"Cewe nggak boleh jalan malem-malem sendirian, jadi ayo gue temenin."
—Sandi
♡♡♡
Pulang sekolah, Salwa langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari Senin yang cukup melelahkan baginya, ditambah dengan Sandi yang masih saja gencar untuk mendekatinya.
Setelah menarik nafas panjang, Salwa duduk di bibir kasur dengan mata tertuju pada sebuah foto yang menempel di dinding dekat meja belajarnya. Foto yang menampilkan dirinya bersama seorang laki-laki yang kini telah tenang di sisi Tuhan. Raka.
Jika orang lain menyebut namanya, mood Salwa akan memburuk. Padahal ketika di kamar, gadis itu akan terus menatap foto almarhum Raka hingga ia merasa lelah.
"Kalo takut jangan dibaca," ujar Raka kala memergoki Salwa yang sedang membaca buku horor tapi sesekali menutup buku itu karena takut dan kembali membukanya setelah rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.
Bayangan itu melintas di benak Salwa dengan tidak sopannya.
"Uni makan dulu!" Suara teriakan ibu Salwa membuat gadis yang masih mengenakan baju sekolah itu buru-buru bangkit dari kasurnya dan menyeka sedikit air mata yang keluar.
"Iya Bu," sahut Salwa lalu bergegas bersih-bersih sebelum turun ke bawah untuk makan.
Kaos oversize putih dengan celana kulot hitam menjadi pakaian santai yang Salwa pilih. Setelah menggelung rambutnya, ia keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan.
"Adik kamu kemana dulu sampe jam segini belum pulang?" tanya Zahra–ibu Salwa dan Yolla.
"Paling juga mampir ke warung boba," jawab Salwa lalu mengambil nasi dan beberapa lauk ke piringnya.
"Besok-besok jangan biarin dia pulang bareng orang lain, ya, Uni," ujar ayah Salwa.
"Uni nggak bisa larang dia, Yah. Yolla udah gede, dia punya kemauan sendiri."
"Cieee Uni belain Yolla," goda Yolla yang baru saja datang tanpa mengucapkan salam dan dengan seenaknya langsung mengambil nasi beserta lauk pauknya.
"Adiak lain kali pulang bareng Ayah, jangan sekali-kali lagi nitip izin buat pulang sama laki-laki. Adiak masih kecil, nggak boleh pacar-pacaran dulu," ujar Ayah Salwa yang hanya dibalas anggukan malas oleh Yolla.
Salwa menyantap makanannya dengan khidmat, begitu pula kedua orang tua dan adiknya. Rendang dan kentang balado menjadi menu makan sore ini, menu makan favorite keluarga mereka.
Selesai makan, Salwa langsung membantu ibunya membereskan piring bekas mereka makan, sedangkan Yolla langsung pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih dan mengganti bajunya.
"Bu, malem ini Uni boleh keluar nggak?" tanya Salwa sambil mencuci piring.
"Mau kemana emang?"
"Ke taman kota, ada pameran di sana."
"Sama siapa?"
"Ditemenin Nabilah kayaknya," jawab Salwa sambil memberikan piring yang telah ia cuci ke pada ibunya.
"Boleh, pulangnya bawain ibu mie kocok Bandung yang deket pertigaan, ya."
Salwa tersenyum lalu mengangkat jempolnya. "Aman itu mah."
Zahra terkekeh lalu mengusap puncak kepala anak sulungnya dengan sayang. Setelah itu berjalan menuju ruang keluarga, di mana suaminya tengah asik menonton bola.
Salwa mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali naik menuju kamarnya. Mempersiapkan diri untuk ke pameran malam ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi {completed}
Teen FictionCover by Syafara NQ "Tangan lo cantik banget, apalagi kalo cincin ini ada di jari manisnya." - Sandi Prayoga "Gak perlu pake cincin, pake make up juga bisa cantik." - Salwa Putri Assyifa *** Cerita klise tentang cowo penuh ambisi yang mengejar cinta...