3

36.9K 218 0
                                    

Pagi hari berikutnya. Tubuh Renita dan Revan yang telanjang masih menempel di kamar hotel. Dua tubuh mereka masih menempel, begitu pula dengan senjata mereka berdua. Karena Renita tidak ingin membiarkan tonik Revan terbuang, dan menjadi sia-sia, dia tidak membiarkan Revan pergi sampai saat ini.

"Umm.." Revan tiba-tiba menggeliat, dan secara tak sadar membuat Renita merasakan gerakan di tubuhnya.

Renita membuka matanya, dan merasakan itu semakin membesar. Dia menoleh dan melihat ke sebelahnya. Ternyata, Revan telah terbangun, dan sedang melihat dirinya dengan wajah merah.

Renita tersenyum lembut, dan memegang wajah polos Revan.

"Masih pagi, tapi adikmu sudah bangun. Bagaimana, apakah malam tadi kamu senang?"

"Ya, Tante. Revan sangat senang. Revan tidak pernah menduga akan seenak ini."

"Jadi, apakah kamu ingin melakukannya lagi di pagi hari?"

"Ya, ya, ya! Revan ingin melakukannya lagi. Revan ingin membuat Tante terus berteriak, dan terbang ke awan!" Revan mengangguk dan menjawab dengan bersemangat.

'Hehe, omongan berondong memang terdengar manis' Batin Renita dan tersenyum.

"Kalau begitu, kamu tahu apa yang harus dilakukan, kan?"

Revan tidak menjawab. Dia hanya memposisikan kepalanya ke arah dada kiri Renita, dan dengan suara "kecupan" putting merah kecil Renita segera masuk ke mulutnya.

"Ah.." Renita mengerang.

Belum sampai di situ, satu tangan Revan yang lainnya juga bergerak ke dada kiri Renita. Pertama dia meremasnya beberapa kali, lalu memelintir putting di berwarna merah muda tengah-tengahnya.

"Umm...ahh..." Renita mengerang keenakan lagi.

'Dia tampaknya menjadi lebih pintar daripada pertama kali melakukannya.' Renita berkata dalam hatinya, dan seluruh tubuhnya mulai terasa panas.

Dua titik sensitifnya di provokasi, dan dia secara tak sadar mulai menggerakkan pinggulnya. Memenuhi keinginan adik Revan yang mulai berdenyut di tubuhnya.

Di pagi hari, di saat matahari baru terlihat, dua orang saling bercumbu dan menyambut mentari pagi dengan olahraga yang bergairah di kamar hotel segera terlihat dan terdengar.

"Ahh... Tante! Revan ingin keluar..."

"Ya, ah... Terus baby...terus..lebih cepat... keluarin di dalam Tante... Tante juga akan datang...ah.."

Dua jam selanjutnya, dua insan itu berteriak bersama, dan melayang ke langit bersama-sama.

Renita terengah-engah sejenak, dan kemudian melihat ke arah Revan di sampingnya.

"Sudah puas? Jika sudah puas, sekarang pergi. Aku akan mandi dulu."

Kali ini suara Renita terdengar serius, tidak ada lagi suara genit, atau menggoda. Karena dia sudah merasa puas, dan tidak membutuhkan pelayanan berondong ini lagi.

Di sisi lain, Revan juga mengangguk dan menarik adiknya keluar.

Saat adik Revan yang telah mengecil di tarik keluar dari dalam tubuhnya, Renita sedikit mengerutkan kening, dia merasa sedikit kosong. Karena sejak tadi malam itu tidak pernah keluar dari tubuhnya. Namun, hari ini sudah cukup. Dia sudah mendapatkan tonik dari Revan, dan tubuhnya sudah merasa puas.

Sekarang waktunya untuk mandi, dan pulang.

Setelah mandi, Renita merasa sangat segar dan tubuhnya lebih bersemangat.

Bahkan saat kembali ke rumah, dan waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi, Renita masih segar bugar seperti sedia kala.

Bagaimana tidak? Tonik perjaka telah dia dapatkan hari ini. Dan itu masih gratis pula?

Namun, saat baru masuk ke rumah, dan melihat wanita simpanan Gilang keluar dari kamarnya, mood Renita segera menghilang.

"Oke, Mawar, jika kamu kangen Abang, kamu bisa datang kapan saja. Anggap saja ini rumahmu sendiri." Sengaja atau tidak, saat wanita yang di panggil mawar itu tiba di depan pintu, tidak lupa Gilang berkata kepada dengan sedikit keras, dan orang normal jelas akan melihat arti di dalamnya.

Mawar, wanita muda itu mengangguk dengan malu-malu. Dia ingin menjawab, tapi ketika dia melihat Renita sedang melihatnya, dia mengurungkan niatnya, dan segera berbalik.

Namun, sebelum berbalik, Gilang menahan tubuhnya, lalu memegang wajahnya, dan mencium bibirnya.

Awalnya Mawar masih malu-malu, tapi setelah beberapa waktu, dia juga mulai menikmatinya.

"Muach..." Sampai lima menit, akhirnya dua orang itu melepaskan ciumannya.

"Abang.. ah. Malu tahu." Mawar berkata malu-malu sambil melirik Renita yang kini sedang meliriknya di ruang tamu.

Gilang juga melirik Renita di ruang tamu, tapi dia tidak memperdulikannya, dan tersenyum sinis dan berkata pada mawar yang masih tertunduk malu. "Sayang....jangan malu-malu. Anggap saja dia tidak ada. Bagaimanapun wanita tua itu tidak akan peduli kepada kita."

Mendengar ucapan Gilang, Mawar yang masih menunduk malu melirik ke arah Renita lagi, dan setelah memastikan bahwa Renita tidak melihat mereka lagi, Mawar tersenyum. Lalu mengangkat kepalanya, dan memberikan kecupan di pipi Gilang.

"I love you, Abang sayang." Setelah mengatakan itu, Mawar berlari keluar rumah.

Gilang melihat tubuh Mawar sampai menghilang dari pandangannya, dan berbalik untuk melihat Renita di ruang tamu.

"Ogh.. Renita. Bagaimana, apakah kamu tidak cemburu? Apakah kamu ingin aku menyentuhmu? Aku ingat, sepertinya sudah lebih dari setahun aku tidak menyentuhmu. Kamu pasti sangat ingin, kan?"

Di ruang tamu, Renita hanya mencibir, mengabaikannya kata-kata Gilang dan menelepon seseorang.

["Halo, sayang.. apakah kamu ingin datang rumahku sekarang?"]

["Tentu saja untuk bersenang-senang! Bukankah kamu ingin bersenang-senang di rumahku?"]

["Tenang saja, suamiku sedang tidak ada di rumah. Kamu bisa datang sekarang!"]

["Ya, sayang. Aku tunggu! Jangan lama-lama, Tante sudah tidak tahan dengan adik besar dan kerasmu itu. Emmuach."] Setelah mengatakan ini, Renita menutup teleponnya, dan melihat ke arah Gilang sambil tersenyum.

Dan disana, Renita melihat, bahwasanya wajah Gilang terlihat merah. Entah marah atau cemburu, yang pasti, ini membuat Renita tersenyum, dan mengembalikan moodnya yang sempat hilang.

"Siapa yang kau telepon barusan?" Melihat Renita yang tersenyum setelah menelepon seseorang, Gilang bertanya.

"Bukan siapa-siapa. Hanya seorang anak muda yang tampan, kuat dan memiliki tubuh atletis." Jawab Renita santai.

"Apakah dia lebih tampan dariku?"

'Apakah kamu cemburu?' Renita berkata seperti itu dalam hatinya, dan dia senang melihat wajah Gilang yang cemburu. Memanfaatkan kesempatan ini, Renita juga mengangguk dan memanas-manasi Gilang.

"Um, Randy. Dia adalah seorang pelatih kebugaran di gym. Umurnya masih 25 tahun, dia memiliki tubuh yang atletis dengan perut sixpack, dan wajah yang gagah serta tampan. Di bandingkan denganmu yang berumur 35 tahun, dia jauh lebih tampan pastinya. Aku tidak berbohong, kau akan melihatnya sendiri." Jawab Renita dengan kata-kata provokasi dan ekpresi yang tersenyum aneh.

Provokasi Renita berjalan lancar, dan itu membuat Gilang penasaran dan marah. "Aku tidak percaya! Tidak mungkin ada orang yang lebih kuat dan tampan daripada aku! Kamu pasti hanya menggertak. Aku akan melihat dan menunggu disini!"

Suamiku Selingkuhan Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang