G -24

32 4 0
                                    

"Terbuka sesama pasangan, bukan buka-bukaan depan pasangan."

—Nabilah

♡♡♡

"Uni mau jaga siang ini di rumah sakit?"

Zahra bertanya saat melihat anak sulungnya memasukkan banyak cemilan dan satu kotak nasi goreng ke dalam tas jinjing.

"Iya Bu, mumpung hari Minggu."

"Berangkatnya dianterin ayah, ya."

Baru saja Zahra hendak memanggil suaminya, tangan Salwa lebih dulu menahan pergerakan ibunya itu.

"Kenapa?" Dua alis Zahra terangkat.

"Aku bawa mobil sendiri aja Bu, nanti pulangnya mau sekalian ngajak Nabilah jalan dulu," jelas Salwa membuat ibunya mengangguk paham.

"Yaudah hati-hati, ya. Jangan terlalu malem pulangnya," peringat Zahra.

Salwa mencium tangan ibunya. "Kalo ayah nanya berangkat sama siapa, bilang aja sama Nabilah," bisik Salwa.

Senyuman Zahra mengembang. "Tenang, aman," balas Zahra sambil berlaga mengunci mulutnya.

Setelah berpamitan, Salwa langsung berjalan ke garasi lewat pintu samping rumahnya. Ia menghidupkan mesin mobil dan memanaskannya terlebih dahulu.

"Unii, ikuttt!" Yolla berteriak dari jendela kamarnya saat Salwa sedang memakai sepatu di kursi samping garasi.

"Mau ngapain?" tanya Salwa.

"Ya pengen ikut aja," balas Yolla.

"Kalo cuma mau jalan-jalan, mending lo bantuin ibu aja di rumah."

"Mau ketemu ka Bintang, jadi boleh ikut ya."

Salwa memutar bola matanya malas. "Pacar lo gimana? Nanti marah lagi."

"Alahh dia juga mentingin orang lain daripada pacarnya sendiri."

"Mau balas dendam?"

Yolla mengangguk.

"5 menit belum turun gue tinggal."

Yolla langsung mengepalkan tangannya penuh semangat, ia dengan cepat bersiap-siap lalu berlari menuju garasi karena takut Salwa meninggalkannya.

Sejak Irfan mengirimkan banyak makanan ke rumahnya, hubungan Yolla dan Irfan bukan malah membaik. Kedua remaja itu malah sering bertengkar dan mengungkit kesalahan masing-masing.

Sebenarnya Yolla tak mau ada di posisi sekarang. Mempunyai status pacaran tapi hubungan mereka terlalu hancur untuk disebut pacaran.

"Ayok," ajak Yolla yang langsung duduk di jok depan.

Salwa memasuki jok pengemudi, setelah memasang sabuk pengaman ia mulai menginjak pedal gas-nya perlahan.

"Marahan kenapa lagi sih?" tanya Salwa saat mobil yang ia lajukan sudah bergabung dengan kendaraan lain di jalanan.

"Biasalah, temen kakak itu tuh yang jadi masalahnya."

"Si Aen?"

"Iyalahhh, siapa lagi sepupu Irfan yang selalu minta ke sana ke sini dianterin Irfan," ketus Yolla.

Salwa tertawa. "Kamu cariin Aen cowo aja Yol, biar hubungan kamu sama Irfan damai."

Yolla menepuk keingnya sendiri. "Aduh Unii, harus cowo perfect kayak apa biar ka Aen nerima cowo itu?"

"Kemarin dicomblangin ke ka Yoga yang satu sekolah tau kalo dia itu kaya, lumayan pinter juga, famous, punya geng sendiri. Tapi tetep aja tu orang ka Aen tolak." Yolla menggerutu sambil berkaca untuk memoles wajahnya dengan bedak.

Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang