27. (Sekarang) Anak Mode

51 10 0
                                    

⠀⠀Semester baru, semangat baru. Harusnya sih gitu.

⠀⠀Lara menyisir rambut pinknya yang ditata bergelombang ala mermaid. Mengecek lipstik mauve keunguan di bibir lewat spion tengah si Macan. Dia resmi sudah bukan anak PDSR lagi, tetapi anak prodi Mode.

⠀⠀Melompat turun dari Macan, Lara berjalan menyeberangi parkiran. Melewati kantin dan lobby FFTV, berjalan santai di antara gedung FSP dan Teater Luwes. Kampus IKJ memang tidak besar, jangan dibayangkan seperti kampus-kampus yang ke fakultas sebelah harus pakai Gojek. Disini, ketika kita bilang fakultas sebelah, artinya memang literally fakultas sebelah karena gedungnya bersebelah-sebelahan.

⠀⠀Menaiki tangga menuju pelataran FSR, Lara memandangi Pohon Hayat—lambang IKJ karya G. Sidharta yang telah puluhan tahun berdiri di sana. Lambang berwarna hitam itu dilatarbelakangi taman vertikal yang cantik, semak dan dedaunan yang organik terlihat kontras dengan garis-garis tegasnya.

⠀⠀Hampir semua keluarga Lara sudah berfoto setelah sidang Tugas Akhir disitu. Semoga tiga setengah tahun lagi giliran dia yang melakukannya.

⠀⠀Masuk ke Gedung A, Lara menyapa Pak Jonas dan kroco-kroconya, memberikan satu paperbag berisi bir pletok botolan dan kue talam. Mama yang menyuruhnya membawakan untuk staf kampus. Setelah itu, Lara naik ke lantai satu, masuk ke akademik.

⠀⠀"Pagiii Mas Irfan! Pagi Mbak dan Masnya yang di belakang situ!" sapanya riang, meletakkan paperbag di atas konter, "ini buat mamas dan sesembaknya."

⠀⠀"Pagi Lara." Mas Irfan tersenyum. "Wah, apaan ini? Kamu gak bareng Mamamu ke kampusnya?"

⠀⠀"Oleh-oleh liburan," jawab Lara, "nggak, Mama bentar lagi sampe. Gak mau keliatan naik mobil butut kali."

⠀⠀Mas Irfan tertawa. "Padahal kan itu mobil dia juga."

⠀⠀"Ngomong-ngomong, emang kamu liburan kemana, Lara?" tanya staf yang lain, "pulang kampung?"

⠀⠀"Iya Mbak, pulkam ke rumah Oma."

⠀⠀"Emang kampung kamu dimana? Korea?"

⠀⠀"Bukan, Tanah Abang." Lara cengar-cengir, disambut tawa para staf akademik itu. "Yaudah, saya ke kelas dulu ya!"

⠀⠀"Iyaa. Eh, Figar Junior!" Mata Mas Irfan tertuju pada seseorang yang baru masuk ke dalam akademik. Yap, siapa lagi kalau bukan Figar.

⠀⠀"Hai, Princess," Figar menyapa Lara, "hai, Mas Irfan. Ada apaan manggil?"

⠀⠀"Kamu tuh kelas agamanya ambil apa sih? Papa kamu suruh masuk kelas Agama Islam, eh Mamamu telepon saya katanya kelas Agama Kristen. Jadi yang mana nih?"

⠀⠀Lho, Lara baru tahu orang tua Figar beda agama.

⠀⠀Sementara itu, Figar malah garuk-garuk kepala, menyeringai polos. "Yang masuknya paling siang yang mana, Mas?"

⠀⠀Padahal sudah jadi anak Mode, tapi tetap saja kelasnya di rektorat. Pasalnya, mata kuliah Sejarah Kostum mahasiswanya banyak, jadi harus mengambil kelas yang besar.

⠀⠀Ketika Lara masuk sambil mengucap salam, kelas itu sudah ramai. Kebanyakan adalah anak-anak Mode yang sudah Lara temui waktu Tumpengan kapan hari. Ada juga beberapa senior yang mengulang atau baru mengambil kelas.

⠀⠀"Laraaaa! Sini, sini!" Pau melambai-lambai dengan girang. Dia sudah duduk di meja barisan depan bersama Alin dan Ari.

⠀⠀"Hai hai." Lara cepat-cepat menghampiri dan duduk di kursi yang masih kosong. Karena ini kelas teori, mereka bisa duduk dempet-dempetan.

XOXO, Lara ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang