17. ...Atau Tetap Sama Naren?

70 14 2
                                    

⠀⠀"Asli, Ren, gue masih ngantuk banget," gumam Lara, matanya setengah tertutup, kepala menyandar ke jok, "semalem gue baru tidur jam tiga."

⠀⠀"Apalagi gue," gerutu Naren, menunjukkan botol Kratingdaeng yang sudah kosong, "kalo gak ada ginian udah tepar duluan kali."

⠀⠀Tadi malam, Keluarga Park dan Keluarga Oh merayakan ulang tahun Papa di noraebang sampai larut malam. Meski lebih banyak Papa dan Sehun-samchon yang menyanyi, tetap saja Lara kekurangan waktu tidur.

⠀⠀Masalahnya, pagi ini dia dan Naren sudah harus segera sampai ke Mall Taman Anggrek, tempat photoshoot untuk karya Tugas Akhir senior Mode yang waktu itu dibilang Naren. Sebenarnya, kalau dihitung jauh, masih kalah jauh dengan tempat latihan Lara yang biasa, di Cakung. Tapi ngantuk dan capek membuatnya terasa seperti perjalanan Jakarta-Surabaya alih-alih Duta-Taman Anggrek.

⠀⠀"Masih ada gak? Mau Ren…" Lara mengulurkan tangan, tapi Naren malah menepuknya.

⠀⠀"Abis. Entar beli kopi item aja!"

⠀⠀Mereka sampai sedikit ngaret, sepuluh menit. Naren menyeret koper kecil berisi sepatu skate Lara, sementara Laranya sendiri sibuk berkenalan. Pertama, dengan senior yang sedang TA—Zhevanya, alias Kak Zhev. Beberapa senior lain juga membantu, seperti Kak Neta yang di Tumpengan waktu itu, bagian makeup sekaligus stylist. Dan tim fotografinya Bang Aldo, yang ternyata ada Nakula juga dan beberapa senior DKV lain. Mereka sibuk mengatur lighting, softbox, reflektor, dan kawan-kawannya di atas es, dengan bantuan karpet anak-anak dari karet.

⠀⠀"Jadi totalnya ada enam look ya," Kak Zhev buru-buru menjelaskan pada Lara yang sedang pemanasan, menunjukkan satu-persatu foto dari baju Tugas Akhirnya. Mereka dikejar waktu, karena tentu saja menyewa rink seperti ini tidak murah. "Yang lima ini ready-to-wear, yang terakhir ini art fashion. Aku ada beberapa referensi posenya, tapi gimana nanti pas di es, aku bebasin ke kamu aja senyamannya. Terus nanti setiap look juga difoto detail bajunya, di sebelah sana tuh yang ada backdrop."

⠀⠀Lara mengangkat kepala, memperhatikan rink yang memang sudah disiapkan sedemikian rupa. Setengah dari dinding kaca yang mengelilinginya sudah tertutup kain hitam, dengan pengecualian satu bagian yang digantungi kain-kain sifon berwarna lembut.

⠀⠀Bang Aldo menghampiri mereka, menenteng kameranya. "Gue boleh pinjem Lara-nya dulu gak, buat ngetes?"

⠀⠀"Yaudah, tapi jangan lama-lama! Lara, nanti kalo udah langsung ikut Neta ya, dandan."

⠀⠀"Siap, Kak." Lara mengangguk. Kak Zhev tampak sedikit panik—ekspresi yang sudah biasa di wajah anak-anak TA, karena Lara juga pernah melihatnya di wajah Abang dan Anna-eonni saat mereka TA. Sepertinya, saat tidur pun wajah anak TA tidak pernah tenang.

⠀⠀Naren muncul dengan sigap, membukakan koper Lara dan mengeluarkan skate-nya. Padahal laki-laki itu sudah mengalungi sebuah kamera, siap ikut mengambil foto bersama Bang Aldo.

⠀⠀"Cepetan pake sepatunya, Princess," ujar Naren. Lara tertawa, memakai bunga pad dan sepatu. Untungnya dia sudah mengenakan baju latihan dari rumah, untuk menghemat waktu.

⠀⠀Berjalan dengan skate dan guards terpasang, Lara menghampiri Bang Aldo yang langsung bicara padanya, "ini set awal ya, kita coba bisa gak kayak gini. Nah kan lu yang paham nih gerakannya apa aja, menurut lu gimana?"

⠀⠀"Umumnya sih ada tiga gerakan, Kak. Spiral, itu meluncur sebelah kaki, lebih lambat. Terus ada spin, muter, dan terakhir jump. Agak cepet kalo pas jump."

XOXO, Lara ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang