☆SEVENTEEN☆

539 41 0
                                    

"Sungchan apa kau lupa kalau kau punya kekasih? Bisa-bisanya kau tidak memikirkan perasaan Shotaro kalau kekasihnya mempunyai teman masa kecil yang sangat dekat denganmu?" ucap Mark.

Sungchan kemudian terdiam memikirkan ucapan Mark ada benarnya.

"Kenapa kau terdiam Sungchan? Kau sudah memberitahu Shotaro kalau kau punya teman masa kecilmu?" Sungchan menggelengkan kepalanya yang artinya belum memberi tahu Shotaro.

"Hahh, bagaimana Shotaro melihatmu bersama Winter, pasti dia memikirkan sesuatu kalau kau punya kekasih baru? Lalu bagaimana kau menjelaskannya kalau Shotaro sudah tidak percaya lagi padamu?"

"Baiklah hyung cukup, aku mengerti. Nanti aku akan berbicara pada Shotaro." ucap Sungchan.

"Bagus." Mark menganggukkan kepalanya singkat.

Mark kemudian menyenderkan tubuhnya di sofa. Menatap kosong TV yang sudah dimatikan. Mark dan Sungchan terdiam setelah percakapan panjang yang pernah Mark bicarakan. Biasanya Mark akan berbicara seperlunya saja. Tapi sekarang lihatlah, Mark sekarang bertindak seperti kakak yang memberi tahu adiknya mana yang salah dan mana yang benar.

"Omong-omong, Jeno hyung sudah pulang atau belum, hyung?" tanya Sungchan memecah keheningan.

"Dia belum pulang dari tadi, entah pergi kemana dia." jawab Mark.

Yang dibicarakan datang, Jeno datang dengan wajah sumringah. Mark dan Sungchan menatap Jeno bingung. Mereka berdua merasa aneh dengan Jeno yang baru saja keluar beberapa jam yang lalu.

Merasa diperhatikan, Jeno menolehkan kepalanya kearah Mark dan Sungchan. Tanpa disuruh, Jeno melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

"Ada apa denganmu, Jen?" tanya Mark.

"Hanya merasa senang saja, hyung." jawab Jeno dengan senyum sumringah.

"Tidak mungkin kau merasa senang seperti itu, apa sesuatu terjadi padamu yang membuatmu seperti ini?" Mark bertanya kembali.

"Baiklah akan aku beri tahu. Pada saat aku izin keluar tadi siang, aku pergi menemui Jaemin untuk mengajaknya pergi ke kafe. Kukira Jaemin tidak mau, ternyata dia menerima ajakanku. Ya hyung tahu kan apa yang dilakukan di kafe?" Mark menganggukkan kepalanya yang berarti dia tahu apa yang dilakukan di kafe.

"Aku dan Jaemin mengobrol dengan sembari meminum kopi, setelah selesai mengobrol, aku mengajaknya pergi lagi ke taman. Saat sampai di taman, Jaemin terlihat senang bisa bermain di taman itu. Jaemin berlari kesana kemari, aku tidak tahu apa yang dia lakukan, tapi dimataku itu terlihat menggemaskan." Mark dan Sungchan secara bersamaan memutar matanya malas karena ucapan Jeno, menurut mereka itu terdengar berlebihan.

"Kemudian aku mengajaknya duduk di kursi yang tidak jauh dari air mancur yang terlihat sangat indah. Aku kemudian merasa canggung padahal saat di kafe biasa saja, tapi entah mengapa diriku merasa gugup saat di taman. Dengan keberanian aku mengajaknya berbicara dan entah kenapa mulutku mengucapkan kalau Jaemin mau jadi kekasihku atau tidak. Kulihat dia menatapku tanpa berkedip sama sekali, seakan-akan dia tidak percaya apa yang dia dengar. Aku kira dia menolaknya, tak kusangka Jaemin menerimaku sebagai kekasihnya. Langsung saja aku memeluknya erat. Begitu ceritanya hyung." Jeno berbicara panjang lebar menjelaskan kenapa dirinya sangat bahagia.

Malahan Mark dan Sungchan menatap Jeno tidak minat karena Jeno berucap panjang lebar.

"Kalian mendengarkanku atau tidak sih?" Jeno protes karena kedua saudaranya menatapnya tidak minat.

"Kami mendengarmu Jeno hyung, tapi kami malas membalas ucapan panjang lebar hyung itu." jawab Sungchan yang sedari tadi terdiam.

Jeno menatap kedua saudaranya datar dan berlalu dari ruang tamu.

◇ναмριяє◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang