"Tapi kok kamu gak follow IG Naren, Ra?" tanya Sadewa saat mereka sedang macet-macetan di depan TIM.
⠀⠀"Aku ada IG private yang khusus buat keluarga," jawab Lara enteng.
⠀⠀Dewa manggut-manggut, menjalankan mobilnya sejauh dua meter sebelum berhenti lagi. Dari tadi, memang hanya bisa jalan merayap saking padatnya.
⠀⠀"Masih gak abis pikir aku tuh. Abisan Naren gak pernah keliatan gimana-gimana banget. Ngampus aja pake Vario butut. Kerjaannya numpang nginep di kosan Ridho mulu, katanya rumah dia jauh, di Bintaro."
⠀⠀"Emang rumah dia di Bintaro."
⠀⠀"Segede rumah kamu?"
⠀⠀Lara tertawa pelan. "Rumahku mah cuma setengahnya, Kak."
⠀⠀"Rumah dia bahkan lebih gede dari rumah kamu???" Mata Dewa semakin lebar. "Wah, beneran ibab tuh bocah atu. Dua tahun pertemanan kita penuh kepalsuan. Sat, bangsat."
⠀⠀"Mungkin dia gak pengen dipandang beda," ujar Lara, berusaha menjelaskan, "soalnya, kadang-kadang emang gak nyaman juga, punya ortu idol. Kalo Naren ngaku dari awal, belom tentu juga kan kalian bisa temenan sama dia seada-adanya kayak sekarang?"
⠀⠀"Bener, sih. Pasti dia udah jadi tempat utangan Ridho." Dewa mencebik. "Sekarang juga udah diutangin mulu ama Ridho, tapi kalo tau duitnya gak berseri, bisa tambah ngelunjak ngutangnya."
—
⠀⠀Setelah melewati sedapnya macet Jakarta di malam minggu, akhirnya mereka sampai di Metropole—atau sering disebut juga dengan nama lamanya, Megaria.
⠀⠀Lara turun dari mobil, mendongak pada bangunan berbentuk khas itu, sementara Dewa memutari mobil dan menghampirinya.
⠀⠀"Aku suka banget arsitekturnya. Salah satu gedung art deco paling cantik di Jakarta," ucap Lara.
⠀⠀"Setuju. Dalemnya juga cantik banget. Shall we?"
⠀⠀"Ayo, ayo," angguk Lara, berjalan ke pintu utama. Memasuki area bioskop, aura vintage-nya makin terasa. Langit-langit kayu dangan chandelier unik menggantung, serta jendela-jendela dan pintu kaca lengkung yang elegan. Setelah berdiskusi soal film apa yang akan ditonton, mereka membeli tiket. Lara bersikeras membayar sendiri, seperti selalu dikatakan Mama; kita tidak berhak atas uang orang lain.
⠀⠀Lagipula, ayolah. Dia anak Park Chanyeol, dan Papanya juga mewanti-wanti tiap saat dan tiap waktu, haram hukumnya anak Park Chanyeol bilang gak punya duit.
⠀⠀Setelah membeli tiket dan minuman, mereka berjalan melewati lorong yang memajang poster-poster film vintage. Lara menyesap iced blend green tea di tangannya.
⠀⠀"XXI di Metropole emang cocok banget, ya," ujar Dewa, "kan XXI branding-nya vintage gitu, ala roaring twenties. Terus bangunannya art deco, mantep."
⠀⠀"Setuju, setuju. Di Bandung juga cantik-cantik bangunan art deco-nya."
⠀⠀"Oh, Bandung. Surga art deco. Aku pernah survey kesana buat bahan konsep Multimedia Interaktif. Sayangnya gak kesampean ke Villa Isola."
⠀⠀"Aku pernah! Aku pernah!" Lara praktis sudah melonjak-lonjak, bersemangat. "Waktu Mama jadi dosen tamu di UPI. Itu kerrrrren banget, Kak. Asli!"
⠀⠀Dewa tertawa, gemas sendiri melihat Lara yang bersemangat. "Iya iya. Jangan lompat-lompat gitu dong, aku kayak bawa kelinci."
—
⠀⠀Ternyata, Dewa cukup menyenangkan kok. Obrolannya nyambung dengan Lara, dan wawasannya luas. Sedikit mengingatkan Lara pada Naren yang juga hobi mengobrolkan seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
XOXO, Lara Park
RomanceRambut pink. Mahasiswi baru di FSR IKJ. Suka BTS juga. Dan... anak perempuan Park Chanyeol.🌸✨ [OC Chanyeol's Daughter x Sehun's Son] Alur lambat - lebih mirip daily life maba kampus seni Semi baku, tapi banyak kata kasar :) Update setiap 2-3 hari ♥...