Sejak hari di mana Chaeryeong mengatakan yang sebenarnya kepada Hyunsuk, Hyunsuk semakin protektif kepada Chaeryeong.
Taeyong dan Jennie belum mengetahui hal itu. Karena Chaeryeong sendiri yang meminta kepada Hyunsuk agar tak membocorkannya kepada siapa pun. Hyunsuk tentu saja menolak. Orang tua mereka harus tau akan hal ini. Tapi dengan tangisan dan suara yang parau, Chaeryeong berhasil membujuk Hyunsuk.
Kemana pun Chaeryeong pergi, Hyunsuk yang harus mengantar. Chaeryeong tidak risih. Justru itu yang ia butuhkan agar ia tidak pernah bertemu pria sialan itu lagi.
Seperti saat ini, Hyunsuk mengantar Chaeryeong untuk ke kafe.
"Kakak bisa pulang. Aku akan mengirimi kakak pesan saat jam pulang nanti. Aku ada kelas siang." ucap Chaeryeong yang bersiap untuk turun dari mobil.
Hyunsuk menahan tangan Chaeryeong.
"Jika kamu bertemu dengan pria itu, segeralah kabur. Berlari sejauh mungkin agar pria itu tak dapat menggapaimu." pesan Hyunsuk. Chaeryeong mengangguk dan tersenyum.
"Aku akan mengingat ucapan kakak. Tangan kakak masih terasa sakit?" tanya Chaeryeong.
Hyunsuk melirik kedua tangannya lalu tertawa kecil. "Tidak. Lebih baik dari sebelumnya." ucap Hyunsuk.
Chaeryeong mengelus tangan Hyunsuk yang sedang memegang setir mobil.
"Maafkan aku. Karena aku, kakak terluka." lirih Chaeryeong.
Hyunsuk mengapit kedua pipi Chaeryeong. "Hei. Ini bukan salahmu, mengerti? Kamu hanya korban. Sudahlah. Kakak menyayangimu." Hyunsuk mencium kening Chaeryeong.
Chaeryeong memejamkan matanya. Kasih sayang yang diberikan oleh kakak dan kedua orang tuanya membuat ia merasa sangat bahagia terlahir di keluarga Choi.
"Baiklah. Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan." ucap Chaeryeong.
"Semangat!" Hyunsuk mengepalkan tangannya ke udara membuat Chaeryeong tersenyum.
-----
Jeno berjalan tertatih ke arah nakas nya. Mencari obat yang selama ini ia konsumsi, meneguk nya tanpa meminum air dan memejamkan matanya. Ia terduduk di lantai.
"Yang kubutuhkan Chaeryeong, bukan obat ini. Chaeryeonglah obat penyembuh ku. Kembalilah, aku mohon." gumamnya.
-----
Chaeryeong yang sibuk sebagai kasir sekaligus koki, sedang melamun ke arah depan. Dagunya ia topang dengan tangannya.
Keadaan kafe sepi, mengingat ini masih pagi dan belum banyak orang yang datang.
Gadis itu memikirkan Jeno. Kalian jangan salah sangka. Chaeryeong memikirkan Jeno karena ia takut akan bertemu dengan pria itu lagi. Setelah Chaeryeong kabur, apakah pria itu akan berbuat lebih jauh?
"Hei, Choi!"
Chenle membuatnya terkejut. Chaeryeong tersadar dari lamunannya.
"Aish, kau ini. Membuatku terkejut saja." ucap Chaeryeong sebal.
Chenle tertawa puas dan berdiri di samping Chaeryeong.
"Apa yang membuatmu melamun? Kau terlihat tidak fokus hari ini." ucap Chenle.
Chaeryeong tidak memberitahu Chenle soal kemarin. Ayah dan ibunya saja tidak ia beritahu, apalagi Chenle?
"Tidak." balas Chaeryeong.
Drrtt drrtt
Chaeryeong melirik ponselnya. Teman satu kampusnya menelfon.
"Halo, Winter. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [Jeno X Chaeryeong]
Ficção AdolescenteKetika cinta berubah menjadi obsesi. "Kau milikku. Hanya milikku!" "Aku bukan millikmu! Sadarlah!" BxG Jangan salpak! Rank #4 chaeryeong (28-6-22) #3 leechaeryeong (20-3-23)