7 Selingkuhan pertama

27.9K 123 0
                                    

Tangan Renita menyentuh lubangnya sendiri dan arus listrik tiba-tiba seperti muncul dari sentuhannya dan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Secara tak sadar Renita juga merasa gejang dan gatal seperti ribuan semut berjalan di seluruh tubuhnya.

Melihat betapa gagahnya batang Rendra, gerakkan tangan Renita semakin kuat, alus listrik dan gerakkan tangan membuat seluruh tubuhnya mengejang dan menggeliat. Renita bingung, matanya kabur dan mulutnya terbuka dengan nafas panas yang keluar.

"Ohh...bang...itu sangat besar! Adik...pengen pegang bang....pasti panas....dan kuat.."

Mendengar suara cabul Renita, batang Rendra di layar berkedut, dan tampak berkembang lagi. Itu semakin besar dan semakin panjang. Yang sebelumnya memiliki panjang 15 cm, kini seolah-olah menjadi 18 cm. Batang yang sudah besar dan berurat, kini menjadi lebih mengerikan dengan beberapa urat biru yang semakin terlihat.

"Lihat dek... Karena suara desahan dan godaan cabulmu, ini semakin menjadi besar. Kamu beneran seksi dan menggoda. Batang Abang jadi bersemangat pengen di sentuh." Kata Rendra terdengar dari telepon.

Menggeliat dan bingung, Renita dengan tidak sabar menjawab, "Bang...bang..sini bang. Biarkan adek menyentuhnya bang...ahh...bang, ini hangat bang.."

"Haha... Renita..baby...ini pengen di sentuh dan di kocok.."

"Ya, bang... Renita sentuh bang.. ummh, ini panas, keras dan kaku Bang. Renita gak kuat bang....pengen di masukin.. ummhh..."

Renita sudah dikuasai oleh nafsu. Matanya kabur, dan jari-jarinya semakin cepat masuk kedalam tubuhnya. Suara cabul dari gerakan tangannya membuat desahan Renita semakin seksi.

Rendra, yang mendengar suara cabul dari sisi tidak lagi tahan, dan memegang batangnya sendiri.

"Oohh...baby...terus... kocokin baby..."

"Iya bang, kocok lebih kenceng bang... Renita keenakan bang...ahh... Ah... Ya, gitu..bang.. Renita tidak tahan.. pengen di masukin...bang..."

"Aku juga baby...aku pengen masuk ke lubang basah kamu..ohh baby...masukin baby..."

Dua orang ini mulai berimajinasi dengan melihat apa yang terlihat di layar.

Rendra di lain telepon mulai menggerakkan tangan naik turun dengan cepat. Jika bisa dibayangkan, saat ini Rendra mungkin sedang berkhayal dengan tubuh panas Renita ada di atas pinggulnya, dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

Untuk Renita sendiri, meskipun dia ingin memejamkan mata untuk menikmati perasaan indah ini dengan serius, dia tetap berusaha membuka matanya, tapi matanya hanya berhasil sedikit terbuka, meski demikian, Renita tidak rela untuk tidak melihat gerakan dan betapa gagahnya batang Rendra di layar handphonenya.

Meskipun itu kabur dan sangat jauh tanpa bisa di sentuh, apa yang dilihatnya dapan membuat gerakan tangannya semakin cepat dengan mulut terbuka.

Membayangkan betapa besar dan kuatnya batang Rendra saat berimajinasi saat memasuki lubangnya sendiri, Renita tidak puas hanya dengan satu hari dan segera menggunakan dua jarinya untuk keluar masuk ke arah lubangnya sendiri dengan kecepatan tinggi.

"Ohh....ohh...ahh..bang! Ini... Ini..sangat besar...adek merasa penuh...ah..ini enak...besar..."

Gerakan mengocok mereka berdua saling berirama dengan gerakan di layar telepon. Mereka larut dengan imajinasi masing-masing.

Sampai lima menit kemudian, keduanya mulai merasa bingung, dan gerakan tangan masing-masingnya semakin cepat.

"Dek... Renita...ahh..baby... Abang mau..keluar.."

"Ah..ah..ah...Renita sama...ahh bang....lebih cepat bang! Ahh... keluarin di dalam...aahhh ... astaga...adek melayang...bang aahhhhhhh..."

Dua teriakan panjang terdengar di kamar Renita. Kedua orang itu berteriak sambil mengeluarkan cairan kenikmatan dengan deras.

Khusus untuk Renita, tubuhnya mengejang hebat, matanya terpejam, dan tubuhnya melengkung ke atas. HP di tangan kirinya telah jatuh dan cairan putih keluar membasahi tangan dan pahanya. Renita merasa matanya kabur dan dunianya menjadi.

"Ahhhh....mas... Bunga keluar....ahhhh.."

"Ahhh...mass....juga!!!

Bukan hanya Renita dan Rendra yang keluar bersamaan. Di kamar sebelahnya, tepat dimana kamar Gilang berada, dia juga melakukan hal yang sama.

Dia juga melakukan panggilan video, dan di layar ada juga seorang wanita yang seusia Renita. Dia juga memiliki wajah dan tubuh yang sama seksinya seperti Renita. Kecuali payudaranya yang lebih kecil daripada milik Renita, Mawar yang di telepon Gilang juga seorang wanita cantik, dewasa, dan menggoda.

Saat ini, sama seperti Renita dan Rendra, mereka juga keluar secara barengan dengan cairan putih meluncur keluar di alat kelamin keduanya.

Terkhusus untuk Gilang, itu keluar dan meluncur sangat kencang, dan terbang sampai ke lantai.

"Sangat puas!"

Setelah selesai menikmati perasaan ini, Renita dan Gilang saling berseru bersamaan di kamar masing-masing.

Nafas Renita masih terengah-engah, dan setelah mengambil handphonenya di kasur, dia berkata kepada Rendra.

"Bang...Rendra, Renita merasa sangat senang dan puas. Tapi adek pengen yang nyata, bisakah kita melakukannya?"

"Huh..huh.." suara nafas Rendra di telepon masih terengah-engah, tapi dia masih menjawab, " Baby, Abang juga kepingin masukin secara...nyata.. Abang kangen juga...sudah lama kita tidak melakukannya. Bagaimana kalau lusa kita check in?"

"Bang....Renita tidak kuat menunggu lama. Bagaimana kalau sekarang.. adek sangat pengen bang.."

"Gak bisa baby.. ada istriku di rumah. Bagaimana kalau besok. Abang akan meluangkan waktu besok."

Renita sedikit sedih, tapi dia masih mengangguk pelan dan menjawab, "Oke, itu besok. Tapi Renita sangat ingin untuk saat ini."

"Sabar baby," Rendra di telepon tersenyum, "Aku berpikir jika sebaiknya sekarang kita tidur dulu, agar besok kita lebih bersemangat dan bisa berlama-lama. Abang besok juga akan memberikan hadiah khusus kepada kamu."

"Hadiah apa?"

"Hadiah ya hadiah, jika Abang kasih tahu sekarang, itu tidak akan menjadi hadiah."

"Itu benar." Renita tersenyum dan menantikannya.

"Kalau begitu, kita tidur dulu. Aku akan matikan teleponnya, nanti istriku tahu. Sampai ketemu besok. Emmmuaaaacchhh.." Selesai memberi ucapan selamat, Rendra segera mematikan telepon.

Renita di kamar tersenyum. Dia tidak sabar untuk segera datangnya hari esok. Jika di pikirkan lagi, setidaknya mereka berdua telah lebih dari sebulan tidak bertemu dengan Rendra, dan ternyata dia menjadi lebih kuat, dan besar.

"Mengingat betapa kuat dan gagahnya Rendra terakhir kali bertemu, aku harus meminta memohon dan meminta ampun kepadanya, tapi kali ini akan berbeda! Aku tidak tahu, apakah itu akan tetap sama? Dilihat dari batangnya tadi, itu menjadi lebih besar daripada sebelumnya, tapi aku juga bukan lagi wanita yang polos dan malu-malu seperti dulu, aku tidak akan lagi mudah di taklukkan seperti dulu."

Rendra, bisa dibilang itu adalah selingkuhan pertama Renita, dia adalah pria yang membuat Renita terjun ke dunia perselingkuhan. Saat pertama kali mereka melakukannya, waktu itu Renita masihlah wanita yang putus asa dan polos. Hanya beberapa menit, dia telah meminta ampun karena keperkasaan Rendra.

Sekarang, dengan semua pengalamannya, Renita yakin tidak akan lagi mengalami hal yang memalukan itu.

"Mungkin, kali ini Rendra yang akan meminta ampun padaku. Jika itu terjadi, betapa serunya!?"

Memikirkan semuanya, Renita tidak bisa menahan senyum di bibirnya dan segera menarik selimut untuk tidur dan tidak sabar untuk menunggu hari esok.

Suamiku Selingkuhan Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang