Tidak memperdulikan Gilang yang masih tercengang, Renita mulai mengambil sendok dan memakannya. Tapi Renita tidak buru-buru menghabiskannya, dia memakan satu sendok demi satu dengan elegan. Tidak lupa juga untuk memperlihatkan ekspresi wajah penuh kepuasan kepada Gilang.
Gilang di depannya terus melihat cara makan Renita dan kedua matanya tampak terus mengikuti saat satu suap sendok demi suap yang terus di masukkan kedalam mulut Renita.
Melihat wajah Renita yang tampaknya sangat menikmati makan enak, secara tak sadar Gilang seringkali menelan ludahnya, karena bagaimanapun dia tahu betapa enaknya masakan yang di makan oleh Renita, bahkan jika dia memegang burger di tangannya, dia tidak pernah mencoba memasukkannya kedalam mulutnya, dan lebih memilih untuk memperhatikan cara makan Renita.
"Ah, kenyang... Ini enak sekali." Dengan Renita yang telah menghabiskan semuanya dan bergumam puas, Gilang sudah lupa berapa kali dia menelan ludahnya.
"Oh, Gilang? Maaf, aku menghabiskan semuanya. Ini sangat enak, aku sampai lupa kalau kamu belum makan. Emm...kamu makan aja burger di tanganmu, oke!" Renita tersenyum, dan berkata sebelum bangkit, lalu pergi ke kamarnya.
Sampai Renita pergi ke kamarnya, wajah Gilang di ruang makan masih merah, tentu merah karena malu.
"Sialan! Sialan! Kenapa aku tidak pernah menang darinya! Sialan!"
Setelah berkata, Gilang dengan marah menggigit burger di tangannya, tapi tak lama kemudian memuntahkannya. "Sialan, apa-apaan ini! Rasanya aneh, ini jauh lebih buruk daripada buatan Renita!"
Gilang mengeluh, tapi dia terus mengunyahnya. Mulut dan hatinya tidak ingin memakannya, tapi perutnya lapar dan meminta untuk terus memasukkannya kedalam. Hanya saja, ketika baru makan setengahnya, Gilang tidak lagi memiliki selera untuk melanjutkan.
Kemudian melirik ke dapur, dan bergumam, "Aku tidak tahu, apakah Renita telah makan semuanya? Jika aku ingat lagi, sepertinya dia sering memberikan sisa, coba ku lihat."
Gilang berjalan ke dapur, dan berseru, "Haha, dia meninggalkan sedikit. Hem, ya ini yang namanya makanan!"
Bersamaan dengan Gilang yang memakan sisa nasi goreng di teflon, Renita di lantai atas mengintipnya dan meliriknya sambil tersenyum.
"Yah, seharusnya tidak apa-apa untuk memberinya sedikit. Bagaimanapun, aku masih seorang istri yang perlu melaksanakan tugasnya. Meskipun hanya beberapa suap, kupikir itu sudah menyelesaikan tugas seorang istri, bukan?" Renita bergumam, dan pergi ke kamar.
Sejak setahun yang lalu, Renita dan Gilang telah pisah ranjang, dan menepati kamar tidur masing-masing. Dua kamar di lantai dua cukup besar, dan letaknya berdampingan. Oleh karena itu, kemarin malam Renita bisa mendengar suara desahan Gilang dengan jelas.
Berbaring di kasur dan melihat ke arah tembok yang saling menghubungkan kamar mereka berdua, Renita tiba-tiba memikirkan sebuah ide.
"Jika aku melakukan phone-sek dan mendesah dengan keras, bukankah Gilang di kamar sebelah juga mendengar?" Renita tersenyum dengan pikirannya dan bangun.
Berjalan ke arah lemari, dan melihat cerminan dirinya di kaca, Renita mulai membuka baju dan celananya.
"Wajah dewasa, cantik dan anggun. Dada besar, bulat dan masih kencang, emmm sekitar 36 E Cup dengan putting merah muda, ini sangat bagus." Renita menyentuh wajah, dan dadanya sendiri lalu memujinya dan mengangguk.
"Perut ramping, pinggul berkembang sempurna, dan bokong menonjol elastis, siapa yang akan bisa menolaknya?! Dan ini, Umm..." Renita menyentuh lubangnya dan mendesah pelan.
"Ummm, ini sering bermain dengan beberapa batang pria, ummm... Tapi masih terlihat merah...ahh.... dan rapat. Lihat, ohh....klitorisku yang merah mudah indah...ahh, aku jadi pengen..." Renita, yang mulai meraba-raba tubuhnya sendiri menjadi bergairah dan terasa panas.
"Ahh...oohh... Dadaku...lubangku...dan kesemuanya...ahh..mereka pengen di belai..." Renita memegang dadanya dengan tangan kiri, dan memasukkan jarinya sambik terus mendesah dan semakin terasa panas..
"Ahh...oohh...." Sampai lima menit, Renita yang terus meraba tubuhnya sendiri merasa tidak merasa puas, dan malah semakin bingung.
Saat yang bersamaan, Renita juga mendengar suara Gilang membuka pintu di kamar sebelahnya. Jadi, dia menghentikan tindakannya, dan segera membuka lemarinya.
Sejak setengah tahun lalu, Renita mulai suka membeli pakaian-pakaian seksi. Entah itu lingerie, atau g-string. Jadi, saat membuka lemari, berbagai macam pakaian seksi segera terpampang didalamnya.
Ada berbagai bentuk lingerie, dan model serta warna di lemari. Memilih selama beberapa waktu, akhirnya Renita mengambil satu yang berwarna hitam, dan dengan pola sangat terbuka.
Itu berbentuk pakaian mini yang terbuat dari sutra tipis dan transparan. Saat Renita memakainya, dia melepaskan bra di payudaranya, dan memperlihatkan bentuk dadanya yang bangga. Di tengah-tengah lingerie ada sebuah lubang bulat, dan dari lubang itu, kacang Renita akan terlihat keluar, dan menggiurkan.
Sementara di bawahnya, satu celana dalam warna hitam, berbentuk segitiga dengan hanya satu tali dan sangat transparan adalah yang Renita pilih. Saking tipis dan transparannya, rambut di antara kemaluannya samar-samar akan terlihat.
"Aku sangat cantik, bukan? Hmmm, aku berusia 30 tahun, tapi wajahku terlihat berumur 25 tahun, dan tubuhku, itu telah berkembang sangat sempurna. Bodohnya Gilang, dia lebih memilih wanita muda daripada aku yang telah berpengalaman."
Renita benar-benar tidak bisa memikirkan, dengan semua kelebihannya, Gilang masih lebih memilih wanita muda daripada dirinya.
"Ohh.. Gilang. Jangan salahkan aku."
Dengan demikian, Renita berjalan kembali ke kasur dan mengambil handphonenya. Menekan satu nomor di teleponnya, dan melakukan panggilan video.
Nomor yang Renita hubungi kali ini bukan berondong lagi, itu pria gagah, yang berumur 35 tahun, Rendra.
"Woow, Renita.. baby...kamu sangat cantik!" Ini adalah suara pertama kali Rendra keluarkan dari telepon.
"Apakah ini cantik." Renita tersenyum menggoda, menunjukkan tubuh serta lingerie kepada Rendra di telepon, dan bertanya.
"Cantik! Luar biasa, kamu sangat cantik dan seksi."
Rendra mengangguk dengan cepat dan segera membuka pakaiannya di telepon. Rendra sepertinya juga sedang di kamar, dan setelah membuka bajunya, dada yang lebar dan kuat segera terlihat. Selanjutnya, dia mengarahkan kamera ke bawah, dan menunjukkan perutnya yang berbentuk enam kotak melalui kamera.
Melihat semuanya melalui layar handphonenya sendiri, wajah Renita telah memerah, dan satu tangannya juga mulai menyentuh dadanya sendiri. "Ohhh.. Rendra.... Sayang... Adik Renita ingin menyentuhnya.."
"Sabar baby...lihat ini.." suara Rendra terdengar di telepon, dan kamera bergerak lagi.
Saat kamera bergerak, pertama Renita melihat rambut halus dari pusar Rendra yang terus turun kebawah. Rendra menunjukkannya secara perlahan, dan itu membuat Renita menggeliat, dan menyentuh pusarnya sendiri, mengikuti posisi di kamera.
Renita merinding saat kamera bergerak semakin kebawah, dan menampilkan rambut kemaluan Rendra.
"Ummm.. ahhh..... Rendra, bang.. tunjukkan pada adik bang... Please...cepat..." Tangan Renita juga mencapai rambut kemaluannya sendiri, dan mulai mendesah dan tidak sabar.
"Hehe...sabar baby.. yang terbaik masih disini. Apa kamu menginginkannya, baby..."
"Bang.. ah.. Renita ingin bang..."
"Kamu memang yang terbaik dan sangat sexy, baby. Lihat baik-baik." Kata Rendra, dan secara pelan gambar di kamera mulai bergerak lagi.
"Ummm...ah...terus...bang...kasih lihat adik bang....ah.." Renita mulai mendesah, dan tubuhnya mengejang.
Kali ini Rendra tidak menyia-nyiakan harapan Renita, dan batang besar sepanjang 15 cm, berdiameter 5 cm hampir seperti lengan bayi muncul di depan Renita. Warna coklat dengan beberapa urat biru, dan kepalanya yang hampir sebesar telur seketika membuat Renita bergidik dan kejang..
"Ahh...bang Rendra....adik pengen... itu... bang... Ah..ohh..sudah lama tidak menyentuhnya bang ..adik pengen..kangenn...ahh....ohh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Selingkuhan Ku
RomanceArea 21+🔥🔥Harap bijak. Dan awas! BASAH TANGGUNG SENDIRI 🤭🤭 Renita Aprilia, dan Gilang Pratama adalah seorang suami istri yang telah menikah selama lima tahun. Satu tahun sampai tiga tahun pernikahan keadaannya masih baik-baik, dan masih saling...