45

4.3K 153 5
                                    

Di Pagi buta itu Bianca terlihat sedang duduk menyandar dengan mata tertutup. Wajahnya masih terlihat sembab karena semalam ia tak berhenti menangis.

Perlahan matanya terbuka, tanpa rasa panik ia segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan mengambil handuk di Almari dan bergegas mandi. Untuk merefresh tubuhnya sendiri yang terasa berat.

20 menit telah berlalu, ia keluar dari kamar mandi lebih lama dari biasanya. Handuk yang masih melekat pada tubuh dan rambutnya, wajah yang pucat membuat siapapun yang melihat Bianca di pagi buta dengan keadaan ruangan gelap akan terkejut.

Ia terlihat seperti mayat hidup, karena sangat malas bergerak. Matanya terfokus pada layar ponsel yang redup. Hatinya berdebar penuh harapan saat ia mengetik pesan kepada King. "Kak, aku butuh waktu kakak 1 kali lagi buat ketemu."  tulisnya dengan jari bergetar. Setelah mengirimkannya, Bianca duduk menunggu dengan cemas, setiap detik terasa seperti setengah abad.

Namun, nampaknya King tidak mengaktifkan Data pada ponselnya, karena pesan yang Bianca kirim melalui Whatsapp sama sekali tidak menunjukkan telah diterima. Dia mencoba menelepon beberapa kali, tetapi panggilannya selalu tidak tersambung. Rasa frustrasi dan kekhawatiran melonjak seiring dengan ketidakpastian yang semakin menyiksa. Bianca merasa terjebak dalam kegelapan, tidak bisa melihat jalan keluar dari situasi ini.

Setelah beberapa menit penuh keheningan yang menyesakkan, air mata mulai membasahi pipi Bianca. Ia merasakan kehampaan dan ketidakberdayaan yang mendalam. Tangisan kecilnya semakin keras, seolah ingin meneriakkan seluruh kesedihan dan kemarahannya ke udara. Bianca merasa seperti sebuah kapal yang terombang-ambing tanpa arah di tengah badai, kehilangan kompas dan harapan.

Di saat yang sama, pikirannya berputar ke arah Leon. Bagaimana hubungan mereka akan berjalan setelah semua ini? Bianca merasa terjebak dalam sebuah pusaran emosional, antara harapan dan ketidakpastian. Sekarang dia tahu alasan sikap Leon berubah karena Leon ingin membuat Bianca memutuskan hubungannya. Rasa bersalah Bianca selama ini untuk Leon ternyata hanya sia-sia.

Seharusnya memang sedari awal Bianca tidak menjalin hubungan dengan Leon, pada dasarnya Leon memang tidak berubah sama sekali. Leon adalah manusia sampah yang membuat perasaannya terombang ambing.

Bianca mengingat semua cerita sampah dari mulut Leon yang selama ini ia percaya. Ia juga mengingat bagaimana nasehat Dian agar tidak menjalin hubungan dengan Leon.

Bianca menutup mata sejenak, berusaha menenangkan diri. Tapi meskipun dia berusaha keras untuk berpikir jernih, rasa kecewa dan ketidakpastian terus membayangi setiap langkahnya.

Saat ini, semuanya terasa begitu kacau dan tidak menentu. Dengan hati yang berat dan mata yang masih basah, Bianca berbaring di tempat tidurnya, merenungi kebodohannya.

Bahkan di situasi yang sudah rumit ini Bianca masih tidak bisa menentukan arah mana yang harus ia tuju, dan bagaimana menyelesaikan semua ini.

***

Hampir satu bulan telah berlalu sejak King menghilang dari hidup Bianca dan Leon tak pernah lagi muncul di hadapan Bianca. Hari-harinya kini dipenuhi dengan keheningan yang menekan, membuat Bianca merasa seolah-olah dirinya terjebak dalam kekosongan yang tak berujung. Di sekolah maupun di rumah, Bianca lebih memilih untuk merenung sendirian, jarang sekali terlibat dalam percakapan yang biasanya dia nikmati. Teman-temannya, Nana dan Kala, mulai merasakan ada yang sangat tidak beres dengan Bianca.

Di sekolah, Bianca sering kali ditemukan duduk di pojok kelas, matanya menatap kosong ke luar jendela tanpa benar-benar melihat apa yang ada di sana. Nana dan Kala, yang biasanya duduk di dekatnya, merasa cemas melihat perubahan drastis dalam diri Bianca. Mereka berusaha berbicara dengannya, tetapi Bianca hanya memberikan jawaban singkat dan cepat-cepat kembali ke dunianya sendiri.

Leon King (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang