25. Pas de Deux

55 13 2
                                    

Pas de deux (noun)
⠀⠀⠀⠀1. a dance or figure for two
⠀⠀⠀⠀performers
⠀⠀⠀⠀2. an intricate relationship or
⠀⠀⠀⠀activities involving two parties
⠀⠀⠀⠀or thing

⠀⠀Kalau harus mendeskripsikan apa rasanya mencium Naren, mungkin Lara akan menjawab, cotton candy. Permen kapas yang manis, ringan, dan lumer di mulut.

⠀⠀Tapi semakin lama mereka berada dalam tarian itu, rasanya berbeda. Seolah ia dan Naren mulai meleleh, saling tenggelam dan larut dalam satu kesatuan yang tak bisa dipisah lagi.

⠀⠀Tubuh Lara bergetar kecil, dan ia berpegang ke bahu Naren, matanya masih terpejam erat. Dia tidak ingin berhenti. Dia ingin terus disini, seperti ini…

⠀⠀Telapak tangan Naren meraih pinggang Lara, mendekatkan mereka dan memperdalam ciuman. Namun dari sentuhan seringan itu, sesuatu terjadi. Kini, bukan hanya pipi Lara yang panas. Seluruh tubuhnya terasa panas. Seolah ada sesuatu yang meminta untuk diungkapkan, dipuaskan…

⠀⠀Lara tersentak, ciumannya dan Naren terlepas. Mata laki-laki itu membuka, terbelalak kaget.

⠀⠀"La? Wae…?"

⠀⠀Pertanyaan itu halus, hanya berupa bisikan. Tapi Lara tidak tahu bagaimana menjawabnya. Ia masih berpegangan ke bahu Naren, dan tangan Naren masih di pinggangnya. Perlahan, Lara menutup mata, menghembuskan napas dengan hati-hati, dan menyandarkan kepala ke dada Naren yang basah.

⠀⠀Laki-laki itu langsung mendekapnya, refleks yang sudah terlatih selama hampir dua puluh tahun berteman.

⠀⠀Di dalam pelukan Naren, Lara masih bisa merasakan detak jantungnya, juga mendengar detak jantung Naren. Bersahut-sahutan seolah sedang berbicara.

⠀⠀Sesuatu itu masih terasa, semakin terasa dengan dia berada sangat dekat pada Naren seperti ini. Lara teringat kata-kata Mama, dan menarik napas. Oke. Ini pilihannya, dia yang menginginkan ini dengan segala resikonya. "Ren…"

⠀⠀"Hmm?"

⠀⠀"Can we… do that?" tanya Lara takut-takut.

⠀⠀Tubuh laki-laki itu menegang dengan tiba-tiba. "Do what?"

⠀⠀"That. Itu, Ren. Itu. Ngg, having… sex?"

⠀⠀Naren melepas pelukan, beralih memegangi bahu sahabatnya dan menatap sepasang mata cokelat itu lekat-lekat. Naren sudah terbiasa membaca mata Lara. Dan apa yang ada disana, sama sekali tidak berbeda dari apa yang dikatakan gadis itu tadi. "La… Lu yakin?"

⠀⠀"I'm sure," jawab Lara, "kalo lu mau, sih."

⠀⠀"Gue juga gak mau nolak, sih."

⠀⠀"Yaudah." Lara menelan ludah. Tiba-tiba saja, ia bisa merasakan dinginnya air kolam, dan tubuhnya menggigil kecil.

⠀⠀"Lu kedinginan," gumam Naren, menarik Lara mendekat ke balkon kamar, "ayo, La. Gue gak mau lu meriang kayak Ridho."

⠀⠀"Bisa gak jangan bahas Ridho pas suasananya lagi syahdu begini?"

⠀⠀Senyum Naren membentuk cengiran, cengiran jahil yang khas Naren. "Harap maklum aja lah, gue lagi grogi ini."

⠀⠀"Lu pikir gue nggak?"

⠀⠀Mereka tertawa, sedikit kaku. Untuk pertama kalinya sejak hari pertama berteman, terasa ada setitik rasa awkward di antara dua sahabat itu. Dan itu sangat normal dalam situasi seperti ini.

⠀⠀Lara menyambar handuk, mengeringkan badan dan rambut seadanya. Sementara itu, Naren sibuk membongkar koper di pojok kamar. Laki-laki itu hanya mengenakan handuk yang dililit di pinggang, sudah melempar celana renangnya yang basah ke laundry hamper.

XOXO, Lara ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang