke arah Leon yang menjauh.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
Leon King (18+)
Jugendliteratur⚠️1821+ ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar About what? About Bianca, Leon and King... Bocil Minggir! Ini cerita ngabrutt orang dewasa