31. XOXO, Lara Park

120 14 8
                                    

⠀⠀Setelah drama di kelas Sejarah Kostum itu, apakah para penggosip berhenti? Tidak juga.

⠀⠀Apakah Buceri masih nyinyir pada Lara setiap ada kesempatan? Masih. Tapi ternyata dia tetap memakai voucher lima juta itu dan sekarang rambutnya berwarna biru toska.

⠀⠀Apakah LambeKaje sudah dipenjara? Gak jadi. Pihak kampus yang memohon pada Lara dan Papa agar tidak memperkarakan ini dan menyelesaikannya secara baik-baik. Setidaknya, semua postingan tentang Lara sudah dihapus dan mereka menandatangani perjanjian untuk tidak pernah membahas Lara lagi.

⠀⠀Apakah tatapan sinis setiap Lara meletakkan tas branded di atas meja masih ada? Tentu.

⠀⠀Tapi… Pertanyaan yang paling penting. Apakah Lara masih peduli dengan semua itu?

⠀⠀Dengan senang hati, Lara akan menjawab sambil berteriak dari atas Monas kalau perlu : TIDAK!

⠀⠀Entah bagaimana ceritanya. Yang jelas, Lara merasa sangat lega setelah ia memberikan 'pembalasan' kecilnya di Sejarah Kostum. Dan tiba-tiba saja, ia berhenti peduli. Sirkus ghibah itu boleh membicarakan hal jelek tentangnya sambil jumpalitan sekalipun, dan Lara tidak merasakan apa-apa selain kasihan. Kasihan karena mereka menghabiskan energi untuk hal yang sia-sia.

⠀⠀Kadang, kalau sedang jahil, Lara dengan sengaja akan memamerkan barang-barang mahalnya di depan orang-orang itu. Kejahilan yang ternyata disadari oleh Pau dan teman-temannya yang lain. Kalau Lara sudah mulai seperti itu, mereka akan sengaja mengompori, sebelum cekikikan sendiri. Terutama Alin, yang hobinya memang cekikikan.

⠀⠀"Ya ampun, kasian muka Michelle tadi sampe merah," kikik Alin saat mereka berjalan ke kantin FSR.

⠀⠀"Biarin aja, biar tau rasa." Ari yang berapi-api. "Gue sebel sama dia, di depan kita keliatannya sok manis. Tapi di belakang? Hih!"

⠀⠀Lara terkekeh, mencaplok setusuk cilor yang tadi mereka beli depan gerbang. Padahal Lara hanya mengatakan pada Michelle kalau tas yang dia banggakan di depan grup ghibah tadi, jika dilihat dari modelnya, harusnya memiliki logo Chanel dan bukan YSL.

⠀⠀"Dia juga sering ngomongin anak-anak lain, apalagi kalo di toilet sama si Saras," angguk Pau, mulutnya penuh cilor, "waktu itu dia pernah ngatain outfit-nya Rosa kampungan. Gak ngaca kali ya."

⠀⠀"Perasaan outfit Rosa gak ada anehnya." Kening Lara berkerut, berusaha mengingat-ingat. Rosa memang suka memakai baju yang simpel dan kasual, tapi menurut Lara sih tidak jelek.

⠀⠀"Kamu tau sendiri, buat Michelle tuh kalo outfit-nya bukan outfit dari Tiktok berarti kampungan," nyinyir Pau.

⠀⠀Mau tak mau, Lara tertawa. Kemudian, ia teringat sesuatu. "Eh iya, daripada kita jadi ikutan nyinyir, gimana kalo minggu depan ke BXc?"

⠀⠀"BXc? Emang ads aps tuh?" tanya Ari kepo.

⠀⠀"Ada kejuaraan nasional figure skating. Gue ikutan, lumayan lah buat regangin badan. Udah lama gak ikut lomba."

⠀⠀"Eh, serius???" Mata Pau melebar. "Ayo, ayo! Nanti ajak Raina juga ya! Kasian dia lagi stress ngadepin tugas Interior!"

⠀⠀"Nanti aku ajak anak-anak Mode juga deh di grup." Alin manggut-manggut bersemangat. "Seru nih pasti!"

⠀⠀Lara tersenyum, mengiyakan apapun yang diusulkan teman-temannya itu.

⠀⠀"Eh itu, itu Lara ege!" Ridho melonjak-lonjak, menunjuk ke titik Lara berada. Gadis itu baru masuk ke dalam rink, meluncur pelan dan berhenti tepat di tengah. Intro dari Menjilat Matahari mulai terdengar. Pilihan lagu Lara selalu menarik. Waktu kejuaraan di Jepang, Lara menggunakan Chopin Larung di-remix dengan gamelan Bali yang lebih menghentak—Naren tidak tahu apa namanya. Sekarang, lagu lawas dari band rock Godbless, tapi… versi orkestra. Samar-samar, sepertinya Naren ingat ini versi gubahan Erwin Gutawa.

XOXO, Lara ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang