"Ahhh.... mas... jangan di mainin.... geli..."
Renita, yang baru saja akan masuk, dan membuka pintu rumahnya berhenti ketika mendengar suara ini.
Jika ada yang mengalami ini, mendengar suara desahan di rumahnya sendiri saat baru pertama kali sampai depan pintu, mungkin mereka akan segera masuk dan memergoki pasangan di dalamnya sambil berteriak dan mengutuk.
Tapi tidak untuk Renita, dia hanya berhenti sejenak, dan membuka pintu secara perlahan.
Pintu rumah terbuka, dua orang satu wanita muda sekitar 18 tahun, dan satu pria berusia 30 tahun sedang bermesraan di kursi ruang tamu.
Wanita itu terlihat masih muda dan memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sempurna, serta hanya menyisakan bra di tubuhnya, yang membuat siapapun akan tergoda saat melihatnya.
Sedangkan pria di samping, dia terlihat dewasa dengan jenis-jenis ketampanan pada pria langka pada umumnya, serta ketenangan dan ketidakpedulian di antara tatapan mata tajamnya sedang sibuk menguleni buah semangka di dada wanita itu.
Ketika Renita membuka pintu dan masuk, kedua orang itu berhenti dan melihat ke arahnya.
Anehnya, ketika melihat Renita, Gilang yang adalah suami sahnya tidak menunjukkan ekspresi ketakutan, ataupun kebingungannya. Dia hanya melihat Renita yang masuk kedalam rumah dengan samar-samar sejenak, lalu mengabaikannya, dan melanjutkan kegiatannya untuk menggoda wanita muda di samping.
Dan wanita yang kepergok di sampingnya, wajahnya terlihat malu dan ketakutan karena melihat Renita di pintu. Dia juga mencoba untuk menyingkirkan tangan Gilang di dadanya, dan dengan bingung menarik baju yang telah berada di lehernya.
"Sayang, jangan pedulikan dia.... kita lanjutkan saja, oke?!"
Ini gila, ketika Gilang kepergok istri sahnya bermesraan di rumah, dia berkata seolah-olah tidak ada orang lain. Dia juga mengabaikan pandangan Renita, dan terus mempermainkan dada wanita di sampingnya.
"Mas.... ummhh... ada istri kamu...ahh" wanita itu tampak ketakutan, mungkin karena rangsangan yang di berikan oleh Gilang, suaranya yang gugup terdengar seperti kenikmatan.
Gilang tidak peduli, bahkan dia menarik satu-satunya kain yang menghalangi tangan wanita di sampingnya tepat di depan mata kedua istrinya.
"Aahh...mas..."
Renita, yang melihat perselingkuhan ini tampaknya juga tidak peduli. Setelah melihat suaminya berselingkuh di depannya, dia hanya memandang mereka berdua sejenak, dan kemudian berjalan ke arah tangga.
Tidak ada kekecewaan atau kesedihan di wajahnya.
Untuk wanita lain, mungkin mereka akan segera marah, atau menangis gila saat melihat perselingkuhan suami di depan matanya.
Saat pertama kali melihatnya, sebenarnya Renita juga menangis dan tidak terima, hanya karena telah melihat ini puluhan kali, kesedihan dan kekecewaan telah lama menghilang dari hatinya.
Lima tahun pernikahan, hanya karena tidak bisa memberikan keturunan, Gilang mulai berselingkuh di belakangnya.
"Wanita yang tidak bisa memberikan keturunan, aku menyesal telah menikahimu. Mulai saat ini, jangan halangi aku untuk selingkuh!" Ini adalah kata-kata untuk membenarkan dirinya. Kepergok sekali, dua kali dan berkali-kali, kata-kata Gilang padanya tetap sama.
Sejak saat itu, Renita mulai membiasakan dirinya, tidak lagi bersedih dan lebih memilih melakukan hal-hal yang dia sukai. Karena sejak lima tahun itu, dia juga mulai bersenang-senang sebagai mana wanita lainnya.
Bagaimana cara bersenang-senang?
Karena suaminya berselingkuh, kenapa aku tidak bisa berselingkuh?
Dia mempermainkan wanita dengan kekayaannya, aku juga bisa mempermainkan pria dengan tubuhku.
Tentu saja, bukan sembarangan pria yang Renita permainkan. Wanita cantik dengan tubuh sempurna, pasti bisa mendapatkan segalanya.
Itulah yang dilakukan Renita.
Tapi dia hanya mempermainkan orang-orang kaya, tampan dan gagah. Bukan hanya pria yang telah matang, kadang pria muda yang masih bersekolah Renita juga menyukainya.
Seperti saat ini, dia baru pulang dari permainannya dengan seorang pria muda, dan pulang setelah puas membuat pria muda itu tak berdaya. Jadi, saat melihat suaminya selingkuh, dia tidak terlalu peduli.
Sesampainya di kamar, tubuh kelelahannya segera Renita lemparkan di kasur, menutup matanya dan beristirahat.
"Renita Aprilia! Cepat datang kemari!" Baru saja menutup matanya, Renita mendengar suara teriakan Gilang dari bawah.
Renita sangat kelelahan, dan tidak menjawab meskipun mendengarnya.
"Renita!" Suara itu terdengar lagi, dan terdengar semakin keras.
"Apa sih?" Gumam Renita kesal, dan mengambil bantal di sampingnya untuk menutupi telinganya.
Karena Renita tak kunjung datang, Gilang naik ke atas, menggedor pintu kamarnya dan berteriak: "Dok...dok...dok... Renita! Wanita tak berguna! Apa kamu bisu! Cepat kemari!"
"Ahh, bersisik!" Mau tak mau Renita bangun dan harus membuka pintunya.
Disana, dia melihat wajah Gilang tampak sedang marah dan berkata, "Apakah kamu tuli? Aku sudah memanggilmu berkali-kali, cepat siapkan makanan! Kami lapar!"
"Apakah kau bodoh! Nafkahi tidak pernah, tapi malah menyuruhku untuk menjadi babumu. Suruh tuh simpananmu!"
"Dia tidak bisa masak."
"Itu bukan urusanku! Makan saja diluar. Untuk apa menyuruhku? Aku bukan babumu. Aku capek, jangan ganggu aku." Kata Renita tidak peduli sambil menutup pintu.
"Hei, tunggu!" Melihat Renita yang akan menutup pintu, Gilang segera menghentikannya.
"Apa?"
Wajah Gilang berubah dan dengan dingin berkata, "Kamu masih istriku. Tugas seorang istri adalah melayani suaminya dengan baik. Kamu tahu itu, kan? Sekarang aku menyuruhmu untuk melayaniku, cepat lakukan!"
Renita tersenyum kecil, dan memberikan pandangan menghina kepada Gilang.
"Istrimu? Apakah kau pernah menganggap aku sebagai istrimu? Apakah kau pernah menafkahiku? Apa kau akan selingkuh di depanku? Bukan sekali dua kali aku melayani simpanan yang kau bawa ke rumahku. Ini bukan hotel! Ini rumahku! Kau bukan suamiku, dan aku tidak pernah lagi menjadi istrimu!"
Mendengar pertanyaan dan perkataan menyudutkan Renita, Gilang tersenyum tenang, dan membalas, "Ingat Nita, kita menikah adalah karena wasiat terakhir mamaku, jika bukan karena itu, aku sudah lama menceraikanmu!"
"Ceraikan lah aku! Aku tidak peduli. Aku bisa hidup tanpamu!" Setelah berkata dengan tidak peduli, Renita menutup pintunya dengan keras.
"Dok...dok...dok..."
"Hei, wanita tak berguna, buka pintunya! Apa kau tidak dengar perintahku! Buka...dok...dok...dok..."
Gilang masih menggedor pintu dan mengoceh dari luar, tapi Renita tidak lagi peduli dan mengunci pintunya. Dia mengambil headset dari tasnya, memasang di kedua telinganya, memutar musik kesukaannya, dan akhirnya suara Gilang tidak lagi terdengar di telinganya.
"Akhirnya tenang." Gumam Renita sambil berbaring di tempat tidur dan menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Selingkuhan Ku
RomanceArea 21+🔥🔥Harap bijak. Dan awas! BASAH TANGGUNG SENDIRI 🤭🤭 Renita Aprilia, dan Gilang Pratama adalah seorang suami istri yang telah menikah selama lima tahun. Satu tahun sampai tiga tahun pernikahan keadaannya masih baik-baik, dan masih saling...