22

82.9K 1.5K 59
                                    

Hari itu, matahari bersinar cerah, dan angin sepoi-sepoi menerpa lembut dedaunan yang bergoyang. Bianca tersenyum lebar saat menarik tangan Leon menuju taman kecil di tepi kota. Suara kicauan burung berpadu dengan tawa riang anak-anak yang bermain di sekitar mereka.

"Leon, liat deh bagus banget bunganya."Bianca berseru sambil menunjuk hamparan bunga berwarna-warni yang tertata indah.

Leon tersenyum, mengangguk kecil. "Kamu suka,?" Menawarkan.

"Suka banget," kata Bianca.

"Mau nggak,? Kalo mau harus di rawat tapi ya" kata Leon.

"Kamu nyuruh aku nanam bunga,? Kirain mau beliin atau mau metik 1 buat aku" kata Bianca salah menduga.

"Ya aku beliin, tapi di jaga." Kata Leon, Bianca menggeleng. "Kalo kamu suka ya mending kamu rawat sendiri di rumah, kamu bisa menikmati keindahannya lebih lama" kata Leon.

"1 aja Leon,"

"Menghargai sesuatu bukan berarti kamu harus memiliki, Caca. Kadang, cara terbaik buat menghargai keindahan adalah dengan membiarkannya tumbuh." Kata Leon.

"Oke,"

Drtt....

Leon mengecek ponselnya. Sejak pagi, ponsel Leon terus bergetar di saku jaketnya. Setiap kali notifikasi masuk, wajahnya berubah muram. Ia berusaha menyembunyikannya dari Bianca, memasang senyum seolah semuanya baik-baik saja.

"Leon duduk di sana yuk" ajak Bianca sambil menarik Leon. Mereka duduk di atas rumput hijau yang masih terasa lembap oleh embun pagi. Bianca mengeluarkan bekal yang sudah ia siapkan sejak pagi. Sandwich, buah-buahan, dan dua botol lemonade segar tertata rapi di dalam kotak makanannya.

"Tumben nggak lemon tea,?" Tanya Leon.

"Teh nya abis" kata Bianca memcebikkan bibirnya.

Drtt...

Leon tampak gelisah. Tangannya merogoh saku jaketnya dan memeriksa ponselnya secara diam-diam. Matanya menatap layar dengan ekspresi yang sulit ditebak, campuran antara rasa khawatir dan kesedihan. Pesan-pesan itu, yang terus masuk tanpa henti, membuat pikirannya kacau.

"Leon, kamu kenapa?" tanya Bianca tiba-tiba, menatapnya dengan rasa ingin tahu.

Leon tersentak. Ia cepat-cepat mengembalikan ponselnya ke saku. "Nggak papa" ujarnya sambil tertawa kecil, berusaha mengalihkan perhatian Bianca.

Bianca tersenyum. "Perasaan aku aja kali ya, yang ngerasa kamu kaya banyak ngelamun dari pagi"

Leon tersenyum menatap Bianca membuat Bianca menautkan alisnya kebingungan. "Kamu kenapa liat aku senyum-senyum gitu,?"

"Seneng aja ternyata ada yang masih merhatiin aku" kata Leon.

"Apaan sih Leon, kamu pacar aku. Udah seharusnya gitu. Dan kamu juga harusnya perhatian sama aku." Bianca menyantap sandwich nya dengan lahap, Leon masih tersenyum menatap Bianca.

Namun, dalam hatinya, ia bertarung dengan perasaannya sendiri. Pesan-pesan yang masuk tadi membawa kabar buruk yang tak ingin ia bagikan. Ia tak mau menolak momen bersama Bianca di hari libur ini.

"Leon, kupu-kupu Leon!" Bianca berseru gembira, menunjuk ke arah seekor kupu-kupu berwarna biru terang yang terbang di antara bunga-bunga.

Leon mengikuti arah pandangnya dan tersenyum tipis. meski pikirannya melayang jauh dari apa yang dilihatnya.

"Kalo liat indahnya kupu-kupu kadang aku lupa kalo dia pernah menjijikan sebelum bermetamorfosis" kata Bianca.

Ia tak mendapat respon dari Leon, Leon hanya diam dan merenung. "Leon,? Kamu ngelamun,?" Tanya Bianca.

Leon King (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang