18. Abang

70 15 3
                                    

⠀⠀"Yang udah selesai bisa langsung kumpulin di meja dosen ya," ujar Mas Guntur, dosen Gambar Anatomi sekaligus dosen paling ganteng seantero FSR IKJ.

⠀⠀"Iya, Mas," jawab anak-anak Barbar lesu.

⠀⠀Boro-boro selesai, Lara saja baru mengarsir figur manusianya setengah badan. Gadis itu menukar pensil 4Bnya dengan 5B untuk menegaskan bagian gelap, lalu beralih ke 4B lagi.

⠀⠀"Tanganku udah kebas, Ra," gumam Raina.

⠀⠀"Sama." Lara mengangguk. Hari ini mereka tidak menggambar model langsung, tapi mencontoh dari buku. Dan figur-figur yang ada di buku adalah tipe patung Yunani dengan otot-otot super menonjol dan lighting dramatis, yang berarti mereka harus bekerja ekstra untuk mengarsir bentuk-bentuk otot itu dengan tepat.

⠀⠀"Mas, sekali-sekali nyoba croquis dong," celetuk Abe tiba-tiba.

⠀⠀"Hah?" Mas Guntur menoleh dengan wajah bingung. "Gambar ginian aja kalian dua jam gak kelar, mau croquis?"

⠀⠀Abe meringis. "Sekali-sekali lah, Mas."

⠀⠀Meski begitu, akhirnya Mas Guntur mengangguk. "Boleh juga sih. Sebelum UAS ya, kita coba croquis."

⠀⠀"Yeeeey!" Barbar bersorak, tepat saat Mas Riza masuk ke dalam kelas.

⠀⠀"Ada apaan nih, girang amat?" kening Mas Riza berkerut.

⠀⠀Mas Guntur tertawa kecil. "Gue janjiin mereka croquis sebelom UAS. Lu udah kelar?"

⠀⠀"Udah, ngajar kelas sebelah mah ngeri, cuy. Kayak kuburan. Gue berasa ngomong sendiri."

⠀⠀Figar mendenguskan tawa, persis seperti babi. Sontak, penghuni kelas B lain ikut terbahak dan Mas Riza menyeringai, menghampiri Figar. Dosen dengan rambut gimbal yang diikat ke belakang itu memperhatikan gambar Figar, manggut-manggut.

⠀⠀"Gue tau, lu mau menghina gambar gue kan, Mas?" Figar langsung menghentikan arsirannya.

⠀⠀Menahan tawa, Mas Riza menggeleng. "Nggak, cuma mau nanya. Ini tugasnya masih gambar anatomi manusia kan, bukan gorila?"

⠀⠀Figar membanting pensil 4Bnya frustasi, seiring dengan ledakan tawa anak-anak Barbar.

⠀⠀Lara memarkir si Macan sembarangan di depan tangga rumah, melompat turun dengan ransel tersampir di bahu. Sudahlah tangannya kebas, hari ini juga benar-benar panas, padahal kemarin hujan. Bawaannya ingin cepat-cepat sampai rumah saja, dan menenggak segelas air dingin.

⠀⠀Berlari menaiki anak tangga, Lara langsung membuka pintu depan dan lanjut ke dapur sambil berseru, "assalamualaikuuum!!!"

⠀⠀Satu suara bariton yang familiar menjawab, "wa'alaikumsalam. Lu ngapa lari-lari, Dek?"

⠀⠀Tiba-tiba saja, semua suntuk Lara hari ini hilang. Karena di sana, tepat di balik meja makan, berdiri manusia paling menyebalkan sekaligus paling dia rindukan. Kontan saja, Lara berlari ke arahnya.

⠀⠀"ABAAAAANG!!!"

⠀⠀Sena tertawa, ditubruk Lara dengan kecepatan penuh sampai terhuyung-huyung. Ia memeluk adik kesayangannya—karena memang adiknya cuma ini—sampai keduanya sesak napas.

⠀⠀"Kok gak bilang-bilang mau pulaaang?" tanya Lara, mendongak pada sang Kakak, "kok rambut Abang jadi merah?"

⠀⠀"Surprise," kekeh Sena, "tadinya mau sebelum ultah Papa, tapi pas banget lagi syuting concept teaser. Makanya rambut Abang jadi merah gini."

XOXO, Lara ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang