21.| Anak Kocheng Nauka

2.4K 186 27
                                    

VOTE DULU BARU BACA YAKK!

***

Sesuai dugaan Nauka, Edwin dan Saguna sadar dari pengaruh obat biusnya, mereka mulai berulah.

"Dek, hiks perih~"

"Nau, sama Abang aja sini!"

"Nau, Abang gak bisa gerak~"

Tubuh nauka rasanya ingin terbelah menjadi tiga saja saat Edward, Edwin dan Saguna menariknya secara bersamaan, seolah tidak ingin berbagi.

Inilah yang tidak dia suka jika para abangnya sudah menjalani hukuman, dirinya tidak akan bisa lepas bahkan untuk ke kamar mandi menuntaskan panggilan alam susahnya minta ampun.

Yang bisa Nauka lakukan sekarang adalah BERSABAR.

"Udah ya, gak usah rebutan, Nauka cuman satu, mau Nau membelah diri jadi tiga?" Edward, Edwin dan Saguna mengangguk serempak.

Satu alis Nauka terangkat. "Jadi Nau harus mati dulu dong?" Sontak ketiga abangnya kembali menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya.

Gue sesak napas oyy!

"Kayaknya kalian emang mau buat Nau mati muda, deh."

"ENGGAK!"

Nauka memutar bola matanya malas, "Kalian meluknya kekencengan, Nau gak bisa napas."

Dengan terpaksa, tiga Abang Nauka meregangkan pelukannya.

Oh iya, posisinya begini, Nauka terlentang dengan Edwin dan Saguna yang memeluknya dari samping kiri dan kanan sambil tengkurap karena luka di punggung mereka masih basah dan perih sedangkan Edward, cowok itu berada di bawah kembarannya memeluk kaki Nauka.

Dengan sabar kedua tangan Nauka mengelus kepala Edwin dan Saguna, "Merem, tidur!" Titahnya.

Sedangkan Edward yang tidak kebagian tangan Nauka untuk mengelus kepalanya menyembunyikan wajahnya di perut sang adik dengan sesekali menggigit perut datar Nauka.

"Bang Ed, jangan nakal. Merem, tidur juga. Udah tengah malem!" Mau tidak mau Edward memejamkan matanya.

Merasa sudah tidak ada lagi grasak-grusuk dari ketiga abangnya, Nauka menghela napas lega sembari menatap ketiga abangnya yang sudah seperti anak kucing yang terus gelondotan dengan induknya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi tapi dia baru bisa menidurkan ketiga bayi besarnya setelah melewati perdebatan yang sangat panjang.

Kalau warga sekolah tau sifat ketiga abangnya yang sangat berbanding terbalik saat di sekolahan, dia jamin mereka pasti shock dengan apa yang mereka lihat.

Tiga most wanted SMA Megantara yang dijuluki ice prince dan tidak bisa di usik malah berubah menjadi anak kucing saat di rumah.

"Sweet dream anak kocheng,"

***

Tiga hari berlalu pasca Nico menghukum tiga curut somplak yang tidak lain adalah Edward, Edwin dan Saguna, perlahan keadaan mereka kembali membaik namun belum bisa untuk bergerak banyak ataupun pergi ke sekolah.

Tiga hari itu pula Nauka semakin ingin melambaikan tangan pada kamera saja, pasalnya, ketiga abangnya itu tidak ada yang mau mengalah memperebutkan dirinya hingga berakhir bertengkar kemudian merengek sakit pada Nauka karena luka mereka kembali sakit.

"Makanya, yang anteng jadi manusia bisa gak sih? Tau sakit tapi gak mau diem." Mata Nauka sudah melotot menatap tajam ketiga abangnya yang tengah duduk bersila di ruang keluarga sedangkan Nauka sendiri duduk di sofa diapit oleh Bagas dan Nico.

"Nauka capek ya kalau kalian gak ada yang mau ngalah, sekali badannya sakit lagi ngerengeknya kayak anak kucing."

Edward, Edwin dan Saguna sontak melotot setelah Nauka mengatai mereka seperti anak kucing. Memangnya iya?

Nauka tentu balas memelototi mereka, "Kenapa? Gak terima? Iya? Sini Nauka cubit sekalian luka kalian yang belum kering itu." Ancamnya.

Sontak ketiganya menggeleng. "JANGAN!" bisa dibayangkan jika luka bekas cambukan yang perihnya minta ampun kesenggol dikit sakit sama nyerinya sampai usus dua belas jari, apa lagi kalau dicubit?

"Makanya jangan berantem mulu. Kayak anak kecil tau gak!" Setelahnya Nauka meninggalkan para abangnya menuju kamarnya sendiri, tidak lupa untuk mengunci pintu dan mengaktifkan private room agar para abangnya tidak bisa masuk.

Kamar Nauka memang didesain khusus mrmpunyai keamanan yang cukup tinggi. Walau pintu sudah di kunci, tentu masih ada peluang orang untuk masuk dengan menggunakan kunci cadangan, namun setelah Nauka mengaktifkan private room, maka hanya Nauka yang bisa keluar atau masuk ke kamarnya.

"Lusa kalian udah sekolah, gak ada bantahan." Putus Bagas.

Saat ini Bagas dan Nico yang mengambil alih waktu persidangan tiga curut somplak itu.

Mendengar titah Abang sulung mereka hanya bisa mengangguk pasrah, kalau tidak maka hukuman yang tak pernah mereka duga dari Bagas pun menanti.

Sedangkan Nico, cowok itu terus menatap tiga orang yang masih duduk bersila didepannya. "Kalian tau, Nauka sempat mimisan pagi tadi karena kurang istirahat." Ujarnya.

"Abang berjanda kan?" Tanya Edwin spontan.

"Bercanda bego!" Edward mengoreksi.

Nico mengangkat satu alisnya, "Ngapain Abang bohong? Nauka mimisan karena kalian juga yang rewelnya minta ampun. Padahal baru dihukum ringan."

Memang gila konsep hukuman menurut Nico ini. Lantas bagaimana dengan konsep hukuman menurut Bagas yang jauh lebih gila daripada Nico?

"Biarkan Nauka istirahat, jangan jadi lemah. Sudah cukup kalian tiga hari ini merepotkan Nauka dengan segala tingkah menjijikkan kalian." Kalimat panjang nan nyelekit itu berasal dari Bagas yang mengakhiri sidang dadakan pada siang menjelang sore hari ini.

***

Huaaaa akhirnya up juga.

Maaf ygy yang nunggu cerita ini up.

Kalau gak sibuk bakal rajin up kok, gak janji tapi hehe..

Bye gengs!

















My Possessive GuardiansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang