"Om Eslan enggak seburuk yang kamu liat. Itu hanya covernya." Nauka menatap lekat netra abu-abu milik Alula.
Dalam hati, Nauka meminta maaf pada Eslan untuk membuka kartu masa lalu pria itu. Tidak ada cara lain lagi selain menceritakan masa lalu Eslan, berharap agar Alula memaafkan dan menerima Eslan.
"Om Eslan itu... duda." Nauka menatikan reaksi Alula tapi ekspresi gadis didepannya ini masih sama, tidak berubah.
"Sekarang umurnya 33 tahun, bulan depan tanggal 27 udah 34 tahun. Tua ya?" Alula mengangguk membuat Nauka terkekeh pelan.
"Dulu, Om Eslan punya pacar, hubungan mereka sejak pertama kali kuliah. Sampai mereka memutuskan untuk menikah muda." Nauka diam sebentar.
"Awalnya semua baik-baik aja, sampai-sampai om Eslan jadi bulol sejati di muka bumi di jamannya. Tapi sebuah fakta menarik akhirnya terbongkar setelah perayaan anniversary pernikahan mereka yang ke-5. Ternyata selama lima tahun ini Om Eslan cuman dijadiin bahan taruhan sahabat dan istrinya untuk mereka kuasai harta Om Eslan."
"Bahkan jauh sebelum mereka menikah, mantan istri Om Eslan dan sahabatnya sudah ngejalin hubungan tanpa sepengetahuan dia. Belum lagi waktu itu Om Eslan tiba-tiba bangkrut dan mantan istrinya minta pisah dan milih sahabatnya padahal Om Eslan udah maafin perselingkuhan mereka."
"Gila gak sih tuh Om Om? Udah tau istrinya selingkuh malah masih dipertahankan. Sampai sepuluh tahun Om Eslan menduda, banyak wanita yang dengan rela lempar dirinya ke Om Eslan hanya karena dia udah kaya raya dibanding mantan sahabat sama mantan istrinya itu."
"Dia orangnya kesepian. Kalau kamu liat dia orangnya dingin, irit bicara, keras kepala sama kasar, itu bukan Om Eslan yang asli, itu hanya covernya."
"Aku mohon sama kamu, tolong beri kesempatan buat Om Eslan untuk perbaiki segala kesalahan dia. Karena sejak malam itu, dia benar-benar kembali seperti Om Eslan yang aku kenal, dia cinta sama kamu, sayang banget sama kamu dan calon anak kalian."
Nauka memegang kedua tangan Alula erat. "Dia akan berubah, tapi sama orang yang tepat, dan orang yang bisa kembaliin Om Eslan seperti dulu itu cuma kamu, Al."
"Aku harap kalian bisa bersatu walau cara kalian bertemu itu gak ada estetik estetik nya. Mau ya, keluar temuin Om Eslan?"
Alula masih diam. Dia tampak ragu setelah mengetahui masa lalu Eslan. Mereka sama-sama terluka dengan cara yang berbeda.
Itu yang terjadi pada mereka berdua.
Lama Alula berpikir, akhirnya gadis delapan belas tahun itu mengangguk yakin. Toh, ini semua sudah menjadi jalan takdirnya.
Nauka tersenyum senang kemudian menuntun Alula keluar dari kamar itu. Setelah pintu terbuka, ternyata sosok Eslan sudah menunggu di depan pintu sejak tadi.
Eslan menatap lekat gadis, ralat, wanita yang ada di depannya, sedangkan yang ditatap menundukkan kepala sembari meremas tangan Nauka yang berada disampingnya.
Lama hening dan tidak terjadi apa-apa, Eslan berinisiatif menarik tubuh Alula ke dalam pelukannya.
"Om..." Alula tentu saja terkejut dengan sikap tiba-tiba Eslan yang menariknya.
"Maafkan saya," Eslan semakin mengeratkan pelukannya. Kepalanya dia sembunyikan di ceruk leher Alula.
Entah keberanian dari mana, Alula mengangkat tangannya untuk mengelus lembut rambut Eslan. "Alula maafin. Semuanya udah terjadi juga. Alula.. Alula bakal belajar terima Om di hidup Alula."
Eslan, pria itu tersenyum lebar masih memeluk Alula. Dia menikmati elusan lembut tangan mungil Alula di kepalanya. "Terima kasih, Sayang." Ujarnya tulus.
Alula yang mendengar itu bersemu, dan menghentikan elusannya. "Kok berhenti?"
"Ck, ngehargain jomblo itu pahalanya gede loh, Om. Lagian situ belum muhrim ya, belum sah." Cibir Nauka membuat dua sejoli itu langsung melepas pelukannya.
"Dasar, makanya cari pacar sana!" Balas Eslan kemudian membawa Alula duduk di sofa ruang tengah diikuti oleh Nauka yang asik mencibir dibelakang mereka.
Dasar, duda dongo.
***
Nauka bergembira ria memborong cemilan yang ada di salah satu supermarket dekat perumahan elit yang ditempati Eslan.
Setelah satu jam menjadi lalat yang pusing dengan segala tingkah bucin Eslan pada Alula, akhirnya dia bisa jajan setelah memoroti Om duda kesayangannya itu.
"Dasar, udah tua, bangkotan, masih bisa bucin lagi, pret!" Ujar Nauka yang masih kesal dengan kelakuan Eslan terhadapnya. "Untung dia nyadar ngasih gua jajan, mayan dua ratus juta."
Lama mengitari seisi supermarket, tau taunya troli belanjaan Nauka sudah penuh. Saat sampai di depan kasir, fokusnya teralih pada salah seorang wanita yang terlihat masih muda sedang di bentak oleh seorang kasir.
"Kalau gak punya uang gak usah datang ke sini belanja!" Sarkas kasir tersebut.
"Saya sudah bilang, mbak, dompet saya baru diantarkan sama supir saya," balas wanita itu tak mau kalah.
"Ya-"
Ucapan kasir tadi terhenti saat Nauka menyela dan menyodorkan sebuah kartu yang diberikan oleh Eslan tadi.
"Mbaknya bisa diam tidak? Antrian di belakang masih banyak, Nauka capek berdiri terus." Kata Nauka sembari meletakkan barang belanjaannya untuk di scan.
"Sekalian sama ibu nya juga." Tambah Nauka saat mendapati tatapan tajam kasir itu masih mengarah pada wanita di belakang Nauka.
"Gak usah, nak. Tante bisa bayar sendiri ini." Ujar wanita di belakang Nauka. Dia merasa tidak enak sekarang, selain mengundang perhatian, belanjaannya malah di bayarkan oleh gadis mungil di depannya.
"Gak papa kok, Tante. Nauka mah ikhlas lahir batin." Nauka tersenyum hangat pada wanita itu.
"Totalnya sepuluh juta lima ratus dua puluh delapan ribu rupiah." Kata mbak kasir itu kemudian menerima kartu yang di sodorkan Nauka.
"Terima kasih ya, Sayang, udah bantu Tante. Ini kartu nama Tante, kamu tulis aja-"
Nauka menggeleng ribut, "Nauka ikhlas kok, Tan." Ujarnya tak enak.
Wanita itu tersenyum hangat kemudian meraih tangan Nauka, memberikan kartu namanya pada gadis itu. "Setidaknya telpon Tante kalau kamu butuh bantuan, ya. Tante juga ikhlas bantu kamu."
Nauka terkekeh pelan. "Siap, Tan. Kalau gitu Nauka pamit ya, udah di cariin soalnya hehe." Dia memperlihatkan ponselnya, terlihat panggilan dari salah satu abangnya.
Wanita itu mengangguk kemudian mengelus pelan kepala Nauka. "Sekali lagi, terima kasih."
"Sama-sama, Tan." Kemudian Nauka berlari kecil menuju parkiran yang tak jauh dari mereka berada.
"Anak yang manis." Wanita itu tersenyum penuh arti melihat kepergian Nauka.
***
30 vote aku lanjooot
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Guardians
UmorismoDikelilingi cowok-cowok posesif, ganteng, tajir, banyak bacot, selalu ngatur? Udah biasa gue mah terselip diantara mereka. Mungkin para abang-abang atau sepupu kalian pasti punya sifat kek gitu juga. Tapi kalo mereka bukan bagian dari keluarga lo? S...