10

15.7K 82 0
                                    

Setelah beberapa waktu merasakan kebahagiaan seperti naik ke Surga, tubuh Renita ambruk ke kasur, dan suara "Cups" dari jari Rendra yang terlepas di bagian tubuhnya terdengar.

Saat nafas Renita terengah-engah, dan tubuhnya masih sedikit bergetar, tiba-tiba Rendra tersenyum dan membalikkan badannya, kemudian menunjukkan adiknya yang masih keras dan berdenyut kepada Renita yang tak berdaya di bawahnya.

Dalam pandangan Renita yang kabur, tangan Rendra yang berkilau karena spermanya sendiri dengan pelan dan terlihat menggoda memegang batang kerasnya, dan mengelus-elus sampai membuat batang Rendra yang sedikit kehitaman menjadi basah dengan cairan putihnya.

"Oohhh..bang.." Renita masih terengah-engah, dan bergumam.

"Bagaimana baby, enak? Apa kamu ingin lanjut, dan merasakan kebahagiaan lebih lagi?" Tanya Rendra sambil menyeringai kepada Renita.

"Tunggu....biar--biarkan aku istirahat dulu..bang...haah...haaahhh.."

"Tidak bisa, kamu harus pulang dengan puas, dan setidaknya susah berjalan, baby..." Mengatakan ini, Rendra menyodorkan kepalanya, dan menciumi dada Renita.

"Oooohh...bang...se..be...sebentar..."

Rendra tidak memperdulikan ucapan Renita dan terus menjilati putting Renita. Bersamaan dengan gerakan lidahnya, tidak lupa Rendra juga mengulurkan tangannya untuk mengelus lubang penuh perasaan basah milik Renita.

"Oooohh...emmmhhh..." Renita sebenarnya lelah, tapi lambat laun dia merasa panas tubuhnya naik lagi.

"Aaaahhhhh....." Ketika Rendra mulai memainkan klitorisnya, Renita tidak tahan lagi untuk mengerang keras.

Tapi itu belum selesai, dan satu tangan Rendra juga mulai memegang dada kirinya dan memelintir putingnya juga. Tiga rangsangan secara bersamaan, ini seketika langsung membuat Renita kembali bersemangat dan secara spontan menggerakkan tubuhnya, menginginkan lebih dari kenikmatan yang intens dari tiga titik sensitifnya, dan mulai mengerang dengan keras.

"Yeeeessss.....bang...ooohhhh...nikmat bang! Aaaaaahhh....terusss....bang! Yess!"

Tubuh Renita menggeliat beberapa kali, kedua tangannya memegang kepala Rendra, bersamaan dengan kepalanya sendiri mulai terangkat.

"Oooohh...bang...kamu sangat pintar...aaaaaahhhhh.....tiga...godaan secara bersamaan...adek tidak tahan...lagi...aaaaaaaahhhhh...bang...."

"Bagaimana baby, apakah kamu bersemangat lagi?"

"Yaa....bang...haah..haaah...masukin bang...itu adek gatel...dan..dan.... aaaahhhhh berdenyut...."

"Hehehe..." Rendra tidak melakukan apa yang Renita inginkan, dan malah berhenti menggoda tubuh Renita.

"Bang...kenapa Abang... berhenti?" Saat rangsangan hilang, Renita dengan bingung segera menggeliat, dan bertanya dengan tidak puas.

"Tunggu sebentar baby... bukankah kemarin aku bilang akan memberikan hadiah untukmu?"

Renita mengangguk dan mengingatnya tanpa menjawab.

Rendra tersenyum, kemudian mengambil sebuah kardus di bawah kasur, dan membuka di depan mata Renita.

Kardus dibuka, dan sebuah lingerie putih berbulu muncul. Bentuk lingerie itu sangat mesum, karena selain terbuka di bagian dada, dan bagian bawah, itu juga memiliki ekor bulat kelinci lengkap dengan dua telinga panjangnya.

"Ooohhhh bang...ini kelinci."

"Benar, apa kamu suka kelinci? Jika kamu memakai ini, kamu pasti akan menjadi lebih cantik dan seksi!"

"Tidak ah, bang.. malu."

"Kenapa harus malu, dicoba dulu Napa? Jika kamu memakainya, Abang janji akan memberimu pelayanan terbaik, dan paling nikmat hari ini." Rendra menyarankan lagi.

Renita tidak menjawab, dia melihat kostum kelinci di tangan Rendra, dan ragu-ragu selama beberapa waktu.

Bukan karena Renita belum memakai lingerie seperti ini, tapi ini memalukan untuk memakai di depan pria yang lebih tua. Ini seperti menunjukkan bahwa dirinya adalah seekor kelinci yang tidak bisa apa-apa dan hanya bisa di mainkan sesuka hatinya.

Hanya saja tubuhnya sudah tidak bisa menahannya lagi. Tiga rangsangan yang di berikan oleh Rendra sebelumnya sungguh membuat Renita bingung dan gatal mengingkan lebih.

"Baby... please. Kamu memakai ini, ya? Abang janji deh, Abang pasti akan membuat kamu sangat puas hari ini.." Melihat Renita yang ragu-ragu, Renita memohon lagi.

Renita ingin menolak, tetapi anggota tubuhnya berdenyut, dan keinginan tubuhnya mengalahkan rasa malunya.

"Oke. Aku akan memakainya."

Dengan begitu, Renita bangun, mengambil lingerie di tangan Rendra, dan pergi ke kamar mandi.

Rendra tersenyum gembira dan melihat ke arah kamar mandi dengan tidak sabar.

Sepuluh menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan tubuh Renita dengan balutan kostum kelinci keluar. Mata Rendra terbelalak.

Karena saat ini, Renita terlihat sangat imut dan dewasa. Imut karena dia memiliki telinga kelinci di kepalanya, dan ekor bulat di belakangnya. Dewasa dan seksi, karena lingerie yang digunakan oleh Erlina hampir di katakan minim. Dari lehernya, itu berbentuk tali yang mengikat payudara besarnya, dan hanya ada kain kecil yang menutupi puttingnya.

Sementara di bagian bawahnya, lubang merah muda indah Renita juga hanya memiliki kain minim yang menutupinya. Rendra bahkan bisa melihat bulu-bulu halus di sekitarnya.

"Oooohh my God, baby, kamu---kamu luar biasa!" Hanya "wow" dan kata-kata "luar biasa" yang bisa Rendra ungkapkan.

Pujian dan reaksi Rendra itu segera membuat Renita yang sebelumnya masih sedikit malu menjadi percaya diri dan bangga mengangkat kepalanya. Renita tersenyum menggoda, lalu berjalan ke arah Rendra dengan elegan dan langkah glamor.

Selain glamor dengan nuansa seksi, telinga dan ekor kelinci serta payudara besar indahnya menginginkan perhatian khusus saat bergoyang seiring irama langkahnya. 

Bahkan jika saat ini ada seorang pria yang telah meniduri banyak wanita melihat Renita seperti ini, mereka tidak akan bisa menahannya. Bahkan jika Rendra sudah tidak bisa menghitung berapa banyak wanita cantik dan segala jenis hal-hal seperti "seksi", dia masih tidak bisa meninggalkan tubuh Renita sedetikpun, dan membuat batangnya berkedut seirama dengan Renita yang mendatanginya.

"Bagaimana? Apakah adek terlihat cantik?" Renita berhenti di depan kasur tepat di hadapan Rendra, menunjukkan seluruh tubuhnya kepada Rendra dan bertanya sambil memegang kedua telinga kelinci.

"Ooh my God! Fuck!"

Rendra tidak tahan lagi dan bangkit. Kedua tangannya dengan tidak sabar dan kasar mengambil pundak Renita, lalu melemparkannya ke kasur dan segera melebarkan kedua pahanya. 

Tanpa kata, dan tatapan mata merah seperti seekor serigala lapar saat mengawasi penampilan menggoda Renita di bawahnya, Rendra mengambil batangnya yang terus berdenyut dan mengeluarkan cairan awal, lalu menggesek ke klitoris Renita.

"Oooooohhhhhhh....."

Tujuan Rendra sebenarnya untuk melumasi batangnya yang besar dan berotot, tapi saat mendengar erangan dan menyaksikan wajah tertutup penuh nafsu serta keinginan Renita, mata Rendra melotot dengan rasa lapar dan "blus", batang sepanjang 18cm itu seketika semuanya masuk kedalam lubang merah muda Renita.

"Aaaahh....."

"Ooooohhh..."

Dua orang yang sedang di liputi rasa lapar dan nafsu itu bersamaan mengerang puas saat tubuhnya bersatu.




Suamiku Selingkuhan Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang