11

14.1K 83 1
                                    

Sepanjang waktu, Rendra terus memberikan kepuasan pada Renita. Semua posisi mereka coba hari ini. Di kasur, meja, kamar mandi, Rendra tidak pernah berhenti untuk memberikan Renita kepuasan yang mengecewakan.

Mungkin lima kali Renita sudah keluar, sedangkan Rendra baru 4 kali.

Tujuan awal untuk membuat Rendra meminta ampun akan gagal jika terus seperti ini.

Jadi, kali ini Renita yang memimpin. Dia menduduki tubuh kekar Rendra, memasukkan batang sepanjang 18 sentimeter itu keluar masuk dari bawah dan bergoyang untuk membuat Rendra di bawahnya terus menggeram.

"Sial! Baby, ini sangat enak!" Rendra yang sedang menutup matanya berteriak sambil perasaan yang diberikan oleh Renita.

Sementara di atasnya, Renita yang menempatkan kedua tangannya di dada Rendra selalu memberinya pandangan centil, dan terus bergoyang. Tapi, kali ini Renita tidak berniat untuk menikmati dirinya sendiri, dia berniat untuk membuat Rendra berteriak untuk meminta ampun.

Jadi, dia bergoyang sangat ringan, dan saat merasakan batang Rendra di tubuhnya berkedut, Renita akan menghentikan gerakan pinggulnya.

"Ooohh, baby. Terus, aku akan keluar!"

Meskipun mendengar desakan dan tahu apa yang Rendra perlukan, Renita hanya tersenyum, dan tiba-tiba menghentikan gerakannya.

Gerakan Renita yang berhenti tiba-tiba membuat Rendra membuka matanya, dan mengeluh. "Baby, kenapa kamu berhenti? Sangat menyakitkan di tahan."

Renita tersenyum, mengeluarkan batang Rendra dari tubuhnya, dan dengan pelan berkata, "Kamu harus kuat, bang.."

"Baby, ini sudah yang ketiga kalinya kamu berhenti saat aku akan keluar. Aku tidak tahan lagi."

"Tidak apa-apa. Jika kamu ingin keluar, kamu harus menunggu persetujuanku." Jawab Renita tersenyum, dan kembali memasukkan batang panjang kokoh yang terus-menerus berkedut milik Rendra.

Tapi saat bergerak lagi, Renita tidak terburu dan memasukannya inci demi inci, tidak lupa juga menampilkan ekpresi menggoda kepada Rendra.

Karena bagaimanapun, perasaan setiap daging yang meluncur di dinding-dinding tubuhnya lebih menyenangkan. Perasaan ini adalah kesukaan Renita, karena selain kepuasan untuk dirinya sendiri, orang di bawah tubuhnya akan merasa gila.

Seperti Rendra ini, saat Renita bergerak seperti ini, seluruh tubuhnya sangat tegang. Matanya melotot, dan urat-urat biru muncul di setiap keningnya.

Perasaan perlahan ini, bagi pria adalah perasaan yang sangat menyiksa. Apalagi itu bagi Rendra, karena dia tidak di perbolehkan bergerak, dan hanya bisa menikmati siksaan ini.

"Ohh.."

"Argh.."

Ada desahan keras saat Renita memasukkan setiap batang Rendra. Tapi, suara desahan Rendra terdengar aneh. Daripada suara kepuasan, itu lebih misirp suara kesakitan dan siksaan batin.

Tapi Renita tidak peduli. Dia hanya tersenyum penuh godaan pada Rendra, menggerayangi tubuh kekar Andra secara perlahan-lahan, dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat, dan kadang-kadang pelan. Tidak jarang juga berhenti, dan menggoyang pinggulnya seperti jarum jam.

Melihat wajah Renita yang menggoda, serta sentuhannya yang menggelitik di seluruh dadanya, dan ditambah dengan teknik gerakan Renita, Rendra merasa akan meledak.

"Sayang! Baby! Keluar! Aku akan keluar.....cepat...lebat cepat..baby?" Rendra yang melotot berteriak tidak sabar dan menggeram.

Sepertinya itu sudah di ujung tanduk.

Tapi, Renita yang melihatnya seperti ini, dan merasakan itu akan meledak di tubuhnya tiba-tiba tersenyum licik, dan buru-buru mengeluarkan batang Rendra dari sana.

"Baby, Sayang! Kamu.."

Merasa bahwa gunung akan meledek, dan tiba-tiba berhenti, Rendra merasa gila dan melihat Renita dengan penuh kesengsaraan dan keluhan.

Hanya saja, Renita masih tersenyum dan tidak menjawab. Baru ketika batang Rendra mulai tenang, Renita kembali memasukannya lagi.

Gerakannya masih sama seperti sebelumnya. Tapi karena Renita yang bergerak sangat cepat, tidak butuh waktu lama sebelum Rendra merasa akan meledak lagi.

Sayangnya, Renita tidak membiarkan itu terjadi, dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya lagi.

"Sayang.. baby... Tolong, jangan permainkan Abang lagi."

Rendra yang sudah gila akhirnya memohon kepada Renita. Dan saat Renita mendengarnya, dia segera menunjukkan senyum puas.

"Sabar, bang! Adek akan mengeluarkannya kali ini."

Renita memang berniat mengeluarkannya, tapi dia memiliki ide lain. Dia memegang batang Rendra yang masih keras itu di tangannya, mengelusnya beberapa kali sambil melihat ke arah Rendra dengan senyum yang mempesona, dan mengedipkan matanya.

"Abang... Batang Abang sangat panjang dan keras...adek tidak kuat lagi.." Renita berkata seperti itu, dan kemudian bergerak turun dari ranjang.

Di lantai, Renita berlutut, memegang kedua payudara besarnya dengan kedua tangannya, menunjukkan celah di antara keduanya, dan berkata, "Abang, disini butuh belaian dari sesuatu yang besar, panjang dan keras. Kira-kira apakah ada?"

Mata Rendra sudah merah seperti seekor binatang buas, dan dengan cepat berdiri di pinggir ranjang, dan menunjukkan kebanggaannya kepada Renita di bawah.

Karena batang Rendra sedari tadi sudah sekeras besi, itu menunjukkan kebanggaannya tepat di depan wajah Renita. Dalam impiannya, Rendra berharap jika Renita akan memberi kenikmatan menggukan bibirnya. Tapi, Rendra tidak berharap lebih, karena jika berciuman saja Renita tidak mau, apalagi harus mengulumnya.

Benar saja, meskipun mata Renita tampak cerah dan bernafsu, dia tidak menggunakan bibirnya untuk menyenangkan Rendra.

Dia hanya memegang batang Rendra dengan kedua tangan, mengocoknya beberapa kali, lalu mengangkat kepalanya. Saat mengangkat kepalanya, Renita sudah memegang kedua payudara besarnya, dan menunjukkannya kepada Rendra.

Meski kecewa tidak mendapatkan apa yang diinginkan, Rendra tidak banyak bicara, dan mengarahkan batang kerasnya tepat di antara kedua belah dada Renita.

Kemudian, Renita dan Rendra saling bergerak, dan kepala batang besar Rendra menghilang dan muncul di depan mata Renita.

"Oohhh..." Lima menit kemudian, Rendra menggeram.

"Bang, Abang ingin keluar?" Renita mengangkat kepalanya, dan bertanya.

Rendra tidak menjawab, dia hanya menggerakkan pinggulnya lebih cepat, dan menunjukkan urat biru di kepalanya.

Melihatnya seperti ini, dan merasakan kedutan di dadanya, Renita tahu jika Rendra akan meledak. Jadi dia tidak berbicara lagi, dan menggoyangkan kedua payudaranya lebih cepat.

"Aaahh.... Ya... Abang akan meledak!"

"Keluarkan bang... keluarkan semuanya di dadaku."

Nafas Rendra semakin memburu, dan dengan hentakan terakhirnya, cairan putih kental keluar dan membasahi seluruh dada Renita.

Merasakan perasaan hangat dan lengket di dadanya, Renita mencoba memeras habis menggunakan payudaranya. Dan saat semuanya terkuras, Rendra tampak megap-megap, dan ambruk kembali ke ranjang.

"Baby... terimakasih.."

Renita berdiri, dan tersenyum sambil menunjukkan cairan di dadanya kepada Rendra. Kemudian melihat bahwa batang Rendra sudah melunak, Renita menunjukkan pemandangan yang membuat seluruh tubuh Rendra menegang.

Renita yang masih tersenyum menawan mengelus dadanya, lalu mengambil cairan dari Rendra menggunakan jari-jarinya, mengumpulkan semuanya di telapak tangannya, dan menumbuhkan ke batang Rendra yang sudah melunak.

Selanjutnya Renita mengocok batang yang sudah lunak itu dengan keras, dan suara basah terdengar di kamar.

Ketika batang Rendra mulai bangun, Renita naik lagi ke tubuh Rendra, dan memasukkannya dalam sekali jalan.

Kali ini, gerakan Renita tampak monoton, dan sangat cepat.





Suamiku Selingkuhan Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang